Ketika Guru Tak Patut Lagi ‘Digugu dan Ditiru’

”Guru yang seharusnya bisa dijadikan panutan, kini riwayatnya tinggal kenangan, terkubur oleh tumpukan harta yang menyilaukan. Kasus ini layak dijadikan bukti atas kegagalan sistem pendidikan sekarang, sebab sang guru macam ini tak lagi patut ‘digugu dan ditiru’.”

Oleh. Silvia Anggraeni, S.Pd.
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Ditangkapnya Rektor Universitas Lampung Karomani mencoreng wajah dunia pendidikan. Profesor di bidang Ilmu Komunikasi itu terjaring operasi tangkap tangan (OTT) Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) saat mengikuti acara outbond di Bandung. Ia diduga menerima suap terkait penerimaan mahasiswa baru di Unila tahun 2022.(Kompas.com, 22/08/2022)

Mau dibawa ke mana dunia pendidikan saat ini? Lembaga yang dinilai mampu mencetak generasi intelektual, ternyata menyimpan cerita kecurangan. Makin tipis rasanya harapan akan munculnya generasi pengubah peradaban. Di tengah gempuran kapitalisme yang makin menggigit, dan arus hedonisme yang makin menghanyutkan tak mengherankan jika akhirnya banyak orang yang menjadi hamba uang. Sehingga, semua cara pun dihalalkan.

Beginilah karakter manusia di era kapitalis sekuler yang kian menyedihkan. Kaum terpelajarnya tumbuh tanpa takwa dan iman. Hingga ia rela melakukan tindakan kecurangan hanya untuk meraup keuntungan. Umat benar- benar mengalami krisis teladan. Guru yang seharusnya bisa dijadikan panutan, kini riwayatnya tinggal kenangan, terkubur oleh tumpukan harta yang menyilaukan. Kasus ini layak dijadikan bukti atas kegagalan sistem pendidikan sekarang, sebab sang guru macam ini tak lagi patut ‘digugu dan ditiru'.

Profesi guru atau pendidik dalam Islam memiliki posisi yang strategis, di samping mengemban misi keilmuan agar peserta didiknya mampu menguasai ilmu pengetahuan, guru juga mengemban tugas suci membimbing dan mengarahkan peserta didik menuju jalan Allah Swt. Begitu mulia tugas guru, sehingga Islam pun memerintahkan untuk memuliakannya. Nabi saw. bersabda seperti yang dikutip dalam Lubab Al-Hadits oleh Imam Jalaluddin Al-Suyuthi, “Barang siapa memuliakan orang berilmu (guru), maka sungguh ia telah memuliakan aku. Barang siapa memuliakan aku, maka sungguh ia telah memuliakan Allah. Barang siapa memuliakan Allah, maka tempatnya di surga”.

Islam yang menjadikan akidah Islam sebagai landasan dari seluruh aspek kehidupan telah terbukti berhasil dalam segala bidang termasuk pendidikan di era kegemilangannya. Para cendekiawannya tak hanya terkenal dengan kehebatan temuannya, namun juga dengan ketakwaannya. Salah satunya yaitu Ibnu Sina, yang hingga kini namanya dikenang sebagai ahli dalam bidang kedokteran. Ia adalah seorang filsuf, ilmuan sekaligus dokter. Dari landasan akidah Islam yang kuat ini yang menjadikan keimanan para ilmuwan muslim menjadi produktif dan selalu menebar manfaat kepada manusia. Semua tak lepas dari peran para mahaguru yang mampu mencetak generasi emas selama kejayaan Islam.

Ilmu itu ibarat pelita, maka orang yang berilmu memiliki keutamaan dalam Islam. Nabi saw. bersabda, “Keutamaan orang yang berilmu (yang mengamalkan ilmunya) atas orang yang ahli ibadah adalah seperti utamanya bulan di malam purnama atas semua bintang-bintang lainnya.” (HR. At-Tirmidzi).

Sedangkan masalah KKN sendiri memang seperti penyakit kronis dalam tubuh demokrasi. Sebab demokrasi memang punya cacat bawaan sejak dulu. Menurut Plato demokrasi dijadikan alat oleh kaum tiran yang kaya, pintar dan kuat, untuk memobilisasi massa yang miskin, bodoh dan lemah. Wajar jika budaya korupsi berkembang begitu masif, terutama bagi mereka yang berwenang mengambil kebijakan. Maka apabila ingin menghilangkan budaya ini haruslah dengan menggantinya dengan tubuh yang sehat. Yaitu dengan sistem Islam yang kaffah. Melalui sistem Islam ini semua tatanan kehidupan akan di perbaiki, semua perkara akan dikembalikan pada aturan Tuhan. Hukumnya ditegakkan dan hidup akan mulia penuh keberkahan.

Sistem Islam akan mampu memberantas korupsi hingga ke akarnya. Dalam Islam seorang pemimpin menjadikan jabatannya sebagai amanah yang harus dipertanggungjawabkan di hadapan Allah kelak. Pengangkatannya pun dilakukan dengan biaya rendah sehingga menutup celah korupsi, suap dan lainnya. Selain itu Islam dengan tegas melarang menerima harta ghulul, yaitu harta yang diperoleh dengan cara tidak syar’i, baik dari harta milik negara atau milik umum.

Pemerintah Islam juga akan membentuk Badan Pemeriksa Keuangan. Syaikh Abdul Qadir Zallum dalam kitab Al-Amwal fi Daulah Khilafah menyebutkan, untuk mengetahui apakah pejabat dalam instansi pemerintahan itu melakukan kecurangan atau tidak. Para calon pejabat atau pegawai negara akan dihitung kekayaannya sebelum menjabat. Kemudian dihitung penambahan jumlah harta kekayaannya. Jika ada dugaan sumber penambahan yang tidak syar’i dan terbukti korupsi maka hartanya akan disita dan dimasukkan ke kas negara, lalu pelakunya akan diproses secara hukum.

Dan yang paling penting adalah sanksi yang tegas dalam Islam mampu memberikan efek jera dan juga mencegah kasus serupa berulang. Bentuk hukumannya bisa dalam bentuk publikasi, stigmatisasi, peringatan, penyitaan harta, pengasingan, cambuk hingga hukuman mati. Seperti ketika Khalifah Umar menyita kekayaan Abu Sufyan dan membagi dua, setelah Abu Sufyan berkunjung ke anaknya Muawiyah, yang saat itu menjabat sebagai Gubernur Syam (Abdul Qadim Zallum, Sistem Keuangan Khilafah, hlm. 123). Hanya Islam solusi praktis dari semua masalah termasuk korupsi.

Pendidikan memiliki peranan penting bagi kehidupan. Sehingga, Islam mengajarkan bagi umatnya untuk memuliakan para guru. Guru adalah pelita yang menunjukkan kepada jalan kebaikan bahkan hingga ke surga. Hanya dalam Islam sosok guru sejati seperti ini dapat ditemukan. Makin berat rasa rindu ini, menanti Islam segera tegak kembali.
Wallahu alam bisshowab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Silvia Anggraeni, S.Pd Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Cantik Versi Islam, Why Not?
Next
Khadijah: Istri Teladan Pendukung Dakwah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Yuli Juharini
Yuli Juharini
2 years ago

Dahulu guru benar-benar digugu dan ditiru.
Dihormati keberadaannya, beda dengan sekarang. Duh negeriku, sedang sakit parah.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram