"Sistem kehidupan, termasuk pendidikan yang menanamkan prinsip sekularisme telah membentuk generasi ini menjadi orang-orang yang bermental duniawi. Mereka mengenal surga dan neraka tak lebih laksana dongeng sebelum tidur. Sehingga orientasi mereka hanya dunia."
Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Beberapa tahun belakangan sering kita mendengar istilah penyebutan bagi beberapa generasi. Ada generasi baby boomer, Gen X, Milenial, Gen Z, Juga Alpha. Akan tetapi, tahukah kita bahwa generasi Z, disebut juga dengan generasi stroberi, dan mengapa generasi ini dilabeli dengan istilah tersebut?
Istilah “Generasi Stroberi” atau “Strawberry Generation”, sebenarnya sudah tidak asing lagi, apalagi jika kita sering berselancar di media sosial. Generasi yang kita kenal saat ini adalah Generasi Z atau “Gen Z”. Istilah ini disematkan khusus bagi generasi yang lahir antara tahun 1996 hingga 2012. Nah, jika kita kenal istilah generasi Milenial adalah sebutan bagi generasi yang tumbuh pada masa peralihan teknologi analog ke teknologi digital, maka Gen Z adalah generasi yang lahir ketika perkembangan teknologi sudah semakin maju dan mereka adalah penikmatnya. Makanya, generasi ini pasti merasa lebih mudah mempelajari hal-hal baru, juga lebih unggul dalam menggunakan teknologi. Bahkan menurut penelitian, mereka yang masuk pada kategori ini lebih banyak menghabiskan waktu kita di depan gadget dari pada berinteraksi dengan sesama manusia. Sehingga tak heran jika mereka kurang memiliki empati dan kepedulian terhadap sesama.
Lalu, kenapa menggunakan istilah generasi stroberi? Istilah ini muncul pertama kali di Taiwan oleh generasi tua untuk menyebut orang- orang yang lahir pada tahun 1981 dan setelahnya. Mereka menyebutnya sebagai generasi manja yang sejahtera secara ekonomi, segala sesuatunya tercukupi sehingga membuat malas bergerak dan berkarya. Mereka terlihat wah namun juga payah. Terlihat sangar di luar namun lembek dan mudah hancur jika terkena tekanan eksternal. Terlihat kuat namun lemah dan mudah menyerah. Layaknya stroberi, dengan tampilan yang berkilau dan cantik di luar, seakan kuat dan kokoh namun jika kita usap sedikit saja akan segera terkelupas dan bonyok.
Sebenarnya generasi Z ini memiliki kecenderungan pemikiran yang kreatif, namun sangat rentan dengan kritikan dan tantangan, sehingga mudah tersinggung, marah, dan menyerah. Mereka cenderung mudah menemukan cara-cara baru dalam menghadapi masalah, tetapi tak jarang mudah merasa putus asa dengan cepat. Generasi super namun mudah baper. Generasi stroberi sangat menyukai hal-hal yang mudah dan praktis. Mereka senang dengan cara dan hal- hal yang instan. Mereka cenderung mengesampingkan proses. Karena memang, mereka didukung oleh teknologi sejak kecil. Generasi Z juga memiliki keterampilan dalam banyak hal, mereka dengan mudah melakukan hal-hal dalam kehidupan sehari-hari tanpa perlu pembelajaran khusus. Bahkan mereka disebut-sebut juga lebih peduli terhadap kesehatan mental, yang sering kali dianggap berlebihan. Mereka mudah patah, jiwa mereka rapuh dan ringkih.
Generasi Z atau generasi stroberi ini memang terlihat keren. Dengan pendidikan yang terjamin, mereka menjalani kehidupan tanpa disibukkan dengan urusan yang lain seperti ekonomi dan tanggung jawab keluarga, sehingga membuat mereka bebas melakukan apa saja untuk mengeksplorasi kemampuan mereka. Maka, tak heran jika generasi ini lebih kreatif dan mempunyai banyak ide. Namun, meski terlihat cerdas dan kokoh, ternyata mereka mudah sekali layu dan down, mudah menangis dan frustrasi, mental illness dan depresi, dan memerlukan perawatan.
Cita-cita mereka besar dan menggelegar, mereka mempunyai impian bisa melakukan perubahan-perubahan besar dalam kehidupan, akan tetapi mereka membenci proses juga kerja keras. Mereka menyukai segala sesuatu yang serba instan juga penggemar jalan pintas. Sehingga ketika kenyataan tak sesuai harapan, maka generasi ini akan mudah patah semangat, cepat marah, bahkan mudah bunuh diri. Karena terbiasa mendapatkan segalanya, jiwa manja mereka tak siap dengan kata gagal. Mereka mudah sekali menyerah, kalah, mereka akan mudah berbalik arah dan meratapi nasib.
Bagi mereka kegagalan adalah tabu, karena seakan-akan dunia telah menemui ajalnya. Mereka diajarkan menjadi generasi ambisius namun nirreligius. Mereka tak mengerti bahwa kegagalan adalah proses menuju kesuksesan. Mereka pun tak paham bahwa ada Sang Maha Kuasa, yang menentukan segala hal. Layaknya stroberi, meski terlihat mengkilap dan kuat, nyatanya mudah terkelupas, begitu pula jiwa mereka mudah rapuh. Penampilan mereka memang terlihat kuat, tapi jika terkena angin sedikit saja sudah limbung. Sering kita jumpai anak-anak muda yang terlihat gagah, namun hanya karena masalah asmara saja mereka ingin mengakhiri hidup. Padahal Allah berjanji dalam surah Muhammad ayat 7,
"Jika kalian menolong agama Allah, niscaya Allah akan menolong kalian dan meneguhkan kedudukan kalian."
Mereka biasa dimanjakan dan dimudahkan. Mereka menyukai barang-barang mewah, suka pamer, dan berhura-hura, bahkan tak sedikit yang gemar flexing. Akan tetapi, mereka tabu dengan istilah kerja keras dan kesabaran, keuletan dan ketelatenan, mereka lupa bahwa hal-hal inilah yang membangun kepribadian yang kokoh dan kesuksesan. Begitulah generasi ini memandang segala sesuatu harus cepat dan instan. Maka tak jarang Gen Z ini terkena penyakit mental yang fatal. Keinginan maju dan serba praktis, tak diimbangi dengan penguatan jiwa dan iman.
Generasi ini kurang memiliki rasa tanggung jawab. Mereka sangat mudah menyerah sehingga membuat mereka enggan untuk berkomitmen. Mereka takut memikul tanggung jawab dan senang melarikan diri. Kepercayaan diri mereka mudah hancur. Cepat sakit, lelah sedikit, maka perlu healing. Banyak tugas di sekolah, kampus atau di tempat kerja, sudah merintih. Mereka tidak siap menghadapi tekanan dan kesulitan.
Sistem kehidupan, termasuk pendidikan yang menanamkan prinsip sekularisme yang memisahkan kehidupan dengan aturan agama telah membentuk generasi ini menjadi orang-orang yang bermental duniawi. Mereka terjebak dengan kenyamanan dunia yang maya, sebagaimana yang terlihat di layar gadget mereka. Mereka memandang dunia adalah segalanya. Mereka tak mengenal hal yang gaib. Surga dan neraka bagi mereka laksana dongeng sebelum tidur. Sehingga orientasi mereka hanya dunia. Kesuksesan bagi mereka adalah jika telah terpenuhi kebutuhan duniawi saja. Mereka tak kenal iman, sehingga jiwa mereka mudah rontok dengan sedikit ujian dan cobaan. Padahal jika mereka sadar, iman adalah pondasi dalam menjalani kehidupan.
Inilah potret Gen Z atau generasi stroberi saat ini. Kondisi di mana generasi muda yang seharusnya menjadi penerus estafet perjuangan, malah seakan menjadi beban bagi para orang tua juga bangsa. Generasi yang mudah sakit fisik maupun mental hanya karena sebuah gesekan tak penting dalam kehidupan, bagaimana akan menghadapi tantangan zaman? Generasi yang mudah patah hanya karena menemui ujian, bagaimana akan menjadi pemimpin umat membangun peradaban? Generasi lembek yang terlihat kokoh inilah gambaran generasi saat ini. Maka adalah tugas kita bersama untuk mendalami apa penyebab utama dan bagaimana untuk memperbaiki kerusakan serta membangkitkan gairah positif mereka. Ini adalah tugas kita bersama.
Wallahu a'lam bishawab.
Hmmm ... ini too much di bagian memotret gen Z nya, 8 paragraf dari total 11 paragraf. Sedangkan apa penyebab utama dan bagaimana untuk memperbaiki kerusakan generasi , belum diungkap.
Pentingnya belajar Islam untuk menguatkan diri..
Itulah sebabnya, kita diperintahkan untuk mendidik anak agar mereka mampu menghadapi masa yang berbeda dengan masa kita. Tapi ini tidaklah mudah. Butuh sistem yang mendukung hal itu.
Menjadi tantangan bagi para orang tua hari ini membesarkan anak di alam yang banyak memberi kemudahan termasuk memperoleh informasi. Di ujung jari, apa saja. Kendali diri menjadi keterampilan yang harus dimiliki.
Gen Z atau stroberi benar-benar nampak di depan mata. Saya sendiri menghadapi anak hampir seperti itu penampakannya, luar biasa mengarahkannya perlu perjuangan yang ekstra, kesamaan tujuan dengan pasangan agar mudah membinanya, juga suport sistem, baru masalah Gen Z bisa diatasi.
Miris ya, kondisi pemikiran dan mental generasi saat ini. Ini sebenarnya bukan hanya menjadi tanggung jawab keluarga dan lingkungan, tapi juga negara. Namun ketiga unsur tersebut hanya bisa berperan aktif jika sistem yang diterapkan adalah sistem Islam. Yuk, selamatkan generasi dengan Islam.
Ngeri nih gen Z, segitu rapuhnya mereka sampai ada yang suka self-injury hanya gara2 berantem ma ceweknya..parah nih generasi sekarang..harus segera diselamatkan dengan Islam
Gen Z harus segera diselamatkan dengan pemikiran Islam agar potensi mereka fokus untuk kebangkitan Islam. Mari kita pegang erat mereka.
Gen Z harus segera diselamatkan dengan pemikiran Islam. Mari kita pegang erat mereka, agar potensi yang ada untuk kebangkitan Islam.