“Remaja yang mudah putus asa juga buah dari sistem rusak ini. Mereka tidak memiliki sandaran yang benar saat ada permasalahan yang datang. Hal itu membuat semangat menjadi redup sehingga tidak memiliki keinginan untuk hidup.”
Oleh. Atien
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Katakanlah, " Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri! Janganlah berputus asa dari rahmat Allah…
(TQS. Az-Zumar [39]: 53).
Setiap orang pasti pernah merasa kecewa, sedih dan sakit hati ketika harapan dan keinginan diri tidak bisa terpenuhi. Semua rasa yang ada membuat hati terluka hingga menumbuhkan rasa putus asa. Perasaan putus asa dalam hati menjadi tidak terkendali. Akhirnya jalan pintas yang dipilih membawa kepada keputusan untuk mengakhiri hidup dengan cara bunuh diri.
Rasa putus asa itu pula yang membuat seorang perempuan dikabarkan meninggal dunia karena diduga bunuh diri. Korban nekat melakukan bunuh diri karena tidak lulus ujian masuk Perguruan Tinggi Negeri (PTN). Sebelumnya perempuan tersebut juga bernazar akan memberikan santunan kepada anak yatim jika diterima. Akan tetapi jika tidak diterima, ia bernazar akan bunuh diri. Ternyata dirinya gagal dalam ujian dan benar-benar memenuhi nazarnya. Cerita di atas dibagikan melalui akun Twitter @utbkfess pada Selasa (12/7/2022. Suara.com).
Dunia maya juga pernah dihebohkan dengan kasus serupa. Seorang mahasiswi berinisial NWS ditemukan terbujur kaku di dekat pusara ayahnya. Korban diduga bunuh diri dengan meminum racun disebabkan ulah pacar yang tak mau bertanggung jawab atas kehamilannya. Sontak, berita tewasnya NWS langsung mendapat simpati dari para netizen. Tagar #savenoviawidyasari viral di media sosial sebagai bentuk keprihatinan atas apa yang menimpa gadis malang tersebut (4/12/2021, Republika.co.id).
Fenomena Gunung Es
Bunuh diri merupakan hal yang tidak boleh diabaikan. Maka harus ada perhatian yang serius dalam penanganan kasus bunuh diri. Sebab bunuh diri termasuk fenomena gunung es, di mana kejadian yang terlihat jauh lebih sedikit dibanding jumlah sebenarnya. Hal itu disampaikan oleh Dr Indria Laksmi Gamayanti M. Si., Psikolog, selaku Ketua Umum Ikatan Psikolog Klinis (IKP). Selanjutnya Indria menyampaikan bahwa menurut Asosiasi Internasional untuk Pencegahan Bunuh Diri, setiap 40 detik, seseorang melakukan bunuh diri di seluruh dunia. Hal ini sama dengan sekitar 800.000 kejadian bunuh diri setiap tahunnya. Lebih dari 75 persen kasus bunuh diri terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah (Instrumen Akreditasi Satuan Pendidikan/ IASP 2021).
Data di atas tentu bisa terus bertambah jika tidak ada upaya pencegahan dan penanganan yang maksimal. Sebab, semakin ke sini permasalahan kehidupan yang muncul semakin banyak. Apalagi jika yang tertimpa masalah rata-rata masih berusia muda. Labilnya jiwa dan emosi yang naik turun sangat memungkinkan untuk melakukan tindakan nekat yang mengabaikan akal sehat. Jangan sampai para remaja mengorbankan kehidupan dan masa depannya dengan tindakan yang sia-sia.
Lemahnya Mental Remaja
Tindakan bunuh diri yang dilakukan oleh korban merupakan indikasi lemahnya mental remaja. Mereka merasa tidak sanggup menyelesaikan permasalahan hidup. Hidup seolah tiada guna saat keinginan dan cita-cita yang ada di depan mata hilang begitu saja. Ditambah dengan kurangnya dukungan dan perhatian dari keluarga menjadikan korban merasa sendiri dalam menghadapi masalah yang terjadi.
Tidak bisa dimungkiri, remaja di era teknologi yang canggih dan serba instan menuntut segala keinginan juga harus segera didapatkan. Begitu juga ketika mereka memiliki cita-cita dan mimpi, semua harus segera terpenuhi. Padahal untuk menggapai cita-cita, semua itu butuh proses panjang. Cita-cita tidak bisa didapatkan secara tiba-tiba tanpa ada perjuangan.https://narasipost.com/2022/02/23/swiss-legalkan-bunuh-diri-kapsul-sarco-banyak-diminati-2/
Namun juga harus dipahami, bahwa manusia hanya bisa berusaha. Sedangkan keputusan tetap ada di tangan Allah Swt. Sebab, Allah Maha Mengetahui apa yang terbaik untuk hamba-Nya. Allah Swt. berfirman yang artinya: "Boleh jadi engkau tidak menyukai sesuatu padahal bagi Allah Swt. lebih baik bagimu, dan boleh jadi engkau menyukai sesuatu padahal buruk dalam pandangan Allah Swt." (TQS. Al-Baqarah [2]: 216)
Ayat di atas seharusnya menjadi sebuah sandaran dan pedoman dalam menyikapi masalah yang terjadi. Yakinlah bahwa Allah Swt. sudah menyiapkan yang terbaik bagi umat-Nya. Jangan pernah menganggap bahwa Allah Swt. tidak sayang dan tidak adil ketika harapan dan cita-cita gagal di tengah jalan. Sekali lagi yakinlah bahwa Allah Swt. punya rencana lain yang lebih indah.
Niat dan Perbuatan
Begitu juga saat memiliki niat untuk melakukan sesuatu perbuatan, harus cari tahu dulu apakah hal itu boleh dilakukan atau tidak. Ketika akan niat bernazar juga ada aturannya. Tidak boleh bernazar yang mengakibatkan keburukan maupun kemaksiatan. Isi nazar juga tidak boleh merugikan diri sendiri maupun sesama. Apalagi sampai menyakiti diri dan berujung kepada tindakan yang dilarang oleh agama. Nazar seperti itu tidak boleh dilaksanakan.
Dari ‘Aisyah r.a., Rasulullah bersabda:
مَنْ نَذَرَ أَنْ يُطِيعَ اللَّهَ فَلْيُطِعْهُ ، وَمَنْ نَذَرَ أَنْ يَعْصِيَهُ فَلاَ يَعْصِهِ
“Barang siapa yang bernazar untuk taat pada Allah, maka penuhilah nazar tersebut. Barang siapa yang bernazar untuk bermaksiat pada Allah, maka janganlah memaksiati-Nya.” (HR Bukhari).
Dengan demikian harus ada niat yang lurus dalam melakukan amal perbuatan. Di samping itu juga harus diperhatikan apakah perbuatan itu sesuatu yang diperintahkan atau justru sesuatu yang dilarang. Sebab, amal perbuatan yang tidak sesuai dengan perintah Allah dan Rasul-Nya, maka amalan tersebut tidak akan diterima. Sebagaimana sabda Rasul saw. yang artinya: "Barang siapa yang mengerjakan suatu perbuatan yang tidak pernah Kami perintahkan, maka perbuatan itu tertolak." (HR. Muslim).
Bunuh Diri Cermin Sistem Rusak
Adanya kasus bunuh diri yang menimpa remaja sejatinya tidak bisa dijauhkan dari sistem rusak yang masih dipertahankan sampai hari ini. Dalam sistem ini, remaja hanya mengenal, pergaulan bebas, nongkrong- nongkrong tak jelas, hura-hura dan menghabiskan waktu dengan sia-sia. Hidupnya dimudahkan dengan fasilitas yang disediakan oleh orang tua. Apa-apa sudah tersedia dan tidak perlu bersusah payah untuk mendapatkannya.
Di sisi lain, sistem rusak ini memang masih menggunakan agama meskipun di ranah ibadah semata. Namun untuk digunakan di kehidupan umum, belum bisa diterapkan. Oleh karena itu wajar saja jika masih banyak remaja yang terjebak dalam perbuatan yang dilarang termasuk bunuh diri.
Rasulullah saw. bersabda yang artinya: “Barang siapa yang membunuh dirinya sendiri dengan suatu cara yang ada di dunia, niscaya kelak pada hari kiamat Allah akan menyiksanya dengan cara seperti itu pula.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Remaja yang mudah putus asa juga buah dari sistem rusak ini. Mereka tidak memiliki sandaran yang benar saat ada permasalahan yang datang. Mental mereka menjadi mudah rapuh dan terpuruk. Jiwa dan hatinya menjadi lemah tidak berdaya. Hal itu membuat semangat menjadi redup sehingga tidak memiliki keinginan untuk hidup.
Sistem ini pula yang membuat para remaja punya pemikiran yang aneh-aneh dan mengabaikan akal sehat. Sampai-sampai terbersit niat bernazar dengan cara bunuh diri. Betapa sistem rusak ini telah merenggut masa depan remaja tanpa tersisa.
Mental Remaja Muslim
Remaja seharusnya memiliki mental pejuang dalam menyongsong masa depan yang gemilang. Pemikirannya juga harus peka dan bangkit agar mampu menghadapi berbagai rintangan kehidupan. Untuk membentuk pemikiran yang demikian tentu harus tahu ilmunya. Ilmu tersebut hanya bisa didapatkan dengan mengkaji Islam. Islam yang dikaji dan dipelajari adalah Islam yang aturannya utuh menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan. Islam dengan akidahnya yang sesuai dengan fitrah manusia, memuaskan akal dan menenteramkan jiwa pasti mampu membuat mental remaja menjadi kokoh seperti baja. Sebab, hanya dengan Islam yang menyeluruh, remaja bisa bangkit dari keterpurukan dan kegalauan.
Dengan mengkaji Islam, remaja diajak untuk berpikir. Dengan berpikir, para remaja akan memiliki pemahaman bahwa hidup ini hanya untuk beribadah. Allah Swt. berfirman yang artinya: "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." (TQS. Az-Zaariyat [51]: 56)
Kesadaran remaja tentang hakikat kehidupan akan bertumpu kepada pemahaman bahwa hidup ini tidak boleh disia-siakan. Jangan sampai diri dilenakan oleh kehidupan dunia. Sebab, kehidupan dunia yang hanya mengejar kenikmatan dan kebahagiaan jasmani adalah sebuah tipu daya sistem yang rusak. Kenikmatan dunia hanya sekadar permainan dan senda gurau belaka.
Dengan pemahaman yang benar, para remaja tidak mudah terjerumus ke dalam perbuatan dosa. Mereka akan mampu menjaga diri dan pergaulannya. Mereka juga akan menjadi pribadi yang kuat, tegar, dan mandiri dalam menghadapi segala tantangan. Mereka juga tidak mudah rapuh dan mengeluh saat kesulitan menimpa. Sebab, mereka yakin dengan firman Allah Swt yang artinya: “Sesungguhnya sesudah kesulitan itu pasti ada kemudahan." (TQS. Al-Insyirah [94]: 5)
Pemikiran yang benar dan terarah akan membawa remaja berani menatap masa depan tanpa rasa gundah. Mereka merasa ikhlas dan rida dengan segala keputusan yang diberikan oleh Swt. Sebab, dalam jiwa dan hati mereka sudah terbentuk keimanan yang kokoh. Keimanan yang akan mampu menjaga remaja dari hal-hal yang melanggar aturan agama. Tidak akan ada lagi remaja yang meregang nyawa sia-sia karena putus asa. Mereka telah menjadi remaja yang tangguh, beriman, dan bertakwa. Remaja yang siap mengubah dunia dalam genggaman peradaban Islam yang mulia.
Wallahu a'lam bi ash-shawwab.[]