Moderasi beragama diaruskan Barat untuk mencampuradukan ide kufur yang dikemas dengan nama Islam. Sementara, Islam merupakan ajaran yang sempurna dalam menjalani kehidupan.
Oleh. Suryani
(Kontributor NarasiPost.Com dan Pegiat Literasi)
NarasiPost.Com-Moderasi beragama kerap digaungkan oleh tokoh-tokoh bangsa ini. Mereka menganggap bahwa hal tersebut mampu menjadi kunci untuk menciptakan keharmonian dan keseimbangan dalam masyarakat yang majemuk.
Pernyataan itu pula yang diungkapkan oleh Yusuf Ali Tantowi, Ketua Baznas Kabupaten Bandung, saat memberikan materi pada kegiatan Pelatihan Penguasaan Moderasi Beragama (PPMB) yang diselenggarakan di Balai Diklat Keagamaan (BDK) Bandung. Beliau menegaskan di hadapan 60 orang peserta, bahwa moderasi beragama merupakan isu yang sangat relevan dan krusial dalam konteks dunia modern yang semakin kompleks dan plural. (Balitbangdiklat.id, 19-07-2024)
Moderasi beragama sebenarnya telah banyak diaruskan sejak beberapa tahun terakhir, baik itu di dunia pendidikan semisal sekolah, kampus, maupun pesantren. Bahkan sering kali diselenggarakan seminar-seminar atau program-program lain untuk memperkuat opini tersebut.
Lantas dari mana ide ini muncul? Salah satunya didorong oleh pandangan bahwa agama dapat menyebabkan pertikaian dan ketidakadilan, sehingga perlu untuk dimoderasi agar tercipta kondisi aman dan damai. Hal ini pun dipandang sebagai solusi bagi masyarakat plural yang multikultural sebagaimana di negeri kita saat ini.
Moderasi Pandangan Sesat
Sesungguhnya pandangan tersebut sangat sesat dan menyesatkan, karena sejatinya agama justru mengajarkan kebaikan bagi siapa pun yang menjalankannya. Justru hakikatnya ide ini datang dari Barat dan upaya mereka untuk melemahkan kaum muslim, agar semua kepentingannya bisa berjalan mulus, yakni menjauhkan umat dari agamanya, hingga leluasa untuk menguasai potensi negerinya, juga meredam kebangkitan Islam.
Penyebab dari permasalahan di tengah-tengah umat baik yang seagama maupun antaragama, bukan disebabkan oleh agama, melainkan sistem kapitalisme yang sedang diterapkan oleh negara saat ini. Sistem ini dikendalikan oleh para kapital yang bekerja sama dengan penguasa yang disebut oligarki. Mereka bekerja sama untuk memperkaya diri dan golongannya tanpa memikirkan kemaslahatan rakyat.
Kita bisa lihat di mana sektor ekonomi dari hulu hingga hilir dikuasai oleh oligarki. Rakyat hanya jadi konsumen untuk membeli produk-produknya. Di samping itu, sumber daya alam yang sejatinya milik rakyat diserahkan pada swasta bahkan asing dengan dalih investasi, hingga masyarakat pun harus membayar mahal untuk mendapatkannya. Bahkan di tahun 2018 saja kita dapati 10% orang terkaya menguasai 75% total kekayaan bangsa ini. (Databoks.co.id, 9-11). Kondisi inilah yang memunculkan ketimpangan dan sudah pasti akan melahirkan banyak permasalahan.
https://narasipost.com/opini/07/2024/moderasi-beragama-upaya-mengerdilkan-islam/
Angka kemiskinan dari hari ke hari semakin meningkat, hingga sudah ada beberapa kasus yang mati kelaparan. Saking sulitnya rakyat untuk memenuhi kebutuhan hidup memicu terjadinya tindak kejahatan seperti pencurian, pembegalan, hingga tak sedikit yang berujung pada pembunuhan. Jadi, permasalahan inilah sejatinya penyebab terbesar dari terciptanya kondisi masyarakat yang jauh dari kata aman dan damai akibat agama sudah dijauhkan dari kehidupan.
Semua itu wujud kegagalan sistem kapitalisme dalam menyejahterakan dan itu pula sebenarnya yang harus segera pemerintah sadari dan mencari solusi hakiki untuk menyelesaikannya, bukan moderasi agama yang dengan ide-idenya justru menjauhkan umat dari Islam.
Islam Ajaran Sempurna
Islam yang diaruskan Barat lewat moderasinya bukanlah Islam sebagaimana Rasul saw. emban, melainkan cara Barat mencampuradukan ide kufur yang dikemas dengan nama Islam. Sementara, Islam merupakan ajaran yang sempurna untuk mengatur kehidupan umat manusia. Keberadaannya khusus diturunkan Allah Swt. untuk menjadi tuntunan penduduk bumi dalam menjalani kehidupan di dunia ini.
"Dan barang siapa mencari agama selain Islam, dia tidak akan diterima, dan di akhirat dia termasuk orang yang rugi." (TQS. Ali Imran ayat 85)
Islam ketika dijalankan oleh segenap manusia tidak hanya akan menyelamatkan mereka di dunia dan akan membawa kesejahteraan kepada seluruh penghuni bumi ini, tetapi juga bisa membawa pada kebahagiaan akhirat sebagi pencapaian tertinggi.
Dalam urusan dunia akan dipastikan seluruh kebutuhan pokok tercukupi, baik sandang, pangan, dan papan, melalui penyediaan lapangan pekerjaan bagi para pencari nafkah. Kalaupun mereka tidak mampu bekerja karena keterbatasan fisik, maka akan beralih ke negara dalam memenuhinya. Bahkan kebutuhan kolektif rakyat seperti kesehatan, pendidikan, dan keamanan disediakan negara dan semua masyarakat bisa mengakses dengan gratis.
Semua bisa negara lakukan karena didukung oleh sistem ekonomi Islam yang mengatur kepemilikan, di mana individu atau swasta apalagi asing diharamkan menguasai sumber daya alam yang merupakan milik rakyat. Semua dikelola negara dan manfaatnya dikembalikan kepada seluruh rakyat.
Maka, ketika semua aturan berjalan sesuai fungsinya masing-masing, dibarengi oleh pemimpin yang beriman dan bertakwa serta jauh dari kepentingan diri dan kelompoknya, bisa dipastikan rakyat akan berada dalam kesejahteraan, keamanan, dan kedamaian. Pemimpin yang menerapkan Islam secara menyeluruh juga akan mampu mewujudkan ketakwaan kolektif bagi seluruh masyarakatnya karena berjalannya aktivitas amar makruf nahi mungkar serta terwujudnya penegakan sanksi yang tegas.
Semua itu merupakan suatu kewajiban bagi seluruh umat muslim untuk menghadirkannya kembali ke tengah-tengah umat saat ini dengan cara berdakwah menyampaikan kesempurnaan dan keutamaannya. Hingga umat memahami dan merasa butuh akan keberadaan pemimpin berikut institusi sahihnya yang benar-benar peduli dan menjaga rakyatnya dari pemikiran dan budaya merusak.
Wallahu a'lam bishawab.[]
Jazakunnallah Tim Np juga pemrednya,
Semoga tulisan ini banyak memberi pencerahan kepasa siapun yang membacanya, juga NP senantiasa terus bersinar menerangi literasi dunia ini.
Semoga tidak terjebak dengan moderasi beragama ya saudara-saudaraku