“Apabila di akhir zaman, manusia di kalangan mereka itu harus menggunakan dinar-dirham dan dinar-dinar sehingga dengan kedua mata uang itu seorang laki-laki menegakkan agama dan dunianya.” (HR. Thabrani)
Oleh. Miladiah al-Qibthiyah
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Ketika kita membuka kembali lembar demi lembar torehan tinta emas dalam sejarah peradaban manusia, maka kita akan jumpai sebuah nilai tukar yang unggul dan independen. Nilai tukar ini pernah bertahan menjadi mata uang dunia hampir 14 abad lamanya, yaitu terhitung dari masa Rasulullah Saw. memimpin negara Islam pertama di Madinah. Sejak saat itulah mata uang dinar dan dirham digunakan sebagai alat tukar mutlak di dunia Islam.
Sebenarnya, jauh sebelum Islam datang, dinar dan dirham telah menjadi alat transaksi bagi bangsa Romawi dan Persia. Saat itu, dinar dan dirham masuk ke wilayah jazirah Arab sebagai mata uang melalui ekspansi pedagang Syam di bawah pengaruh bangsa Romawi serta pedagang Yaman di bawah pengaruh bangsa Persia. Begitu Islam datang, Rasulullah telah mengakui transaksi itu.
Rasulullah bahkan menjalankan roda ekonomi menggunakan dinar dan dirham sebagai alat transaksi dan menetapkannya sebagai alat tukar menukar barang yang sah dalam perniagaan dan perdagangan. Sebagaimana diketahui dinar dan dirham adalah uang yang berbahan lapis emas, maka nilai tukarnya tidak pernah mengalami inflasi maupun deflasi, yakni bersifat tetap.
Di masa Rasulullah, sahabat Arqam bin Abi al-Arqam memproses dari segi bobot dan kandungan emasnya. Sebab, beliau memang ahli dalam menempa emas dan perak kala itu. Maka, saat itulah yakni pada masa Umar bin Khatthab, dinar dan dirham diberi lafadz hamdalah dan Muhammad Rasulullah sebagai identitas kuat umat Islam.
Ketika kekuasaan Islam tersebar luas ke wilayah Bahrain, Iran, Irak, Mesir dan Andalusia, dinar dan dirham juga semakin menyebar ke wilayah tersebut. Tidak ada yang mampu menandingi kekuatan dinar dan dirham pada masa itu. Bahkan, dinar dan dirham tahan dengan hantaman roda ekonomi, sehingga para ulama bersepakat bahwa perhitungan zakat ditentukan menggunakan dinar dan dirham.
Waspada Hegemoni Cina
Disadari atau tidak, dinar dan dirham kembali menarik perhatian untuk dibahas setelah viral sebuah berita di media online ternama yang mengungkapkan bahwa Presiden Joko Widodo akan mengganti nilai tukar rupiah dengan Yuan, mata uang resmi Cina. Menurutnya, dolar Amerika Serikat tak dapat lagi menjadi tolok ukur perekonomian Indonesia. Selain itu, Cina adalah bilateral dagang terbesar negara Indonesia. Maka, sangat relevan bila kurs rupiah-yuan mencerminkan solusi fundamental ekonomi Indonesia menurutnya.
Persaingan yang terjadi antara negara maju di berbagai aspek kehidupan merongrong Cina untuk menjadi negara adidaya yang akan menjadi kiblat dunia setelah hampir berhasil menggeser hegemoni AS atas dunia Islam. Hal ini terbukti dari keunggulan Cina yang melesat di sektor ekonomi, teknologi, dan infrastruktur, membuat negara-negara berkembang seperti Indonesia memandangnya sebagai negara super power yang serba bisa. Bahkan, keunggulan Cina menempati banyak wilayah di dunia saat ini. Tagline ‘Made in China’ adalah satu dari sekian banyak bukti hegemoni Cina dalam bidang perekonomian dunia mulai ada di mana-mana.
Hegemoni Cina atas Indonesia semakin diperkuat dengan adanya wacana kurs rupiah-yuan. Tentu saja kerja sama semacam ini tidak serta-merta selain memiliki tujuan untuk melanggengkan kekuasaan. Cina telah memanfaatkan proyek OBOR (One Belt One Road) sebagai salah satu celah memasuki Indenesia. Proyek ini fokus pada pembangunan jalur lalu lintas perdagangan darat dan laut, yang akan melintasi benua Asia, Eropa, dan Afrika. Tujuan lain dari proyek ini adalah untuk meningkatkan dan memperkuat koneksi atau hubungan dengan negara-negara ASEAN di segala bidang, seperti keuangan, pembangunan infrastruktur dan transportasi, dan lain-lain. Keunggulan yang dimiliki oleh Cina telah berhasil mengubah sudut pandang Indonesia yang menjadikan Cina sebagai aktor di balik agenda besar Indonesia sebagai poros maritim dunia dengan tujuan memberantas tindakan illegal fishing yang dilakukan oleh pihak asing.
Hegemoni Cina akan memanfaatkan momen ini untuk semakin melanggengkan kerja sama bilateral dengan Indonesia di jalur maritim hingga penetapan kurs mata uang.
Tidak hanya berhenti di situ. Cina perlahan mencoba masuk lebih dalam ke lapisan esensial Indonesia, yakni memberi pinjaman berupa utang berkedok investasi. Semakin nampak Cina telah mempersiapkan orang pribumi menjadi bawahannya dengan cara yang halus. Dengan kedok investasi, perlahan Cina akan mengambil alih bahkan mengelola potensi sumber daya alam yang dimiliki Indonesia. Hal ini terbukti dari banyaknya WNA Cina tinggal di Indonesia dalam jangka waktu yang cukup lama. Alhasil, dapat terlihat bahwa terdapat hegemoni di balik segala tindakan Cina berkedok kerja sama bilateral terhadap Indonesia, dan hal ini bisa saja berlaku bagi negara-negara di belahan dunia lain.
Keunggulan Dinar dan Dirham
Sebuah negara dikatakan independen apabila bebas dari hegemoni Barat atau kapitalisme Timur yakni aseng dalam bidang apa pun, termasuk dalam penetapan mata uang. Wacana Presiden Joko Widodo menetapkan kurs rupiah-yuan harus membuka mata dan pikiran publik bahwa satu-satunya mata uang yang memiliki nilai unggul, tetap, serta tidak pernah mengalami inflasi adalah mata uang yang pernah bertahan sepanjang sejarah peradaban manusia, yakni dinar dan dirham. Sejarah telah membuktikan bahwa praktik perdagangan umat Islam telah menggunakan dinar dan dirham selama berabad-abad.
Salah satu nikmat terbesar dari Allah Swt. adalah telah diciptakannya dinar dan dirham. Melaui dinar dan dirham, kehidupan menjadi lurus dan sejahtera. Dinar terbuat dari kepingan emas, sedangkan dirham adalah mata uang yang terbuat dari perak. Islam memandang bahwa mata uang yang sah dalam melakukan transaksi adalah dinar (emas) dan dirham (perak).
Sebuah keharusan untuk menjadikan dinar dan dirham sebagai satu-satunya basis mata uang di sektor ekonomi. Keunggulan dari dinar dan dirham adalah sebagai mata uang yang memiliki legitimasi yang begitu kuat baik di dalam negeri maupun di luar negeri, dinar dan dirham yang terbuat dari bahan lapis emas dan perak memiliki nilai yang sangat tinggi dan dijamin akan diterima luas oleh masyarakat dunia. Selain itu, mata uang dengan standar dinar dan dirham juga memiliki keunggulan sistem moneter.
Keunggulan mata uang dinar dan dirham yang lain adalah inflasi rendah dan terkendali. Sebagaimana diketahui emas memiliki nilai tukar yang relatif stabil, maka mata uang masing-masing negara akan disandarkan pada emas yang nilainya tetap dan stabil. Dinar dan dirham juga mutlak memiliki keseimbangan neraca pembayaran antarnegara secara otomatis. Selain itu, sistem dinar dan dirham memiliki keunggulan prima, yakni berapa pun jumlahnya dalam satu negara, sedikit atau banyak akan mampu memenuhi kebutuhan pasar dalam pertukaran mata uang, juga memiliki kurs yang stabil antarnegara.
Berbagai keunggulan yang dimiliki dinar dan dirham akan mampu mengantarkan dinar dan dirham menjadi pemimpin mata uang di dunia. Kemampuan mata uang dinar dan dirham dalam mengatasi berbagai masalah moneter tak perlu diragukan lagi.
Keberadaan dinar dan dirham sebagai mata uang yang kuat dan independen akan mampu membebaskan sebuah negara dari hegemoni kapitalisme Barat maupun Timur. Oleh karena itu, mewujudkan mata uang dinar dan dirham menjadi pemimpin mata uang di dunia hanya bisa terealisasi ketika institusi politik dunia bersatu di bawah naungan negara Khilafah. Sebab, hakikatnya Khilafahlah yang akan mengantarkan umat ke jalan yang lurus serta hidup mulia sebagaimana Allah memuliakan umat dengan emas dan perak di masa lampau. Wallaahu a'lam bi ash-shawab.[]