Mimpi Indonesia Emas 2045, Akankah Menjadi Nyata?

"Sebagus apa pun visi dan cita-cita bangsa ini untuk menjadi negara maju, tetapi jika tidak didukung oleh sistem yang sahih, maka impian itu tidak akan pernah menjadi kenyataan."

Oleh. Sartinah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com & Penulis Rempaka Literasiku )

NarasiPost.Com-Tujuh puluh delapan tahun sudah umur negeri ini. Sayangnya, sejak berdiri hingga kini belum sekali pun negeri ini benar-benar merdeka, apalagi menjadi negara maju. Namun, bukanlah sebuah bangsa yang hebat jika tak memiliki mimpi dalam perjalanannya. Pun demikian dengan Indonesia. Mimpi besar negeri ini adalah menjadi negara berdaulat, maju, dan berkelanjutan yang digadang-gadang dapat terwujud saat usianya 100 tahun.

Visi Indonesia Emas

Demi mewujudkan cita-cita Indonesia Emas 2045 dengan visi "Negara Nusantara Berdaulat, Maju, dan Berkelanjutan", pemerintah melalui Kementerian PPN/Bappenas akan mengeluarkan rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (RPJPN) tahun 2025-2045. Pemerintah pun menargetkan agar negeri ini masuk dalam deretan lima besar negara dengan perekonomian terbesar di dunia tahun 2045 mendatang.

Karena itu, dalam peluncuran RPJPN 2025-2045 di Djakarta Theater, Jakarta, pada Kamis (15/6), Presiden Jokowi menegaskan pentingnya mengambil peluang dengan menggunakan perencanaan, visi, serta strategi besar yang taktis dalam mewujudkan Indonesia Emas 2045. Presiden pun menyebut bahwa pada 2030 nanti, Indonesia akan mengalami puncak bonus demografi, di mana total penduduk berusia produktif berjumlah 68,3 persen. Hal ini, kata Jokowi, adalah kesempatan yang hanya datang satu kali dalam peradaban sebuah bangsa, sehingga harus dimanfaatkan sebaik mungkin agar tak menjadi bencana. (Mediaindonesia.com, 16/06/2023)

Setidaknya ada tiga acuan pembanguan dalam RPJPN tersebut, yakni stabilitas bangsa yang terjaga, berkelanjutan dan kesinambungan, serta SDM yang berkualitas. Demi mencapai hal tersebut, pemerintah sudah merumuskan 8 agenda pembangunan dan 17 arah pembangunan yang diukur melalui 45 indikator utama pembangunan.

Dengan target pembangunan tersebut diharapkan pada tahun 2045 mendatang, Indonesia akan menjadi negara yang memiliki pendapatan setara dengan negara maju, yakni US$30.000 per kapita atau US$21.000 pada tahun 2037 mendatang. Selain itu, Indonesia menargetkan sebagai negara yang memiliki kepemimpinan dan pengaruh kuat di mata internasional, persentase kemiskinan mendekati 0 persen, serta berkurangnya ketimpangan.

Mimpi besar untuk menjadi negara maju dan berdaulat memang harus dimiliki oleh sebuah bangsa. Lantas, mampukah negeri ini mewujudkan mimpi Indonesia Emas 2045 di tengah kuatnya cengkeraman ideologi kapitalisme liberal?

Tak Bertimbal dengan Realitas?

Indonesia Emas 2045 adalah cita-cita sekaligus mimpi. Cita-cita tentang masa depan negeri ini sekaligus impian besar saat usianya genap 100 tahun. Namun, perlu diingat bahwa sebagus apa pun rancangan dan rencana yang sudah disusun, tetapi sekali lagi hal itu hanyalah prediksi yang bisa saja meleset. Jika melihat cita-cita yang tertuang dalam visi Indonesia Emas 2045, ada beberapa hal yang masih menjadi PR besar pemerintah, di antaranya:

Pertama, pemerintah menargetkan menjadi negara yang memiliki pengaruh kuat di mata internasional.

