Inflasi Melanda, Kapitalisme Gagal Secara Nyata

"Berkembangnya sektor nonriil (bursa efek, pasar saham dan perangkat pendukungnya) adalah penyebab utama munculnya krisis finansial. Ini mengakibatkan pertumbuhan uang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan sektor riil. Tak pelak menyebabkan terjadinya inflasi karena mengakibatkan daya beli uang terus menurun."

Oleh. Deena Noor
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Inflasi tengah menginvasi dunia. Banyak negara mengalami inflasi yang tinggi, bahkan tertinggi dalam sejarahnya. Bukan hanya negara-negara berkembang saja yang dihantui inflasi, negara-negara maju pun tak bisa menghindar dari kondisi sulit ini.

Berulang kali inflasi global terjadi. Ini menandakan ada yang salah pada sistem ekonomi yang kini tengah berlaku. Apa sebenarnya yang keliru dengan sistem ini? Adakah sistem alternatif yang bisa menjadi penggantinya? Bagaimana keunggulan sistem tersebut?

Badai Inflasi Tak Bisa Dihindari

Negara adidaya Amerika kini mencetak rekor inflasi tertingginya dalam 41 tahun terakhir. Data Biro Statistik dan Tenaga Kerja AS pada Jumat (10/6/2022) menyebutkan bahwa inflasi di Amerika pada Mei 2022 mencapai 8,6% secara tahunan (YoY). Sulitnya kondisi diperparah dengan adanya perang antara Rusia dan Ukraina. Harga bensin di AS mencapai US$5,00 per galon (sekitar 3,7 liter) untuk pertama kalinya. Harga gas alam naik 8,0%, terbesar sejak Oktober 2005 sehingga biaya listrik mengalami kenaikan menjadi 1,3% mtm. Harga makanan pun turut naik tanpa bisa dicegah. (cnbcindonesia.com, 16/6/2022)

Perang Rusia dengan Ukraina jelas berdampak pada negara-negara Eropa lainnya. Terhentinya suplai gandum, minyak, dan barang tambang yang dibutuhkan negara-negara di Benua Biru menyebabkan banyak kesulitan. Ini kemudian mendorong naiknya harga energi, makanan, dan jasa sehingga terjadilah inflasi. Menurut data dari Eurostat yang dirilis pada Jumat (1/7/2022), tingkat inflasi di kawasan Eropa, mencapai 8,6% pada Juni 2022. Ini lebih tinggi dari pada bulan Mei yang tercatat sebesar 8,1% dan lebih tinggi dari ekspektasi sebesar 8,4%. (cnbc.indonesia.com, 1/7/2022)

Badai inflasi juga menerpa kawasan Asia. Di Malaysia, inflasi makanan mencapai level tertinggi dalam 11 tahun terakhir, yakni sebesar 5%. Korea Selatan mencatat angka inflasinya mencapai 5,4%. Sedangkan di Thailand, inflasi berada di level tertinggi dalam 14 tahun terakhir, yakni sebesar 7% di bulan Mei. Jepang juga mencatat kenaikan inflasi ketika mencapai 2,1% YoY di bulan Mei. Angka ini menjadi yang tertinggi dalam tujuh tahun terakhir. (kontan.co.id, 5/7/2022)

Indonesia tentu saja tak luput dari inflasi global yang tengah terjadi. Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), tingkat inflasi RI pada Juni mencapai 0,60% (month on month). Angka ini lebih besar ketimbang pada bulan Mei yang sebesar 0,40%. Secara year on year (YoY), tingkat inflasi pada bulan Juni juga naik ke 4,35%, yang merupakan tertinggi sejak 2017. Jika dilihat dari year to date, yakni pada periode Januari-Juni 2022, tingkat inflasi berada di 3,19%. Ini juga tertinggi sejak 2013. (nasional.kontan.co.id, 6/7/2022)

Rumah Tangga Melemah

Berkurangnya pasokan sembako untuk dalam negeri juga dipengaruhi oleh kebijakan pembatasan ekspor yang dilakukan oleh sejumlah negara. Komoditas pangan yang mengalami pembatasan adalah gandum, gula, daging sapi, dan kedelai. Pupuk sebagai penunjang pangan juga turut dibatasi.

Terbatasnya jumlah barang-barang kebutuhan pokok menyebabkan kelangkaan di tengah masyarakat. Ini kemudian menyebabkan harga-harga menjadi mahal. Akibatnya, masyarakat harus mengeluarkan biaya hidup yang lebih besar. Dengan penghasilan yang tetap, bahkan berkurang tentu keadaan menjadi kian sulit bagi masyarakat kebanyakan.

Sekali, dua kali mungkin sebagian masyarakat kita masih bisa menjangkau barang-barang kebutuhan tersebut, meskipun harus dengan susah payah. Namun, bila harga-harga tak kunjung turun, apalagi diikuti kenaikan pada harga barang-barang lainnya, maka masyarakat kita akan jatuh dalam keterpurukan. Daya beli masyarakat merosot. Orang miskin pun bertambah jumlahnya.

Kebutuhan pokok yang harusnya terpenuhi akhirnya menjadi terabaikan. Padahal, yang namanya kebutuhan pokok pastilah sesuatu yang mendasar bagi kehidupan. Bila sesuatu yang penting itu tidak ada, maka akan sangat mempengaruhi kehidupan. Bermacam permasalahan akan muncul dan mengancam keberlangsungan hidup manusia. Lambat laun kualitas kehidupan melemah.

Keluarga-keluarga mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan pokoknya. Ayah harus bekerja lebih keras lagi mencari tambahan penghasilan. Ibu harus memutar otak supaya dengan penghasilan yang seadanya bisa mencukupi semua kebutuhan, meskipun akan ada banyak pos-pos yang harus dipotong, bahkan ditiadakan. Dana untuk pendidikan anak-anak mau tidak mau harus dikurangi, bila terpaksa bisa saja ditutup. Generasi penerus bangsa pun terancam putus sekolah.

Bila sudah begitu, bagaimana kehidupan masyarakat bisa sejahtera. Belum lagi perilaku pejabat yang masih saja asyik korupsi membuat hak rakyat tercerabut. Hukum yang tumpul ke atas dan tajam ke bawah menjadikan masyarakat kecil kian menderita. Jauh dari bahagia dan sejahtera. Sementara, para politisi sibuk mencari koalisi demi mengamankan posisi tanpa menghiraukan jeritan dari wong cilik yang terinjak-injak.

Salah Bermasalah

Sumber masalah dalam perekonomian umat manusia adalah karena diterapkannya sistem ekonomi kapitalisme. Sistem ini bersandar pada asas yang keliru dan lemah. Dengan pandangan hidup yang memisahkan agama dari kehidupan, kapitalisme membiarkan kebebasan seluas-luasnya bagi manusia untuk membuat aturan sendiri.

Kapitalisme memberikan kebebasan kepemilikan bagi setiap individu. Selama mempunyai modal, mau memiliki apa saja silakan. Mau melakukan apa pun untuk meraih yang diinginkan juga tak dilarang, termasuk riba. Meskipun dalam Islam hukum riba adalah haram, namun demi meraih materi hal itu dilakukan.

Riba atau bunga bank bahkan menjadi tak terpisahkan dari ekonomi kapitalisme. Bagi kaum kapitalis, tak bisa perekonomian itu berjalan sendirian tanpa adanya bunga.

Salah satu kesalahan dalam kapitalisme adalah menjadikan ekonomi nonriil dan bunga bank sebagai pilar-pilar ekonomi. Dalam sistem ini, sektor ekonomi tidak hanya terbatas pada sektor riil saja, tetapi juga sektor nonriil. Perkembangan sektor nonriil merupakan pelebaran fungsi uang dari alat tukar menjadi komoditas yang diperdagangkan. Sektor nonriil ini dikembangkan melalui pasar modal/saham. Tujuannya bukan untuk mengelola dan memiliki perusahaan atau memperoleh laba melalui dividen, namun untuk mendapatkan capital gain yang besar secara cepat karena ada lonjakan saham yang telah dibeli.

Perekonomian yang disokong dengan bunga bank/riba memang menjadi inti kapitalisme. Padahal riba (bunga bank) dan berkembangnya sektor nonriil (bursa efek, pasar saham dan perangkat pendukungnya) adalah penyebab utama munculnya krisis finansial. Bunga mengakibatkan keputusan investasi tidak terkait langsung dengan sektor riil, baik barang dan jasa. Ini mengakibatkan pertumbuhan uang lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan sektor riil. Pertumbuhan jumlah uang yang melebihi pertumbuhan sektor riil inilah yang menyebabkan terjadinya inflasi karena mengakibatkan daya beli uang terus menurun.

Sistem yang Sahih

Islam bukan hanya agama ritual semata, tetapi juga menjadi sistem kehidupan. Maknanya Islam memiliki seperangkat aturan yang bisa diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan. Sistem Islam bersumber dari wahyu Allah.

Bidang ekonomi tidak berdiri sendiri, melainkan selalu terkait dengan bidang lainnya seperti politik, pendidikan, sosial, pergaulan, dan hukum. Semuanya berputar pada poros yang satu, yakni akidah Islam. Negara yang menjalankan aturan sesuai petunjuk Al-Qur’an dan hadis Rasulullah. Dalam berekonomi, Islam melarang adanya riba sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur’an surah Al-Baqarah ayat 275: “… padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba… “

Telah jelas dan pasti tentang keharaman riba dalam Islam. Tidak sepatutnya, muslim mengambil apa-apa yang dilarang oleh Allah.

Negara Berperan Utama

Dalam Islam, negara wajib berperan langsung dalam kegiatan ekonomi dengan mengelola harta milik negara (fai, ganimah, rikaz, usyur, dan kharaj ) dan milik umum seperti air, barang tambang, hutan, hasil laut, dan sebagainya. Hasil pengelolaannya masuk ke dalam Baitulmal yang kemudian akan dialokasikan untuk memenuhi kemaslahatan seluruh rakyat.

Tidak seperti kapitalisme yang memandang bahwa persoalan utama ekonomi berpangkal pada kelangkaan, Islam melihat pada aspek distribusi. Islam mengatur supaya setiap orang mendapatkan barang yang menjadi kebutuhan pokoknya. Distribusi harus adil dan merata. Tidak boleh ada harta yang beredar pada orang-orang kaya saja. Tidak boleh pula ada penimbunan barang dan monopoli.

Kekayaan alam yang melimpah sangat mencukupi untuk kebutuhan seluruh umat manusia. Setiap orang bisa mengambil bagian untuk dirinya seperlunya saja. Yang menyebabkan sebagian orang tidak mendapatkan akses padanya adalah karena ada penguasaan oleh individu atau segelintir orang lainnya. Karena itulah, negara tidak boleh membiarkan adanya privatisasi atau swastanisasi milik publik.

Negara yang berasaskan syariat Islam, akan memastikan bahwa sistem ekonominya bertumpu pada pembangunan sektor riil, bukan nonriil. Seluruh bisnis yang ada memiliki nilai aset sesuai dengan nilai intrinsiknya. Apa yang diperjualbelikan di pasar adalah sesuatu yang ada wujudnya/nyata, bukan saham yang tidak jelas bentuknya. Pasarnya adalah pasar riil, bukan pasar saham yang spekulatif.

Negara juga menerapkan sistem mata uang berbasis emas dan perak. Sistem mata uang yang disokong dengan emas dan perak nilainya relatif stabil. Ini karena emas dan perak dalam sistem mata uang Islam tidak bisa dimanipulasi dan dikooptasi oleh negara mana pun. Karena itulah, sistem Islam ini lebih tahan krisis dan tidak pernah mengalami lonjakan yang drastis.

Lapangan pekerjaan juga wajib disediakan oleh negara. Mereka yang tidak mampu bekerja akan ditanggung oleh keluarganya yang mampu atau dipelihara oleh negara. Tidak boleh ada seorang pun yang dibiarkan tanpa mendapatkan pengurusan yang layak. Muslim dan nonmuslim, semuanya berada dalam perlindungan dan pemeliharaan negara.

Dengan demikian, untuk mewujudkan perekonomian yang kuat, menciptakan kesejahteraan bagi seluruh rakyat, dan mencegah berbagai krisis, maka dibutuhkan sebuah negara yang menerapkan Islam secara kaffah. Negara Khilafah Islamiah adalah yang mampu menjalankan tugas-tugas itu.

Wallahu a’lam bish-shawwab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Deena Noor Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Gejolak
Next
Polemik RKUHP, Awas Semua Bisa Kena!
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

3 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Yuli Juharini
Yuli Juharini
2 years ago

Mantul mba, barakallah

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram