Inovasi Anak Negeri Tak Disetujui?

Nikuba

Terbukti pada masa Kekhilafahan Abbasiyah, salah satu pencapaian besarnya adalah menjadikan Islam sebagai pusat pengetahuan dunia. Banyak ilmuwan yang berakidah lurus dan kokoh terlahir di saat itu. Tidak hanya mendukung hasil inovasi mereka, Khilafah bahkan memberikan hadiah yang besar bagi para ilmuwan.

 

Oleh. Nur Hajrah MS
(Kontributor NarasiPost.Com dan Aktivis Dakwah Nisa Morowali)

NarasiPost.Com-Negeri ini tidak hanya kaya akan sumber daya alamnya, ternyata juga kaya akan sumber daya manusianya yang begitu inovatif. Sayangnya, keberadaan mereka kurang dihargai, bahkan hasil karya mereka ditolak di negeri ini. Aryanto Misel misalnya, namanya saat ini tengah ramai diperbincangkan karena berhasil menciptakan Nikuba. Namun, hasil penemuannya ini diragukan oleh pemerintah, tetapi menarik perhatian Italia dan ingin menggandeng Aryanto untuk bekerja sama. Pemberitaan inilah yang membuat Aryanto dan Nikuba menjadi viral diperbincangkan.

Apakah Nikuba itu?

Nikuba sendiri adalah alat pengubah air menjadi bahan bakar. Di mana sistem kerja Nikuba ialah memisahkan Hidrogen (H2) dan Oksigen (O2) yang terkandung pada air, dengan syarat air tidak banyak mengandung logam berat. Hidrogen yang telah dipisahkan dari O2 inilah yang menjadi bahan bakar. Berdasarkan penelitian Aryanto, bahan bakar yang dihasilkan Nikuba sangat hemat. Buktinya, satu liter air yang telah dikonversi menjadi H2 bisa menjalankan kendaraan pulang pergi dari Cirebon ke Semarang. (Liputan6.com, 15/7/2023)

Selain hasil inovasi Aryanto, masih banyak penemuan oleh anak negeri yang tidak diapresiasi di negeri ini. Suruno Danu misalnya, beberapa tahun yang lalu ia berhasil menemukan bibit padi unggul yang tidak banyak membutuhkan air dan pupuk. Usia tanamnya pun relatif pendek, sehingga lebih cepat untuk dipanen dibandingkan varietas bibit padi lainnya. Namun, bukannya mengembangkan hasil penemuan Suruno, pemerintah justru tetap mengambil jalan alternatif, yaitu melakukan impor beras sebagai solusi instan dalam memenuhi kebutuhan pangan di dalam negeri.

Aryanto dan Suruno hanyalah sebagian kecil dari banyaknya anak negeri yang berhasil menemukan inovasi-inovasi terbaru yang berguna bagi masyarakat. Namun hasil karya mereka tidak diapresiasi di negeri sendiri, tetapi diapresiasi oleh negara lain. Contohnya saja kisah Muhammad Kusrin, seorang bapak yang hanya lulusan SD. Pada 2016 sebanyak 116 televisi hasil rakitannya, dimusnahkan oleh Kejari Karanganyar, Jawa Tengah. Bukannya mengapresiasi hasil karya pak Kusrin, pemerintah justru memusnahkan karyanya dengan cara dibakar dan dihancurkan menggunakan alat berat. Peristiwa ini pun disaksikan langsung oleh pak Kusrin. Bisa bayangkan bagaimana hancurnya perasaan pak Kusrin melihat hasil karyanya dihancurkan oleh pemerintah? Alasan pemerintah memusnahkan 116 televisi tersebut karena dianggap sebagai barang ilegal dan tidak memiliki sertifikasi SNI. Namun tak terduga, kisah pak Kusrin justru menarik perhatian dan diapresiasi perusahaan elektronik ternama asal Jepang, yaitu Sharp.

Negeri Ini Tidak Kekurangan Orang Cerdas

Setiap inovasi atau penemuan tentu saja tidak akan mudah dikembangkan hingga layak diedarkan ke masyarakat. Butuh proses yang panjang dan juga biaya. Para inovator pun terkadang meminta bantuan terhadap pemerintah agar didukung dalam mengembangkan inovasinya. Namun, tak jarang permohonan mereka pun berakhir kekecewaan. Buktinya, penemuan Nikuba diragukan, penemuan bibit padi unggul tidak dikembangkan, malah tetap memilih impor sebagai jalan ninja. Dan televisi karya pak Kusrin, bukannya dibantu dan memudahkan sertifikasi legalnya agar layak SNI, justru karya pak Kusrin dimusnahkan. Sesungguhnya negeri ini tidak kekurangan orang cerdas, namun mereka kurang mendapat perhatian untuk mengembangkan kemampuannya.

Ya, beginilah penampakan jika suatu negara telah condong pada paham kapitalisme. Para inovator khususnya yang ada di negara-negara berkembang tidak begitu diperhatikan atau diapresiasi. Karya atau hasil inovasi mereka tidak didukung dan diberi kemudahan dalam pengurusan legalisasinya. Pemerintahan dalam sistem kapitalisme pun lebih berpihak pada pengusaha dan atau pemilik modal. Selama pemilik modal memberikan manfaat materi yang menguntungkan, maka pemerintah akan membantu dan memudahkan setiap pengurusannya. Namun, lain halnya dengan hasil inovasi anak negeri, jika karya mereka berbenturan dengan para pengusaha besar, maka mereka akan diabaikan. Walaupun karya mereka sebenarnya bermanfaat bagi masyarakat.

Jadi jangan heran, jika ada inovator atau peneliti, memilih hengkang dari tanah kelahirannya sendiri karena hasil inovasinya lebih diterima pihak luar dibandingkan negara sendiri. Contohnya saja ECTT, alat terapi kanker ciptaan Warsito Purwo. Alat ini sangat bermanfaat bagi pasien penderita kanker dan terbilang hemat biaya. Namun, keberadaannya justru tidak diakui dan diragukan di negeri sendiri. Untuk itulah Warsito lebih memilih memperkenalkan penemuannya ke luar negeri. Dan ia berhasil mendapatkan pengakuan dari beberapa negara, khususnya Jepang yang membebaskan dan memfasilitasi Warsito untuk melanjutkan penelitiannya di Jepang.

Jika dalam sistem pemerintahan kapitalisme para inovator kurang mendapat perhatian, lain halnya para inovator dalam sistem pemerintahan Islam yaitu, Khilafah. Dalam Islam, ilmu harus sejalan dengan agama, karena sesungguhnya ilmu tanpa agama itu buta, agama tanpa ilmu itu lumpuh. Itulah mengapa banyak ilmuwan-ilmuwan Islam terlahir di saat Khilafah masih berjaya di muka bumi ini. Hal ini sejalan pula dengan firman Allah Swt. yang menyuruh manusia untuk selalu menggunakan akalnya dan meneliti alam semesta. Allah Swt. berfirman yang artinya,

"Katakanlah, Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi. Tidaklah bermanfaat tanda-tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang memberi peringatan bagi orang-orang yang tidak beriman." (TQS. Yunus: 101)

Islam Melahirkan Banyak Ilmuwan

Jika dalam sistem pemerintahan kapitalisme banyak inovator yang ditolak untuk mengembangkan hasil karyanya, lain halnya dalam sistem pemerintahan Islam. Khilafah akan selalu mendukung setiap inovator, apalagi jika hasil inovasinya itu bermanfaat dan memudahkan pekerjaan umat manusia. Itulah mengapa banyak ilmuwan terlahir di era Khilafah, khususnya di masa keemasan Khilafah pada abad 8-13 Masehi. Wilayah Khilafah membentang luas dari Spanyol sampai Asia dan banyak ilmuwan-ilmuwan Islam terlahir di saat itu. Al-Biruni contohnya, ia adalah salah satu ilmuwan Islam penemu peralatan astronomi yang menggunakan prinsip komputer analog pada 1000 M. Penemuan inilah yang terus dikembangkan sampai saat ini dan smartphone menjadi salah satu contoh alat komunikasi hasil pengembangan dari penemuan Al-Biruni. Lihatlah, bagaimana hasil inovasi Al-Biruni ini, smartphone saat ini begitu bermanfaat bagi umat manusia, bahkan menjadi salah satu alat komunikasi yang tidak bisa terpisahkan dari manusia.

Hasil penemuan para ilmuwan Islam bisa dinikmati manusia saat ini tentu saja tidak terlepas dari peran negara atau Khilafah. Negara akan selalu membantu dan mendukung para ilmuwan, baik dari segi sarana dan prasarana serta biaya. Apalagi jika itu bermanfaat bagi umat dan tidak menyimpang dari syariat Islam maka Khilafah pasti akan selalu mendukungnya. Ini terbukti pada masa Kekhilafahan Abbasiyah, salah satu pencapaian besarnya adalah menjadikan Islam sebagai pusat pengetahuan dunia. Banyak ilmuwan yang berakidah lurus dan kokoh terlahir di saat itu. Tidak hanya mendukung hasil inovasi mereka, Khilafah bahkan memberikan hadiah yang besar bagi para ilmuwan.

Untuk itulah peradaban saat ini sesungguhnya membutuhkan Khilafah. Karena hanya Khilafah yang mampu membentuk generasi gemilang yang berakidah lurus dan kokoh. Hanya Daulah Khilafah Islamiah yang mendukung setiap hasil inovasi umat yang bermanfaat dan sesuai syariat. Wallahu a'lam bish-shawab.

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasIpost.Com
Nur Hajrah MS Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Rusia Larang Ganti Jenis Kelamin, Apa Kata Islam?
Next
Berburu Investasi Geotermal di Benua Hitam
3.7 7 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

12 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

Barokallah mbak Hajrah..

Nur Hajrah MS
Nur Hajrah MS
1 year ago

Salah satu tanggapan pmbca setelah baca ini...
Tapi yaa anggp saja dia pun sedang beropini mnurut tmn² gmna..?
⬇️⬇️⬇️
Apresiasi Besar untuk inovasi. Khusus Nikuba itu produk yang layak diketahui tapi untuk pengembangannya ke tahap Industri sebagai Energi Baru Terbarukan (EBT) menggantikan Bahan bakar Fosil diatas kertas sudah tidak layak/Rugi (Energi input lebih besar dari Potensial Energi yg bisa d dapatkan).

Menjadi Hal Lucu kalau hanya gara-gara2 nikuba dijadikan alasan Untuk menyudutkan BRIN, Pemerintah & pihak terkait.

Memang tidak dipungkiri ada kecenderungan beberapa Oknum dlm tubuh pemerintahan koruptif dan cenderung menaruh perhatian lebih ke hal2 yang bisa menguntungkan pribadi dan golongannya. Tapi jangan gara2 NIKUBA.

Jujur saya memandang nikuba ini mengarah ke penipuan publik oleh pihak-pihak yg tidak bertanggung jawab entah karena tidak tahu dan terbawa euforia, ada niat buruk atau sekedar mengambil keuntungan dari hype.

Firda Umayah
Firda Umayah
1 year ago

Ya Allah, padahal sulit mendapatkan orang-orang cerdas, peduli, dan memiliki inovasi yang sangat bermanfaat bagi masyarakat. Jika sistem Islam hadir maka itu tidak akan disia-siakan.

Wd Mila
Wd Mila
1 year ago

Mirinya di negeri konoha. Ilmuwan direndahkan, sedang para artis yang tidak mendidik dan tidak berkontribusi untuk memperbaiki bangsa dibayar mahal. Fisik indah meski otak kosong lebih dihargai di negeri ini. Miris

Neni Nurlaelasari
Neni Nurlaelasari
1 year ago

Sungguh miris yang terjadi di negeri ini. Di negeri lain di akui, diapresiasi hasil karya nya. Namun di negeri sendiri malah hingga di musnahkan.

Triana
Triana
1 year ago

Bener banget kak, para inovator di negeri ini sudah seharusnya diapresiasi, bukan malah diintimidasi.

Memang ada campur tangan barat, yang mencegah negeri ini untuk menjadi negeri yang mandiri. Maka memang butuh khilafah yang akan mewujudkan kemandirian bagi negeri-negeri kaum Muslimin

Nining Sarimanah
Nining Sarimanah
1 year ago

Pengen nangis terhadap nasib para inovasi anak negeri, kemampuan mereka diabaikan. Bukti nyata selama sistem kapitalisme ini masih bercokol maka berbagai penemuan anak negeri akan diremehkan. Yuk kembali pada Islam, karena hanya dengannya karya anak negeri akan diapresiasi dan diberikan imbalan yang setara dengan jerih payahnya.

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Miris ya nasib anak bangsa yang punya prestasi di negeri ini. Bukannya dibantu dan diberi ruang, tapi malah dianaktirikan. Ya, inilah realitas para penguasa yang tersandera kepentingan kapitalis. Sistem yang ada memang dirancang untuk memfasilitasi kepentingan para kapitalis, bukan rakyat.

Sherly
Sherly
1 year ago

Kalau dalam Islam, pasti dihargai dan lebih difasilitasi nih orang kayak gini. Berbanding terbalik dalam sistem kapitalisme dilirik jika menguntungkan, jika tidak maka tak akan dilirik.

Atau dibajak oleh kapitalis jika menguntungkan mereka..

Mimy Muthamainnah
Mimy Muthamainnah
1 year ago

Jika saja pejabat di negeri ini menghargai para orang2 cerdas dalam berbagai bidang itu. Maka tdk akan kekurangan org2 hebat. Sayangnya mereka tak diberi ruang malah dianggap saingan. Sangat berbeda dg Islam yg memberikan dukungan sepenuhnya kepada para ulama intelektual . Sehingga lahirlah berbagai karya2 hebat mereka.

Dia dwi arista
Dia dwi arista
Reply to  Mimy Muthamainnah
1 year ago

Iya mbak, karena paradigma kapitalisme yang tidak menjual atau bahkan yang dianggap tidak terdaftar itu merugikan, selain itu perusahaan2 internasional juga gak mau ada saingan yg lebih murah dr mereka.

Atien
Atien
Reply to  Dia dwi arista
1 year ago

Seharusnya negara memberikan ruang yang luas untuk mengapresiasi karya anak negeri. Bukannya malah menghancurkan mimpi dan karya mereka. Namun, negara justru lebih memilih produk asing. Itulah mengapa produk anak negeri kalah saing. Saatnya Islam hadir untuk memberikan perlindungan dan dukungan bagi produk lokal.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram