“Generasi Bocil Citayam” Inikah Wujud Sekularisasi Pendidikan?

"Generasi bocil SCBD yang dianggap sebagai ajang kumpul kreatif anak muda ini telah membawa gerakan sosial baru di masayarakat, namun yang disayangkan adalah “ajang kreatif” gaya hidup jalanan yang ditampilkan para remaja tersebut bukanlah hal yang patut dijadikan contoh bagi para remaja lainnya."

Oleh. Desi Wulan Sari, M.Si.
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Fenomena aksi bocil SCBD (Sudirman, Citayam, Bojong Gede dan Depok) tengah viral di kalangan remaja. Berbondong-bondong para ABG mendatangi daerah Sudirman, Jakarta Pusat hanya untuk nongkrong dan bersenda gurau semata, bertemu teman-teman dunia maya ataupun nyata menjadi kesukaan mereka kini.

Bahkan, para konten kreator di media sosial ramai-ramai ikut mendatangi tempat kumpul mereka agar bisa mewawancarai anak-anak remaja viral tersebut demi mengisi platform media yang mereka miliki. Seperti juga halnya remaja asal Depok bernama Fajar, ia mengatakan bahwa dia baru datang ke tempat itu dengan alasan bagus tempatnya, sedang viral. Begitupun sepasang remaja yang mengaku berkenalan dan berpacaran di media sosial, mereka bertemu di taman tersebut hanya untuk sekafar nongkrong, alasan kedatanagn mereka karena senang dan banyak keramaian dari berbagai daerah dengan outfit fashion berseliweran di sekitarnya. Gaya busana yang disebut dengan Citayam Fashion Week juga menjadi ajang tempat para ABG tetsebut beraksi di seputar taman dan jalan Sudirman ini. (Tempo.co, 15/7/2022)

Banyak para pengamat sosial melihat fenomena ini merupakan ajang pencarian jati diri dari para remaja. Melihat gaya dan penampilan yang urakan, ciri khas ala street fashion yang mereka kenakan seakan menunjukkan bahwa para ABG tersebut tampil dan hidup apa adanya di jalanan, dengan dalih ekspresif dituangkan dalam outfit yang mereka kenakan. Padahal, jauhnya pembinaan dan pendidikan yang semestinya mereka dapatkan, baik pendidikan formal seperti sekolah maupun pendidkan agama, menjadikan mereka semakin jauh dari pembentukan karakter cemerlang.

Saking viralnya fenomena anak-anak SCBD ini, pejabat negara setaraf menteri pun memberikan atensinya kepada mereka, salah satunya kepada seorang remaja yang bernama Bonge yang ditawarkan bea siswa pendidikan untuk menlanjutkan sekolah formalnya. Namun, tawaran tersebut ditolak dengan alasan ingin fokus berkarier sebagai konten kreator.

Generasi bocil SCBD yang dianggap sebagai ajang kumpul kreatif anak muda ini telah membawa gerakan sosial baru di masayarakat, namun yang disayangkan adalah “ajang kreatif” gaya hidup jalanan yang ditampilkan para remaja tersebut bukanlah hal yang patut dijadikan contoh bagi para remaja lainnya. Seakan para remaja viral tersebut tidak membutuhkan pendidikan formal maupun agama. Lingkungan keluarga dan impitan ekonomi kerap dijadikan alasan mereka untuk keluar mencari uang demi memenuhi kebutuhannya dan mendapatkan kebahagiaan dalam definisi mereka sendiri.

Fenomena generasi yang dilahirkan di era sistem sekuler ini sungguh membuat meringis. Masa-masa mencari jati diri para remaja tersebut semakin tidak terkontrol karena jauhnya akidah Islam dalam diri mereka, juga lingkungan yang tidak kondusif membuat mereka semakin jauh terlena pada kebahagiaan semu.

Dengan tampilan mereka yang acak-acakan, fashion tabrak-tabrakan, aurat yang banyak diumbar, serta pergaulan antara laki-laki dan perempuan tidak ada pemisah sama sekali, menjadi bukti bahwa fenomena pendidikan sekuler kian nyata kerusakannya. Pendidikan ala sistem sekuler ini telah membawa dampak buruk bagi generasi penerus bangsa. Kekosongan pendidikan agama di dalam diri mereka, semakin melemahkan akidah dan membahayakan peran generasi muda penerus bangsa.

Apakah fenomena ini akan terus dipertahankan? Mampukah generasi bocil SCBD menjadi generasi cemerlang mufakirun siyasiyun? Pendidikan seperti apa yang layak diterapkan dalam mengatasi fenomena ini?

Pandangan Islam terhadap Generasi

Menurut Islam, sebuah generasi adalah aset terbesar negara yang menjadi faktor munculnya peradaban gemilang di masa yang akan datang. Generasi muda yang diharapkan umat itu adalah sosok generasi yang tangguh, bertakwa, dan memiliki kepribadian mufakirun siyasiyun di dalamnya.

Maka, untuk meewujudkan kepribadian tersebut diperlukan sistem yang mendukung terbentuknya kepribadian Islam yaitu dengan melihat keseriusan institusi yang ada dalam sebuah negara. Dimulai dari institusi terkecil seperti keluarga, kemudian masyarakat dan lingkungan hingga institusi terbesar yaitu negara yang mampu mendukung berbagai fasilitas dan kebijakan dalam pembentukan karakter generasi gemilang. Karena tidaklah mungkin sosok pemuda cemerlang dambaan umat tersebut hadir jika prosesnya dilakukan dengan cara keliru, atau instan apalagi dengan meninggalkan hukum syarak yang telah Allah tetapkan.

Inilah institusi-institusi yang bertanggung jawab dalam membentuk karakter pemuda cemerlang, Pendidikan karakter ini berdasarkan nilai Islam, dimana seluruh komponennya mencakup pengetahuan moral, mental, dan spiritual yang dikembangkan dalam nilai-nilai Islam. Di antaranya adalah sebagai berikut:

Institusi Keluarga

Seorang anak dididik sejak masa kandungan ibunya, pengenalan kepada Allah Swt dengan sering membacakan ayat-ayat suci Al-Qur’an. Setelah lahir mulailah dengan pembentukan jiwa tanggung jawab dan disiplin mulai semakin ketat, seperti menjalankan perintah salat. Kemudian fase berikutnya adanya kematangan berpikir yang dibentuk, orang tua harus mampu berperan sebagai teman, sahabat yang mampu diajak berkomunikasi bagi anak-anaknya. Hingga masuklah pada fase dewasa, dimana anak sudah mulai paham dan mampu menjaga komitmen akan tanggung jawabnya dalam menemukan jati diri dan bekal untuk kehidupan dewasa kelak.

Institusi Masyarakat

Kepercayaan seorang anak kepada orang tuanya dapat terjadi jika pendidikan yang diterima sang anak sesuai dengan syariat. Bagaimana Rasulullah saw menunjukkan cara beliau mendidik seorang anak dalam keluarga dan lingkungannya. Jika seorang anak mampu menjunjung tinggi harkat dan martabat orang tuanya, maka ia mampu menjadi seorang generasi kuat dan bertakwa, karena aset terbaik bagi orang tua dan negara adalah anak yang berakarakter Islam sebagai calon pemimpin umat di masa depan. Pendidikan seperti sekolah dan majelis-majelis ilmu yang berakarakter Islam akan membentuk kepribadian dambakan umat.

Institusi Negara

Inilah institusi terakhir yang memegang peranan penting dalam memunculkan generasi-generasi masa depan penerus bangsa yang penuh wibawa, adil, jujur, percaya diri dan dapat bertanggung jawab dalam melaksanakan amanah yang diembannya. Sehingga negaralah yang harus melindungi para generasi muda tersebut agar tidak terkontaminasi pemikirannya dengan pemikiran Barat atau asing yang merusak penuh kemudaratan. Adapun cara yang ditempuh negara dengan menutup akses kemaksiatan dan sistem-sistem yang mampu merusak generasi hingga menjadi generasi yang dilupakan. Seorang pemimpin yang ingin bangsanya kuat maka persiapan regenerasi itulah yang terpenting, dengan memepersiapkan segala kebutuhan pendidikan yang dibutuhkan hingga menghasilkan pemuda-pemuda yang berakarakter Islam dambaan umat.

Hingga pada waktunya umat yakin bahwa generasi muda mana pun termasuk para Bocil Citayam yang viral kini, diyakini akan mampu menjadi generasi terbaik umat di masa yang akan datang. Bagaimana mereka muncul sebagai generasi cemerlang? Tentunya dengan memberikan pendidikan terbaik yang dimulai dari keluarga, masyarakat dan negara. Pendidikan yang sesuai dengan syariat seperti yang Rasullullah saw teladankan pada kita semua.

Allah Swt berfirman dalam QS Luqman: 17.

يٰبُنَيَّ اَقِمِ الصَّلٰوةَ وَأْمُرْ بِالْمَعْرُوْفِ وَانْهَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَاصْبِرْ عَلٰى مَآ اَصَابَكَۗ اِنَّ ذٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْاُمُوْرِ

Artinya:
"Wahai anakku, laksanakanalah shalat dan suruhlah (manusia) berbuat yang makruf dan cegahlah (mereka) dari yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yamg menimpamu, sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah)."

Sejatinya, pemuda generasi bocil Citayam pun mampu mejadi generasi cemerlang jika mereka dibina dan dididik dengan benar, mewujudkan tujuan sebagai generasi bertakwa yang mufakirun (pemikir), dimana mereka fokus kepada urusan umat yang bersifat siyasah (politik), hingga mejadi sosok pemuda mufakirun siyasiyun, yaitu menjadi generasi pemikir di seluruh bidang kehidupan sesuai dengan nilai-nilai Islam yang mulia. Wallahu a’lam bishawab.[]


Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Desi Wulan Sari Seorang penggiat dakwah dan Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Hijrah Menuju Islam Kaffah
Next
Pilihan Hakiki
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram