Antraks Mengancam Jiwa, Bagaimana Solusinya?

Antraks sapi

”Selain karena budaya yang telah mengakar dalam masyarakat, kemiskinan yang melanda juga menjadi penyebab masyarakat tidak segan untuk membeli dan mengonsumsi daging dari hewan yang sakit.”

Oleh. Firda Umayah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Penyakit antraks yang menyerang sapi di Gunungkidul, Yogyakarta masih meresahkan warga. Penyakit yang pernah terjadi tahun lalu dan tahun-tahun sebelumnya, kini kembali muncul. Diketahui sekitar 12 ekor sapi mati karena antraks. Tak hanya itu, penyakit ini juga menewaskan tiga orang dan 87 orang lainnya terpapar setelah menyantap daging sapi yang terkontaminasi antraks. Sebanyak 18 orang yang terpapar menunjukkan gejala seperti pusing, diare, hingga luka melepuh. Sedangkan satu orang warga hingga kini masih dirawat di rumah sakit sejak 4 Juli 2023 lalu. (cnnindonesia.com, 11/07/2023)

Budaya brandu yang biasa hadir di tengah-tengah masyarakat Gunungkidul, diduga kuat menjadi penyebab dari sikap warga yang berani menyantap daging sapi terkontaminasi antraks ini. Faktor sosial yakni gotong royong dalam membantu warga yang terkena musibah akibat hewan ternak yang sakit atau mati disebut turut berpartisipasi langgengnya budaya tersebut. Faktor ekonomi yang menyebabkan masyarakat miskin dan tak mampu membeli daging halal segar juga tak lepas dari keberadaan budaya ini. Lantas, bagaimanakah muslim menyikapi semua ini?

Antraks, Penyakit Menular dan Mematikan

Antraks adalah penyakit yang disebabkan bakteri Bacillus antrachis. Penyakit ini adalah penyakit menular yang dapat menjangkiti manusia dan hewan. Hewan yang terinfeksi penyakit ini umumnya adalah kambing, domba, sapi, kerbau, kuda, dan hewan herbivor lainnya. Bakteri ini akan hidup di dalam tubuh dan menjadi spora ketika berada di luar tubuh. Saat menjadi spora itulah biasanya mudah tersebar dengan perantara air hujan. Tubuh dapat terinfeksi bakteri ini jika menghirup udara, meminum air, dan memakan segala sesuatu yang mengandung spora tersebut. Spora juga dapat masuk pada kulit hewan atau manusia yang terluka.

Spora bakteri ini tak dapat begitu saja mati bahkan bisa bertahan hingga puluhan tahun di tanah. Spora akan mati jika dilakukan pemanasan kering 140 derajat Celsius selama 30 menit atau dipanaskan dengan suhu 100 derajat Celsius selama 20 menit. Hewan yang terinfeksi antraks, yang awalnya sehat akan mendadak sesak nafas, gemetar, kejang, selaput lendir mulut, telinga dan mata menjadi merah, lalu mati. Pemeriksaan sakit hewan ini dilakukan dengan penelitian laboratorium dengan mengambil darah dari telinga.

Bagi hewan yang terkena antraks, dapat ditangani dengan cara memberikan antibiotik seperti penisilin, sulfonamida, dan obat yang disebabkan oleh bakteri pada umumnya. Hewan yang terinfeksi juga perlu disuntik dengan suntikan prokain, benzil penisilin, atau yang lainnya sesuai dengan keluhannya. Ketika hewan mati karena penyakit ini, maka dilarang membedahnya agar bakteri tidak keluar dari tubuh dan menjadi spora yang dapat menular pada organisme lainnya. Oleh karena itu, bangkai hewan yang terinfeksi harus dikubur atau dibakar. Ternak yang sudah mati, juga dicegah untuk dimakan oleh hewan lain agar penularan penyakit tidak tersebar.

Pada manusia yang terkena penyakit antraks, infeksi saluran pernapasan juga dapat terjadi. Hal ini ditandai dengan radang atau sakit tenggorokan, kesulitan bernapas, dan sesak pada bagian dada. Diare yang disertai darah juga biasa menimpa pada penderitanya. Antraks pada kulit manusia juga menyebabkan kulit melepuh di berbagai permukaan dan diagnosis penyakit ini secara pasti hanya dapat dilakukan dengan uji molekul melalui tes Polymerase Chain Reaction (PCR). Pada manusia, penyakit ini dapat ditangani dengan pemberian antitoksin dan antibiotik ciprofloxacin serta doxycycline.

Budaya Brandu Sebabkan Kehilangan Nyawa?

Dalam kematian warga Gunungkidul setelah menyantap daging sapi terinfeksi antraks, budaya brandu diduga kuat menjadi penyebab kematian tersebut. Budaya brandu adalah tradisi pemotongan kambing dan sapi yang sakit secara paksa. Lalu daging yang telah disembelih dijual ke tetangga dengan harga murah atau jauh di bawah harga standar. Bahkan pemotongan hewan yang telah mati pun juga sering dilakukan. Padahal, ada risiko kesehatan yang dapat membahayakan jiwa. Meskipun niat dari budaya ini baik, tetapi jika budaya yang ada dapat membahayakan diri dan masyarakat jelas ini tidak bisa dibiarkan.

Selain karena budaya yang telah mengakar dalam masyarakat, kemiskinan yang melanda juga menjadi penyebab masyarakat tidak segan untuk membeli dan mengonsumsi daging dari hewan yang sakit. Apalagi, daging sapi merupakan daging yang mahal dan jarang dikonsumsi masyarakat. Kemiskinan yang terjadi di masyarakat sejatinya tak lepas dari sistem ekonomi yang diterapkan oleh negara. Ketidakmampuan negara dalam menjamin kebutuhan hidup khususnya pangan masyarakat, membuat masyarakat harus berjuang sendiri untuk memenuhi asupan gizinya.

Alhasil, meskipun membahayakan diri bahkan melanggar aturan agama, masyarakat tak ambil pusing agar bisa menikmati makanan mahal dengan harga murah. Terlebih lagi, sistem kapitalisme yang diterapkan telah mengubah paradigma masyarakat yang hanya memikirkan kesenangan hawa nafsu tanpa memikirkan risiko kesehatan yang ada. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk mengubah taraf berpikir dan bersikap masyarakat yang tidak sesuai dengan fitrah manusia.

Islam Meniscayakan Peran Negara

Sebagai agama yang paripurna, Islam telah menetapkan negara sebagai pengurus segala urusan rakyat, terlebih dalam pemenuhan kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu meliputi kebutuhan pangan, papan, sandang, pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Dalam kasus wabah antraks, negara memiliki peran besar untuk menyelesaikan wabah yang ada dengan solusi Islam. Sistem pemerintahan Islam yakni Daulah Islam (Khilafah), negara harus memastikan semua sistem kehidupan berjalan sesuai syariat Islam.

Sistem ekonomi Islam, mengharuskan negara untuk memberikan kemudahan bagi rakyat untuk memenuhi kebutuhan hidup dasarnya seperti pangan, papan, dan sandang. Negara harus memastikan bahwa tidak ada kecurangan, monopoli pasar, dan lainnya yang membuat harga kebutuhan mahal sehingga sulit dijangkau masyarakat. Negara juga harus memastikan bahwa dalam memenuhi kebutuhannya, rakyat tidak menggunakan kegiatan yang membahayakan dirinya, seperti adanya budaya brandu atau yang lainnya.

Dalam sebuah hadis riwayat Ibnu Majah dijelaskan bahwa Rasulullah saw. bersabda,

”Tidak boleh melakukan perbuatan yang membahayakan diri sendiri atau orang lain.”

Hadis ini juga menjadi kaidah fikih bahwa muslim tidak boleh mencelakakan dirinya dan orang lain baik itu dari perbuatan-perbuatan, perkataan, atau yang lainnya. Terkait dengan adanya warga yang memakan daging sapi yang telah mati ini jelas dilarang oleh Islam karena Allah melarang muslim memakan bangkai, sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an surah Al-Maidah ayat 3 yang artinya,

”Diharamkan bagi kalian (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, dipukul, jatuh, ditanduk, diterkam binatang buas, kecuali yang (sempat) kamu sembelih.”

Sistem pendidikan Islam juga berperan penting agar masyarakat dapat diedukasi mengenai cara menjaga kesehatan baik di kalangan masyarakat maupun hewan ternak. Masyarakat juga akan dididik dengan pendidikan berbasis akidah Islam sehingga menjadi orang yang memiliki kepribadian Islam. Mereka akan berpikir dan bersikap berdasarkan syariat Islam bukan berdasarkan asas manfaat. Sehingga mereka tidak akan memanfaatkan daging terinfeksi dan daging yang sudah menjadi bangkai. Karena jelas merupakan tindakan salah dan perbuatan dosa yang menyalahi firman Allah Swt.

Dalam sistem sosial, segala budaya yang bertentangan dengan Islam atau membahayakan manusia tidak boleh ada. Masyarakat yang paham Islam akan melakukan penjagaan satu sama saling agar tidak ada yang dapat membahayakan jiwa manusia dan hewan. Jika ada orang atau anggota masyarakat yang masih melakukan aktivitas yang membahayakan bahkan menyalahi Islam, maka sistem peradilan akan memberikan sanksi atau hukuman yang mampu menjerakan pelakunya.

Ketika suatu penyakit seperti antraks ada dalam suatu wilayah, negara harus segera melakukan upaya penanganan dan pencegahan agar penyakit tidak menular. Hal ini dilakukan dengan cara, melakukan cek kesehatan kepada hewan ternak dan warga sekitar tempat munculnya penyakit. Melakukan pemisahan antara hewan dan warga yang sakit dengan yang sehat. Pemisahan juga dilakukan antara rumah warga dengan kandang hewan ternak. Mengobati hewan dan manusia yang sakit. Memberikan suplemen bagi manusia dan hewan yang sehat. Melakukan edukasi kesehatan dan penanganan penyakit. Mengatur dan memantau tata kelola lingkungan hidup masyarakat, dan lain sebagainya.

Penutup

Terlepas dari budaya brandu yang menyebabkan warga menyantap daging terinfeksi, peran negara dalam mengatur semua urusan rakyat menjadi kunci agar warga tidak memanfaatkan hewan terinfeksi bahkan bangkai hewan yang membahayakan dan dilarang oleh syariat Islam. Semua itu tentu membutuhkan negara yang amanah dan terpercaya dengan sistem yang amanah pula yakni sistem pemerintahan Islam.

Wallahu a’lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Firda Umayah Tim Penulis Inti NarasiPost.Com Salah satu Penulis Inti NarasiPost.Com. Seorang pembelajar sejati sehingga menghasilkan banyak naskah-naskahnya dari berbagai rubrik yang disediakan oleh NarasiPost.Com
Previous
Esensi Ketakwaan di Bulan Zulhijah
Next
Flexing Bikin Pening
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

10 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

kasihan banget... berani ambil risiko..

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Ya Allah, ini sih lengkap ya, antara kebodohan, kemiskinan, dan lepasnya peran negara berkumpul menjadi satu. Sy baca juga katanya mereka memotong sapi yang mati untuk meringankan kerugian dari pemilik sapi. Dan tradisi ini konon harus dilakukan oleh semua penduduk setempat, walau mereka gak makan (karena muslim misalnya) tapi tetap harus beli. Miris dah ...

Neni Nurlaelasari
Neni Nurlaelasari
1 year ago

Perlu ada edukasi pada masyarakat soal kesehatan, termasuk edukasi soal pangan. Sehingga budaya yang membahayakan bisa di hindari. Karena bahaya penyakit ini pun bukan main-main. Negara pun harus hadir dalam menyejahterakan rakyatnya, sehingga masyarakat tidak tertarik untuk membeli daging yang berpenyakit lantaran harga yang murah. Namun selama sistem kapitalis yang bercokol, harapan tersebut hanya sebatas mimpi di siang bolong.

Firda Umayah
Firda Umayah
Reply to  Neni Nurlaelasari
1 year ago

Benar. Karena sistem kapitalisme memang meniadakan peran negara dalam mengurus segala urusan rakyat.

Nining Sarimanah
Nining Sarimanah
1 year ago

Masyaa Allah, Islam memberikan solusi sistematis dalam mengatasi antraks. Sungguh pilu karena abainya peran negara, akhirnya rakyat jadi korban.

Firda Umayah
Firda Umayah
Reply to  Nining Sarimanah
1 year ago

Benar. Seharusnya bisa diantisipasi agar tidak ada kejadian seperti ini.

Nining Sarimanah
Nining Sarimanah
1 year ago

Masyaa Allah, Islam memberikan solusi sistematis dalam menghadapi masalah antraks..

Hanum Hanindita
Hanum Hanindita
1 year ago

Astaghfirullah, karena kemiskinan dan minimnya literasi sehingga budaya berbahaya ini terus lestari...kapitalismelah yang memelihara kemiskinan sampai warga sulit untuk makan

Firda Umayah
Firda Umayah
Reply to  Hanum Hanindita
1 year ago

Benar sekali. Seharusnya pemerintah menghentikan budaya yang membahayakan dan mengurus rakyat dengan sebaik mungkin.

Firda Umayah
Firda Umayah
Reply to  Hanum Hanindita
1 year ago

Ya, semua kemiskinan saat ini terjadi secara sistematis

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram