Arus childfree dan beralih pada memelihara hewan ini makin membesar. Media sosial menjadi kanal untuk mempromosikan gaya hidup ini. Bahkan, ada komunitas childfree di media sosial sebagai wadah berbagi dan saling dukung di antara para pelakunya.
Oleh. Ragil Rahayu, S.E.
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Manusia makin aneh-aneh saja. Jika biasanya yang menikah adalah manusia, kini hewan juga menikah. Ya, sepasang anjing bernama Jojo dan Luna telah dinikahkan oleh pemiliknya pada Jumat, 14-7-2023. Jojo adalah anjing milik Valentina Chandra, sedangkan Luna merupakan anjing milik Indira Ratnasari. Pernikahan Jojo dan Luna digelar mewah dengan tajuk The Royal Wedding dan menghabiskan dana hingga Rp200 juta (Detik, 22-7-2023).
Pernikahan hewan ini sontak memantik banyak respons negatif dari publik. Pernikahan mewah itu dianggap tidak sepatutnya mengingat masih banyak manusia yang kesulitan makan, tetapi dana ratusan juta malah dihambur-hamburkan untuk pernikahan hewan. Selain itu, adanya prosesi pemberkatan oleh pendeta terhadap dua anjing tersebut juga mendapat sorotan dari kalangan Nasrani.
Prosesi pernikahan itu juga disorot karena menggunakan adat Jawa. Hal ini dianggap menghina karena seharusnya pernikahan adat Jawa dengan segala prosesinya itu untuk manusia, bukan hewan. Ketika adat Jawa digunakan untuk hewan, sama saja dengan merendahkan budaya Jawa.
Masalah Serius
Terlepas dari berbagai sorotan terkait dana, ritual, dan adat, ada satu persoalan yang lebih serius yaitu terkait kelangsungan jenis manusia di dunia ini. Perlakuan istimewa terhadap Jojo dan Luna merupakan gaya hidup hari ini. Dulu hewan dipelihara untuk mendapatkan keuntungan ekonomi, seperti memelihara anjing untuk menjaga hewan ternak dari serangan binatang buas.
Pada era berikutnya, orang memelihara hewan sebagai kesayangan. Meski tidak menghasilkan keuntungan ekonomi, hewan seperti kucing dan anjing dipelihara untuk disayang-sayang, yaitu sebagai teman bagi pemiliknya. Pemiliknya tidak segan-segan untuk membelikan makanan, susu, kandang, mainan, aksesori, dll. dengan harga yang cukup mahal.
Kita masih bisa memahami kondisi ini karena memang ada orang-orang yang menyukai hewan sampai rela mengeluarkan biaya yang relatif besar. Namun, mereka tetap memandang bahwa peliharaannya adalah hewan.
Kini, kondisinya berbeda. Ada orang-orang yang menganggap hewan peliharaan sebagai anggota keluarga. Seiring dengan tren childfree di tengah generasi milenial dan Z, hewan akhirnya naik posisi seolah menjadi anak. Sebagian pasangan suami istri kini enggan memiliki anak dan lebih memilih memelihara hewan sebagai gantinya.
Gaya hidup ini sudah menggejala, baik di Barat, Korea Selatan, Jepang, bahkan di Indonesia. Di satu sisi, memiliki anak dianggap merepotkan dan butuh biaya besar. Di sisi lain, pasangan tersebut rela repot mengurusi hewan peliharaannya dan mengeluarkan biaya yang besar untuk segala keperluannya.
Krisis Populasi
Arus childfree dan beralih pada memelihara hewan ini makin membesar. Media sosial menjadi kanal untuk mempromosikan gaya hidup ini. Bahkan, ada komunitas childfree di media sosial sebagai wadah berbagi dan saling dukung di antara para pelakunya. Beberapa selebritas terang-terangan mengaku childfree dan aktif menyebarkan pemikirannya.
Arus ini sudah berdampak besar di Barat dan menimbulkan masalah populasi. Paus Fransiskus sampai menyatakan kekesalannya terhadap gaya hidup childfree. Paus mengatakan, "Pasangan yang lebih memilih hewan peliharaan daripada anak-anak itu egois." (The Guardian, 5-7-2022). Paus juga menyebut praktik tersebut sebagai "menghilangkan kemanusiaan kita" dan konsekuensinya adalah "peradaban menjadi tua, dan negaralah yang menderita".
Realitasnya, negara-negara Barat sudah menanggung kerugian atas gaya hidup enggan punya anak ini. Data Biro Sensus AS menunjukkan bahwa proporsi keluarga yang terdiri dari pasangan yang menikah dan anak turun dari 40 persen pada 1970 menjadi 20 persen pada 2012. Mirisnya, proporsi keluarga yang memiliki hewan peliharaan mencapai 70 persen.
Dalam sebuah survei terhadap warga Amerika Serikat berumur 18-49 tahun, sebanyak 44 persen tidak mau memiliki anak. Akibatnya, Amerika mengalami krisis populasi. Penduduk Amerika makin menua, sedangkan angka kelahiran turun 20 persen sejak 2007 (Kompas, 23-5-2023). Krisis populasi ini meresahkan pemerintah Amerika karena berdampak kepada ekonomi.
Problem yang sama dihadapi oleh Eropa, Jepang, dan Korea Selatan. Bahkan, Cina yang memiliki jumlah penduduk yang sangat besar kini dihantui krisis populasi. Banyak perempuan Cina yang enggan punya anak. Prioritas mereka kini adalah berkarir dan menabung karena biaya hidup yang makin tinggi. Bahkan banyak di antara mereka yang memilih menjadi lajang seumur hidup.
Mirisnya, childfree juga menggejala di sebagian negeri muslim, misalnya seperti Indonesia. Kini Indonesia menghadapi perlambatan pertumbuhan penduduk. Angka kelahiran anak terus turun selama tiga dekade terakhir. Pada 1990-an, Total Fertility Rate (TFR) Indonesia ada pada level 3,1. Namun, kini TFR Indonesia terus turun hingga hanya 2,15 pada 2022.
Padahal, keberlangsungan peradaban manusia di bumi membutuhkan regenerasi dari orang tua ke anak-anaknya. Jika jumlah penduduk makin turun, akan terjadi kepunahan jenis manusia. Hal ini sebagaimana dialami bangsa Jepang yang mengalami ancaman kepunahan.
Fasad Akibat Sekularisme-Kapitalisme
Krisis populasi yang melanda dunia saat ini merupakan fasad (kerusakan) akibat perbuatan manusia. Manusia mengemban pemikiran yang salah yaitu childfree. Sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan menjadikan manusia tidak memiliki visi akhirat saat menikah. Selain itu, kapitalisme yang mendewakan materi membuat manusia memandang anak dengan ukuran materi. Akibatnya, terjadi krisis populasi.
Padahal, childfree merupakan pemikiran yang tidak sesuai dengan Islam. Allah Swt. memerintahkan manusia agar memiliki anak. Firman-Nya di dalam QS An Nahl: 72,
"Dan Allah menjadikan bagimu pasangan (suami atau istri) dari jenis kamu sendiri dan menjadikan anak cucu bagimu dari pasanganmu, serta memberimu rezeki dari yang baik."
Rasulullah saw. juga mendorong umatnya untuk memiliki anak. Sabda beliau,
"Nikahilah perempuan yang penyayang dan subur karena aku akan berbangga dengan kalian di hadapan para nabi pada hari kiamat." (HR. Ibnu Hibban)
Memiliki anak di dalam Islam bukan semata memiliki keturunan, tetapi merupakan bentuk ibadah. Ketika suami istri mengasuh dan mendidik anaknya, mereka akan mendapatkan pahala dari Allah Swt. Setelah wafat, pasangan tersebut akan mendapatkan pahala dari ilmu yang diajarkan ke anaknya. Mereka juga akan didoakan oleh anak-anaknya.
Dengan memiliki anak, kelestarian jenis manusia akan terjaga. Anak-anak kaum muslim akan menjadi batu bata peradaban Islam nan gemilang. Kejayaan Islam pada masa Khilafah bisa terwujud karena dukungan sumber daya manusia yang banyak dan berkualitas. Pada masa mendatang, Khilafah akan kembali tegak dan anak-anak kaum muslim yang akan mengisi peradaban Islam. Mereka akan menorehkan tinta emas kejayaan Islam.
Wallahu a'lam bi al-shawab.[]
Kini hewan piaraan naik pangkat jd anak oleh pejuang childfree. Miris. Panggil mama dan papa pula
Cuma Islam yang punya pandangan hidup terbaik dan sesuai dengan fitrah manusia.
Betul, Mbak. Dalam kehidupan kapitalisme makin banyak perilaku manusia yang aneh2.
makin kesini makin aneh... sudah... saatnya kembali pada aturan Islam untuk menjaga akal waras kita..
Selamatkan kewarasan manusia dengan Khilafah. He he...
Parah manusia yg lahir di bawah aturan sekuler dan liberal hari ini. Seenaknya berbuat, asal punya uang. Suka-sukalah mau ngapain aja.
Sebegitu hebatnya kah binatang mendapatkan perlakuan istimewa.?Coba masuk ke kolong jembatan dan perkampungan kumuh. Itu lebih banyak membutuhkan uluran tangan2 hebat yg berderma.
Perilaku bablas mengistimewakan binatang sangat membahayakan ke depannya bila tdk segera dicegah. Utk jangka pendek semoga ada upaya memutus ini dari pemerintah.
Iya, banyak manusia kelaparan, eh, ini anjing saja ada pernikahan mewahnya. Miris.
Aih, aya-aya wae eta pernikahan hewan (anjing). Masih banyak orang yang kelaparan, kesusahan. Ini menghabiskan dan ratusan juta untuk pernikahan hewan?
Sekularisme aneh-aneh wae.
Nggak masuk di akmal, di luar nurul, ya Mbak.
Kapitalisme membuat orang jadi nyeleneh.. nauzubillah
Entah besok2 keanehan apa lagi yang diproduksi kapitalisme.
Katakan tidak pada childfree, menyayangi binatang tidak kelewatan, memandang semua dalam kacamata syariat.
Setuju banget, mbak.
Ya Allah ... semakin ke sini perilaku manusia kok makin gak masuk akal. Gak heran jika krisis populasi mengancam banyak negara. Spirit kebebasan yang dianut dunia saat ini membuat banyak orang mengekspresikan segala sesuatu tanpa batas. Sebenarnya kondisi ini makin menunjukkan urgensi adanya junah bagi umat manusia.
Liberalisme bikin orang makin aneh.
Fenomena di saat manusia malas punya anak, di saat yang lain memperlakukan hewan sampai sedemikian rupa.
Rela mengeluarkan duit banyak buat hewan, tetapi nggak mau mengeluarkan duit untuk anak yang kelak mendoakan ketika dia wafat. Sungguh aneh.