Secara teoretis hal ini memang terlihat mudah dilakukan. Namun, dalam praktiknya ternyata tak selalu sesuai dengan yang diharapkan. Berbicara tentang posisi negeri ini di mata dunia tentu berkaitan dengan politik luar negerinya. Sayangnya, sejak dahulu hingga kini, Indonesia justru tampak tunduk di bawah setir negara-negara asing, khususnya AS. Hal itu salah satunya dapat dilihat dari kebijakan negeri ini dalam menyikapi konflik negeri muslim lainnya. Misalnya saja terkait kasus Palestina dan Israel, Indonesia bukannya mendukung kemerdekaan Palestina secara de jure dan de facto, tetapi justru memberikan solusi yang sama dengan AS, yakni solusi dua negara.

Di sisi lain, Indonesia masih menjadi objek geopolitik global. Artinya, negeri ini masih menjadi sasaran, tempat bagi aktor-aktor global (baik kapitalisme maupun sosialisme) menancapkan pengaruhnya di negeri ini. Ketika menancapkan pengaruhnya, berarti mereka ingin Indonesia menjadi objek, juga menjadi bagian dari ideologi mereka. Jika sejak merdeka hingga berusia 78 tahun saja negeri ini masih di bawah bayang-bayang negara asing, apakah mungkin saat berusia 100 tahun mendatang kondisinya akan berubah?

Kedua, pemerintah memprediksi kemiskinan pada 2045 mendekati 0 persen.

Kemiskinan memang menjadi problem klasik di negeri ini. Meski sudah puluhan tahun merdeka, tetapi kemiskinan masih saja membayangi perjalanan bangsa ini. Karena itu, mimpi menurunkan angka kemiskinan hingga nyaris 0 persen tampaknya akan sulit dilakukan. Lihat saja, meski umur negeri ini sudah 78 tahun, tetapi angka kemiskinan tetap tinggi.

Menurut data bps.go.id, jumlah penduduk miskin pada september 2022 berjumlah 26,36 juta orang. Sedangkan pendapatan per kapita sebesar US$4.140 pada 2021, sebagaimana dikutip dari data Bank Dunia. Walhasil, selama pengelolaan SDA masih berada di tangan asing dan kebijakan pemerintah tetap tidak pro rakyat, niscaya kemiskinan akan sulit dihilangkan, apalagi hingga mendekati 0 persen.

Ketiga, pemerintah dalam visi Indonesia Emas 2045 juga menargetkan berkurangnya ketimpangan.

Telah jamak diketahui bahwa ketimpangan memang menjadi problem tersendiri yang belum mampu diurai hingga kini, baik dalam aspek ekonomi, sosial, pendidikan, maupun infrastruktur. Dalam aspek ekonomi misalnya, berdasarkan data Global Wealth Report dari Boston Consulting Group pada 2018 silam, disebutkan bahwa 10 persen orang terkaya di Indonesia menguasai 75,3 persen dari total kekayaan penduduk negeri ini.

Bahkan, pada 2020 lalu, Global Wealth Report telah menempatkan Indonesia di peringkat ke-4 sebagai negara dengan tingkat kesenjangan tertinggi di dunia, setelah Rusia, India, dan Thailand. Dari sini saja dapat dilihat bahwa orang kaya semakin kaya, sedangkan orang miskin kian melarat. Pun demikian dengan ketimpangan dalam sektor sosial, pendidikan, infrastruktur, dan lainnya yang masih mencolok hingga kini.

Meraih Bonus atau Bencana Demografi?

Satu hal penting yang ingin dicapai Indonesia dalam visi Indonesia Emas di tahun 2045, yakni memanfaatkan bonus demografi yang diprediksi mencapai puncaknya sekitar tahun 2030. Karena itu, pemerintah menekankan pembentukan milenial dan generasi Z untuk menjadi SDM yang unggul, berkualitas, dan berkarakter. Sebab, merekalah yang digadang-gadang menjadi penentu arah peradaban bangsa Indonesia di tahun 2045 mendatang. Boleh dikatakan, mereka adalah generasi emas yang menjadi tumpuan harapan negara.

Bonus demografi sendiri adalah suatu keadaan di mana jumlah masyarakat akan didominasi oleh individu-individu dengan usia produktif, yakni rentang umur antara 16 hingga 64 tahun. Banyak pihak setuju bahwa bonus demografi adalah kesempatan bagi sebuah negara untuk menciptakan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Sebab, pada usia produktif tersebut, mereka memiliki kesempatan kerja dan kesempatan untuk menjadi produktif yang akan memicu pertumbuhan ekonomi.

Namun, terkadang antara cita-cita dan realitas tidaklah selalu sejalan. Alih-alih bakal mencapai bonus demografi, kenyataan di lapangan justru menunjukkan bahwa negeri ini sedang berjalan menuju bencana demografi. Hal ini bukan tanpa alasan. Berdasarkan data dari BNN, disebutkan bahwa mayoritas pecandu narkoba justru berada di usia produktif, yakni antara 29-40 tahun. Setali tiga uang, pengangguran di negeri ini pun didominasi oleh anak muda yang berusia antara 20-24 tahun, sebagaimana data yang dirilis BPS.

Tak hanya itu, berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh Pendiri Yayasan Sejiwa, sekitar 95,1 persen remaja di kota-kota besar seperti Jakarta, Aceh, D.I. Yogyakarta, mengaku sudah mengakses situs dan menonton video pornografi secara online. Pun demikian dengan pekerja seks komersial, pelaku kekerasan seksual, pelaku kriminal, hingga pembuat konten-konten nirfaedah di media sosial justru didominasi oleh usia produktif. Jika kondisi ini terus berlanjut dan tidak ada solusi mendasar, maka saat terjadi puncak demografi pada 2030 mendatang, negeri ini justru akan menerima petaka demografi.

Bahkan, bisa jadi negeri ini mengalami loss generation atau kehilangan generasinya di masa-masa mendatang. Negeri ini akan kehilangan dokter-dokter spesialis karena generasinya sedang sibuk dengan rehabilitasi narkoba. Negeri ini pun akan kehilangan ulama-ulamanya karena generasi mudanya lebih menyukai menonton konten-konten pornografi.

Jika demikian, maka visi Indonesia Emas 2045 hanyalah sebatas ilusi. Demikianlah, sebagus apa pun visi dan cita-cita bangsa ini untuk menjadi negara maju, tetapi jika tidak didukung oleh sistem yang sahih, maka impian itu tidak akan pernah menjadi kenyataan. Hingga kini, tak ada satu pun negara yang menganut sistem kapitalisme sekuler benar-benar mampu menjadi negara maju, mandiri, dan berdaulat.

Mewujudkan Negara Maju dengan Islam

Islam adalah agama yang sempurna dan memiliki karakter paripurna. Sejak diutusnya Nabi saw. membawa risalah Islam kepada seluruh umat manusia, agama ini telah mengantarkan umat Islam menjadi umat yang besar dan disegani oleh lawan maupun kawan. Mungkin banyak orang tidak menyadari bahwa umat Islam sudah didesain oleh Allah Swt. sebagai umat yang besar di bawah naungan Khilafah.

Potensi sebagai negara maju dan adidaya pun dimiliki oleh negeri-negeri Islam, termasuk Indonesia. Potensi tersebut, antara lain:

Pertama, kekuatan utama terbentuknya negara adidaya yang akan disegani oleh kawan maupun lawan terletak pada ideologi. Islam adalah satu-satunya ideologi kuat yang memberikan kebaikan bagi semua manusia dan menjadi solusi terhadap seluruh permasalahan.

Kedua, negeri-negeri muslim memiliki sumber daya manusia yang cukup besar, baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Saat ini saja jumlah kaum muslim di dunia ada sekitar dua miliar orang.

Ketiga, negeri-negeri muslim termasuk Indonesia juga memiliki tentara-tentara yang cukup besar. Meski saat ini persenjataan yang dimiliki tak secanggih AS, tetapi potensi SDM tentara-tentaranya sangat luar biasa. Keempat, negeri-negeri muslim memiliki jumlah kekayaan alam yang melimpah, seperti minyak, uranium, batu bara, dan lainnya.

Dengan potensi yang besar tersebut, umat Islam akan menjadi bangsa yang maju, kuat, dan memiliki pengaruh baik secara ekonomi, politik, maupun militer di kancah internasional. Kedigdayaan Islam dengan ideologi yang diembannya pun tertulis dalam tinta emas sejarah peradaban Islam. Selama 1300 tahun (tentu dengan berbagai dinamika yang ada), umat Islam pernah menjadi negara adidaya dan memimpin dunia, serta mengurus urusan dunia dengan syariat Islam.

