Mewaspadai Ancaman Virus Marburg

"Wabah tersebut terkait dengan pekerjaan laboratorium menggunakan monyet hijau Afrika (Cercopithecus aethiops) yang diimpor dari Uganda,
(WHO)

Oleh. Novida Sari, S.Kom

NarasiPost.Com-Alih-alih membumihanguskan pandemi corona yang sudah dua tahun bercokol di dunia. Kini telah hadir virus mematikan bernama virus Marburg yang mirip dengan virus ebola. Virus ini sudah terdeteksi di Gueckedou, Afrika bagian Barat.

WHO di laman resminya mengatakan bahwa virus Marburg (MVD) merupakan penyakit yang sangat virulen, rawan epidemi dengan tingkat kematian kasus yang cukup tinggi, mencapai 24 hingga 88%.  Sebelumnya Penyakit virus MVD dikenal sebagai demam berdarah Marburg. Virus MVD ini mampu menyebabkan demam berdarah parah pada manusia. Pada 2 Agustus lalu, seorang pasien pria yang terjangkit virus MVD telah meninggal, delapan hari setelah timbul gejala.

Mengenal virus Marburg, dilansir dari Kompas.com, penyakit ini terdeteksi pada tahun 1967, menyusul dua wabah besar secara bersamaan di laboratorium di Kota Marburg, Jerman, dan di Beograd, ibu kota Yugoslavia saat itu. WHO mengatakan, “Wabah tersebut terkait dengan pekerjaan laboratorium menggunakan monyet hijau Afrika (Cercopithecus aethiops) yang diimpor dari Uganda,

Kemudian, wabah dan kasus sporadis dilaporkan terjadi di Angola, Republik Demokratik Kongo, Kenya, Afrika Selatan, dan Uganda. Penularan virus MVD ke manusia dapat terjadi karena kontak yang terlalu lama di gua atau tambang yang dihuni oleh koloni kelelawar Rousettus.

Pada awalnya, diagnosis klinis penyakit virus MVD yang sangat menular ini, sulit dibedakan dengan penyakit demam tropis karena kemiripan dari gejalanya. Penularan virus MVD melalui manusia ke manusia dapat terjadi dengan kontak langsung melalui kulit yang terluka atau selaput lendir dengan darah, sekresi, organ atau cairan tubuh dari orang yang terinfeksi, dan dengan permukaan dan bahan seperti pakaian, tempat tidur dari orang yang terkontaminasi virus tersebut.

WHO menyatakan, masa inkubasi dari terinfeksi hingga timbulnya gejala bervariasi, mulai 2 hingga 21 hari. Gejala penyakit yang disebabkan oleh virus MVD bisa muncul secara tiba-tiba, dimulai dari sakit kepala parah, demam tinggi, juga malaise (tidak enak badan) parah. Gejala nyeri otot merupakan salah satu ciri umum selain dari gejala diare yang parah, sakit perut dan kram, mual dan muntah yang bisa didapat pada hari ketiga dan bertahan selama seminggu.  Pada fase ini, pasien digambarkan “seperti hantu”, karena mengalami mata cekung, wajah tanpa ekspresi, dan kelesuan yang ekstrem.

Sikap Pemerintah Terhadap Penyebaran Virus Marburg

WHO telah memperingatkan potensi virus MVD menyebar dan menginfeksi manusia di dunia. Siti Nadia T selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah menanyakan lebih lanjut tentang virus yang dimaksud. Namun, Nadia belum memastikan terkait keberadaan virus MVD ini. Akan tetapi, Nadia mengatakan bahwa Kemenkes akan terus memantau perkembangannya.

Sejauh ini, belum ada pengobatan maupun vaksin untuk jenis virus ini. Oleh karena itu, pemerintah harus berkaca pada masuknya pandemi Corona. Dibutuhkan penangan yang tepat, cepat, dan tanggap. Jangan sampai berlarut-larut dan pada akhirnya herd immunity yang terjadi.

Islam Menghentikan Sebaran Virus

Islam telah memberi solusi yang benar dalam berbagai persoalan manusia, termasuk dalam menangani makhluk kecil bernama virus. Bahkan solusi Islam sesuai fakta dan tuntas berdasarkan pada pendekatan manusiawi yang sesuai dengan fitrahnya, bukan solusi yang asal-asalan. Solusi kesehatan yang digali dari sistem Islam meniscayakan terwujudnya dua tujuan pokok penanggulangan pandemi dalam waktu singkat.

Tujuan pokok yang pertama, adanya jaminan terpeliharanya kehidupan normal di luar area yang terjangkiti wabah. Sedangkan yang kedua, memutus rantai penularan secara efektif dan cepat, sehingga mencegah manusia dari bahaya infeksi dan kondisi yang mengantarkan pada kematian. Karena dalam kacamata Islam, keselamatan nyawa manusia lebih utama daripada apa pun, sebagaimana sabda Rasulullah Saw, “Hilangnya dunia, lebih ringan bagi Allah dibandingkan terbunuhnya seorang mukmin tanpa hak.” (HR. At-Tirmidzi)

Kedua tujuan pokok ini tercermin pada dua prinsip yang efektif dalam memutuskan rantai penularan wabah. Prinsip pertama adalah penguncian area wabah dengan lockdown syar’i. Rasulullah Saw melalui lisannnya yang mulia bersabda, “Apabila kalian mendengar wabah di suatu tempat, janganlah memasuki tempat itu, dan apabila terjadi wabah sedangkan kamu sedang berada di tempat itu, janganlah keluar darinya.” (HR Muslim)

Prinsip ini sangat efektif dalam memutus rantai wabah apalagi terhadap wabah yang belum diketahui seperti virus MVD ini. Dengan prinsip ini, wilayah yang tidak terkena virus akan tercegah dari kasus impor (imported case) bahkan pada kasus mutasi virus pada kondisi tertentu.

Prinsip kedua dengan 3T (Trace/ lacak, test/ uji, and treat/ obati). Setiap penyakit itu memiliki penawar, sebagaimana sabda Rasulullah Saw, "Setiap penyakit ada obatnya. Apabila ditemukan obat yang tepat untuk suatu penyakit, akan sembuhlah penyakit itu dengan izin Allah 'azza wajalla." (HR Muslim)

Dalam hal ini, negaralah yang bertugas untuk menemukan obat secepat mungkin dengan mengembangkan teknologi kedokteran dan medis mutakhir yang berkhidmat pada kemanusiaan.

Di hadis lain, Rasulullah Saw. bersabda, “Janganlah Sekali-kali orang berpenyakit menular mendekati yang sehat.” (HR.Imam Bukhari)

“Hindarilah orang yang berpenyakit kusta seperti engkau menghindari singa.” (HR.Abu Hurairah)

Kedua hadis ini dapat diimplementasikan antara lain dengan massive testing dengan hasil yang akurat kepada setiap orang yang berada di areal wabah. Sebab, mereka semua berpotensi terinfeksi dan berisiko menjadi penular. Kemudian, yang sudah terinfeksi agar segera diisolasi dan diobati hingga benar-benar sembuh. Pertanyaannya, apakah pemerintah siap untuk mengaplikasikannya?[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Novida Sari, S.Kom Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Merdeka Tak Sekadar Kibarkan Bendera
Next
RUSAK
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram