”Padahal, seharusnya seorang duta dipilih bukan hanya memperhatikan kepopulerannya semata. Seorang duta seharusnya merupakan pribadi bertakwa lagi berprestasi yang memiliki pandangan dan prinsip hidup yang dinilai dapat membawa hawa positif kepada perubahan.”
Oleh. Wa Ode Mila Amartiar
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Farel Prayoga sukses memukau Presiden Joko Widodo beserta para jajaran menteri kabinet Indonesia Maju pada upacara HUT RI ke-77 di Istana Merdeka, 17 Agustus 2022. Selepas aksi memukaunya ini, Menteri Hukum dan HAM, Yasonna H. Laoly begitu sigap memberikan perlindungan untuk pertunjukkan seni Farel Prayoga.
Pada kesempatan yang sama Farel juga dinobatkan menjadi Duta Kekayaan Intelektual Pelajar Bidang Seni dan Budaya Tahun 2022 oleh Menkumham. Yasonna H.Laoly mengungkapkan kekagumannya bahwa, Farel dapat menginspirasi pelajar lain dengan perannya sebagai duta dan diharapkan dapat mengajak putra-putri Indonesia, untuk berprestasi di bidang seni dan budaya. (DetikEdu.com, 19/8/2022)https://narasipost.com/2021/08/22/demi-viral-merusak-moral/
Realitas ini terkesan negatif karena, penampilan penyanyi cilik dengan lirik lagu bertema cinta-cintaan tentu tak layak didendangkan saat upacara HUT RI. Hal ini justru secara tidak langsung berpengaruh kepada moralitas bangsa yang lazimnya berwibawa dan terhormat menjadi hilang. Tidak ada nilai kerohanian atau perjuangan yang bisa ditangkap dari penampilan tersebut, sebagai upaya transfer nilai-nilai moral kepada generasi penerus. Justru sebaliknya, anak-anak dididik bermental ‘penjilat’ dengan mendendangkan lirik di bagian akhir lagu yang terkesan memuji-muji nama presiden.
Penetapan Duta ala Kapitalisme
Nama Farel mendadak naik daun berkat meng-cover lagu dangdut koplo dengan cengkok khas Banyuwangi. Video hasil cover lagu ”Ojo Dibandingke” karya Denny Caknan ini, telah ditonton hingga 6,4 juta kali. Akibat popularitas Farel tersebut, mampu mendatangkannya ke gerbang Istana Merdeka dan berlanjut dinobatkan menjadi Duta Kekayaan Intelektual.
Betapa miris, ketika viral dan terkenal dinilai sebagai sebuah prestasi yang membanggakan. Tanpa memandang dari prestasi akademik atau skill di bidang intelektual pendidikannya. Sehingga, layak diangkat menjadi sebuah ikon negara.
Mengingatkan kita kembali kepada bocah viral lainnya, bernama Bonge dengan ajang Citayam Fashion Week yang mendapat banyak apresiasi dari berbagai kalangan. Saking viralnya fenomena anak-anak SCBD ini, pejabat negara setaraf menteri pun memberikan atensinya kepada mereka. Bahkan, sempat ditawarkan beasiswa pendidikan formal dan ditawari menjadi Duta Kejaksaan.
Fenomena ini menuai banyak kecaman masyarakat, karena terkesan tidak masuk akal. Pasalnya, realitas ini sering terjadi di negeri kita. Di mana orang viral dan publik figur kerap dijadikan duta tanpa memandang pantas atau tidak pantasnya. Padahal, seharusnya seorang duta dipilih bukan hanya memperhatikan kepopulerannya semata. Seorang duta seharusnya merupakan pribadi bertakwa lagi berprestasi yang memiliki pandangan dan prinsip hidup yang dinilai dapat membawa hawa positif kepada perubahan.
Tahun 2016 lalu, seorang publik figur Zaskia Gotik sempat viral dan menggegerkan bangsa Indonesia. Penyanyi dangdut yang terkenal dengan goyangan itiknya ini, menggunakan Pancasila sebagai lelucon di salah satu stasiun TV. Namun miris, beberapa bulan setelahnya ia diangkat menjadi Duta Pancasila. Setelah diundang ke gedung DPR MPR oleh fraksi PKB. Alasan terpilihnya pun masih sama, karena viral. Pasalnya, Zaskia selaku pekerja seni dan publik figur diharapkan dapat memberi contoh yang baik. Karena seorang selebritas, apa pun yang dilakukan selalu menjadi perhatian masyarakat. Sehingga, akan membantu mengampanyekan ke masyarakat tentang Pancasila yang mulai terlupakan. Publik figur mempunyai dampak yang besar karena memiliki akses media yang luas. Hal ini sering kali dijadikan alasan bagi para pemangku kebijakan.https://narasipost.com/2022/06/06/eksistensi-milenial-menyikapi-hal-viral/
Hal aneh lainnya, pada tahun 2021 lalu, komisi Penyiaran Indonesia (KPI) mengizinkan seorang mantan tahanan pedofil menjadi Duta Edukasi bahaya pelecehan dan kekerasan seks pada anak di bawah umur. Ia adalah pedangdut Saipul Jamil, yang kembali tampil di layar kaca Indonesia.
Astagfirullah! Keputusan demi keputusan yang nyeleneh dipertontonkan di negeri ini. Mengapa di negeri kita segala hal malah terbalik? Pelaku kejahatan seharusnya diberi hukuman yang menimbulkan efek jera, malah diberi panggung dan dielukan. Dia baru bebas dari hukuman akibat perbuatan tercela, malah disambut bak pahlawan dan dinobatkan menjadi duta pula.
Amat disayangkan, jika para pemangku kebijakan terus membolak-balikkan hukum seperti ini. Tidak hafal Pancasila, malah jadi Duta Pancasila. Anak SD yang menyanyikan lagu dewasa diangkat menjadi Duta Kekayaan Intelektual. Mantan predator seks malah dijadikan Duta Edukasi pedofilia. Kebijakan ini justru terkesan dibuat-buat.
Mengapa hal ini bisa terjadi? Mengapa mereka malah diberi panggung dan diapresiasi? Padahal, masih banyak orang-orang yang lebih berprestasi dan berakhlak mulia di negeri ini? Akibatnya, anak-anak bangsa kebingungan mencari mana yang pantas untuk dijadikan teladan. Mereka seolah-olah dibikin salah memilih seorang panutan. Hukum ini sengaja memberikan contoh yang buruk bagi generasi muda kita.
Generasi Muda Kian Suram dalam Dekapan Sistem Kapitalisme
Jika diteliti lebih dalam, pengaruh liberalisme (bebas) yang merupakan anak dari kapitalisme ini telah mengalihkan sosok panutan sejati. Sistem ini dengan sengaja menghilangkan potensi anak muda dan diarahkan pada hal-hal yang tidak berfaedah. Mempromosikan kehidupan yang serba bebas. Bebas berpendapat, bebas berperilaku, hingga bebas menentukan benar salah menurut pikiran mereka. Alhasil, terlahirlah generasi anak muda yang tidak paham agama dan minim akhlak.
Generasi muda diarahkan agar mengutamakan kepopuleran di dunia maya, dibanding mengunggulkan prestasi di dunia nyata. Mereka merasa puas saat mendapat banyak followers dan jumlah like. Membuat kehidupan mereka disibukkan dengan membuat konten agar bisa viral dan mendapat banyak perhatian dari orang-orang. Bahkan, kerap kali mengabaikan jati diri mereka sebagai muslim.
Padahal generasi muda merupakan penentu masa depan peradaban, jika baik pemudanya maka baik pula peradabannya. Sebaliknya, jika rusak para pemudanya maka rusak pula peradabannya.
Bagaimana Islam Memilih Seorang Duta Terbaik?
“Sesungguhnya kehidupan pemuda itu, demi Allah hanya dengan ilmu dan takwa, karena apabila kedua hal tersebut tidak ada, pemuda dianggap tidak hadir (dalam kehidupan)”. (Imam Asy-Syafii)
Islam memandang hanya ilmu dan takwa kunci sukses sebagai generasi muda. Sejarah telah membuktikan di bawah naungan sistem Islam, banyak terlahir generasi muda yang cerdas dan berakhlak mulia. Salah satunya, Mus’ab bin Umair radhiyallahu ‘anhu seorang pemuda asal Quraisy. Ia sosok pemuda yang tampan, cerdas, penuh semangat, dan berasal dari keluarga yang kaya raya. Sebelum mengenal Islam, dia selalu dimanja dengan segala kenikmatan yang menyilaukan mata. Namun, semua kenikmatan itu dilepaskannya demi memeluk agama Islam.
Sahabat Nabi, Ali bin Abi Thalib berkata, “Suatu hari kami duduk bersama Rasulullah saw. di masjid. Muncullah Mush’ab bin Umair dengan mengenakan kain burdah yang kasar dan memiliki tambalan ketika Rasulullah melihatnya, Beliau saw. pun menangis teringat akan kenikmatan yang ia dapatkan dahulu sebelum memeluk Islam dibandingkan dengan keadaan sekarang.” (HR. Tirmidzi)
Kisah hidupnya begitu menginspirasi anak muda. Mus’ab bin Umair radhiyallahu ‘anhu begitu meneladani sosok Rasulullah Muhammad saw. Dia beruntung berkesempatan dididik langsung oleh manusia terbaik sepanjang masa.
Suatu hari, Mus’ab bin Umair radhiyallahu ‘anhu ditugaskan oleh Rasulullah Muhammad saw. Untuk menjadi Duta Islam pertama di Madinah. Tentu saja, hal ini berdasarkan potensi dan kapasitas yang dimilikinya. Sehingga, Rasulullah memberikan amanah yang agung dan berat ini padanya, yakni mengajarkan agama kepada suku Anshar yang telah memeluk Islam dan berbaiat kepada Rasulullah di bukit Aqabah. Menyadarkan manusia yang masih terkungkung kegelapan menuju cahaya Islam, agar mempersiapkan Madinah menjadi Daulatul Ula.
Menyadari amanah yang diemban merupakan sebuah visi yang agung, Ia pun memantaskan dirinya. Hari-harinya diisi dengan menuntut ilmu dan senantiasa meningkatkan ketakwaan kepada Allah Swt. dengan semangat, kemuliaan akhlak, dan kecerdasan berpikir yang dikaruniakan Allah Subhanahu wa Ta’ala padanya, akhirnya ia berhasil membuat penduduk Madinah berbondong-bondong masuk Islam.
Sosok pemuda Mus’ab bin Umair radhiyallahu ‘anhu dalam mengemban visinya sebagai duta patut kita teladani. Ia berhasil menjadi salah satu penyebab tersebarnya Islam di Madinah, dan mengubah pola pikir mereka. Hingga terbentuklah masyarakat Islam pertama di sana.
Wahai pemuda Muslim, sudah sepatutnya kita menjadikan Rasulullah Muhammad ﷺ , para sahabat dan orang-orang saleh sebagai teladan kita. Demi menyongsong visi mulia, menghidupkan kembali kehidupan Islam dan menerapkannya di bumi ini.
Wallahu’alam bish-shawwab.[]
Masya Allah, sangat bgus dan membantu membuka wawasan bagi pembaca