Khilafah menerapkan seluruh sistem dalam menjalankan misinya sebagai pelayan umat, baik sistem politik, ekonomi, pendidikan, pertanian, militer, maupun hukum yang berkeadilan. Karena itu, menjadi negara adidaya bukanlah sebuah kemustahilan selama tetap berpegang teguh pada syariat Islam. Sebagaimana yang Allah Swt. janjikan dalam surah An-Nur ayat 55, yang artinya:

"Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi, sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh, Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai …."

Khatimah

Menjadi sebuah negara maju, berwibawa, dan mandiri, tidaklah cukup jika hanya mengandalkan pada jumlah generasi muda yang melimpah, pendidikan dengan teknologi canggih, dan sebagainya. Namun, para pemuda seharusnya juga dibekali dengan pemahaman ideologi dan politik yang benar. Satu-satunya yang memenuhi kriteria tersebut adalah ideologi Islam. Di bawah nangan Islam, semua sumber daya yang ada termasuk para pemudanya, benar-benar akan menjadi agen-agen perubahan menuju negara maju.
Wallahu a'lam bishawab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Penulis Rempaka literasiku
Sartinah Seorang penulis yang bergabung di Tim Penulis Inti NarasiPost.Com dan sering memenangkan berbagai challenge bergengi yang diselenggarakan oleh NarasiPost.Com. Penulis buku solo Rempaka Literasiku dan beberapa buku Antologi dari NarasiPost Media Publisher
Previous
Keadilan Islam dalam Perkara Warisan
Next
Beslit Palsu
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

9 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
R. Bilhaq
R. Bilhaq
9 months ago

Fix.. Sistem Islam yang mampu merealisasikan mimpi besar (yang sahih) suatu negeri...

Neni Nurlaelasari
Neni Nurlaelasari
10 months ago

Bonus demografi bisa terwujud jika di bimbing
sistem Islam. Kalau masih bertumpu pada sistem kapitalisme sekuler, yang ada bencana mengerikan dari demografi. Maka tak ada jalan lain, selain kembali menerapkan sistem Islam secara menyeluruh (kaffah).

Hanum Hanindita
Hanum Hanindita
10 months ago

Indonesia Emas hanya bisa diwujudkan manakala meninggalkan sekulerisme kapitalisme, kemudian menerapkan Islam dalam institusi negara. Bahkan bukan hanya Indonesia saja, kekuatan ideologi Islam akan mempersatukan seluruh wilayah yang bernaung di bawahnya dan semakin menunjukkan keperkasaannya di mata dunia.

Mimy Muthamainnah
Mimy Muthamainnah
10 months ago

Selama sistem politik demokrasi yg memimpin negeri ini. Perlahan tapi pasti pasti menuju kehancuran di semua aspek.

Sartinah
Sartinah
Reply to  Mimy Muthamainnah
10 months ago

Betul mbak Mimi. Miris dan tragis sih, punya cita-cita selangit tapi kebijakannya justru bertolak belakang dengan cita-cita besarnya.

Firda Umayah
Firda Umayah
10 months ago

Bonus demografi jika tidak didukung sistem yang baik justru akan menjadi bencana baru. Angka pengangguran meningkat diiringi dengan meningkatnya kemiskinan. Pembajakan potensi generasi juga akan semakin besar. Begitu juga dengan hal lainnya.

Sartinah
Sartinah
Reply to  Firda Umayah
10 months ago

Yes, begitulah kondisi negeri ini. Seharusnya para penguasa sadar ya mbak, bahwa tidak mungkin negeri ini akan maju, mandiri, dan berdaulat tanpa sistem Islam.

Novianti
Novianti
10 months ago

Bukan bonus tapi petaka saat penduduknya jauh dari Allah. Kerusakan sudah nyata belum mampu menyadarkan bahwa aturan manusia gagal serta mati-matian masih dipertahankan

Sartinah
Sartinah
Reply to  Novianti
10 months ago

Betul mbak, jika sudah meninggalkan Allah dan seluruh aturannya, jangan mimpi bakal mendapat bonus demografi. Petaka, iya!

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram