Warga Bantu Warga, Negara Bantu Pengusaha?

"Siapapun pemimpin yang menipu rakyatnya, maka neraka tempatnya," (Hadis Riwayat Ahmad). 


Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
(Tim Redaksi NarasiPost.Com & Aktivis Muslimah dan Penulis Buku)

NarasiPost.Com-Pandemi di negeri ini kian mencekam. Bagaimana tidak, hampir dua tahun negeri ini didekap pandemi, angka kasusnya bukannya melandai malah kian menanjak tak terkendali. Sebagaimana dirilis oleh Menteri Kesehatan pada Kamis sore (15/7/2021) bahwa total kasus positif Covid-19 di Indonesia sebanyak 2.726.803 kasus, dari jumlah tersebut dinyatakan sebanyak 2.176.412 jiwa sembuh, sementara yang meninggal dunia sebanyak 70.192 jiwa.

Adapun yang lebih mencekam di tengah gelombang 2 pandemi ini adalah ancaman kolapsnya dunia kesehatan menghadapi pandemi. Betapa tidak, hampir seluruh rumah sakit rujukan Covid-19 di berbagai daerah penuh sesak oleh pasien. Akibatnya, terpaksa pihak rumah sakit harus menolak beberapa pasien, karena ketidaksediaan tempat tidur serta keterbatasan jumlah dokter dan nakes. Betapa tidak, mereka sebagai garda terdepan penanganan Covid-19 banyak yang akhirnya tumbang, ikut terpapar Covid, kelelahan karena jam kerja yang tanpa jeda, atau bahkan meninggal dunia. Dunia kesehatan juga dihadapkan pada krisis tabung oksigen, sehingga penanganan pasien Covid-19 menjadi terhambat. Tak sedikit yang akhirnya berakhir pada kematian.

Dari situlah akhirnya muncul seruan warga bantu warga, artinya masyarakat diseru untuk saling membantu dengan sesamanya, khususnya mereka yang terpapar Covid-19. Dari spirit itu jugalah, muncul gerakan inisiatif di tengah masyarakat sebagai relawan #WargaBantuWarga. Gerakan ini merupakan gabungan dari beberapa komunitas di tanah air, yang mereka membantu dalam hal pendataan, edukasi warga lewat konten yang meluruskan hoax, dan lain-lain.

Tak hanya itu, di beberapa daerah bahkan warga bahu membahu membuat dapur umum demi membantu para warga yang sedang menjalani isolasi mandiri akibat terpapar Covid-19. Sebagaimana yang dilansir AntaraNews.com (14-07-2021) bahwa di masa PPKM Darurat ini beberapa komunitas warga di Karet, Semanggi, Jaksel berinisiatif membuat Dapur Umum Peduli Covid-19 demi membantu warga yang sedang isoman di wilayah Jabodetabek. Sebanyak 2000 nasi bungkus disiapkan setiap harinya di dapur umum tersebut.

Tak hanya itu, masih banyak gerakan lain yang menginisiasi warga bantu warga. Salah satunya yang dilakukan oleh seorang aktivis kemanusiaan, Sandyawan Sumardi, melalui gerakan "Patungan Rakyat" menyediakan bantuan medis bagi warga miskin di Jakarta yang terpapar Covid-19. Adapun bantuan tersebut berupa pinjaman tabung oksigen, pembagian vitamin dan obat-obatan, konsultasi dokter, hingga kebutuhan kritikal isolasi mandiri. (kompas.com/16-07-2021)

Dengan adanya kontribusi uluran tangan warga, diharapkan pandemi ini lekas berakhir. Namun, benarkah demikian? Lantas, di manakah peran pemerintah sebagai penanggung jawab atas urusan rakyatnya?

Tolong-Menolong, Akhlak Islami

Sejatinya Islam mengajarkan umatnya untuk saling tolong-menolong (ta'awun) dengan sesama manusia. Hal tersebut merupakan manifestasi dari habluminannash. Maka, ta'awun adalah bagian dari akhlak seorang muslim.

Jika ada orang yang membutuhkan bantuan, baik dia muslim ataupun nonmuslim, sudah selayaknya kita membantunya sesuai kemampuan kita. Terlebih dalam kondisi pandemi saat ini, rakyat banyak dihadapkan pada kesulitan di berbagai aspek kehidupannya, khususnya ekonomi. Maka tak ada salahnya jika kita membantu orang lain yang membutuhkan, termasuk mereka yang sedang menjalani isolasi mandiri. Hal tersebut semata-mata sebagai wujud kepedulian kita kepada mereka, selain itu juga sebagai dorongan ketakwaan kita kepada Allah Swt. Sungguh hal tersebut merupakan amal salih bagi kita dan tentu saja akan diganjar pahala oleh Allah Swt.

Maka, kita pun patut mengapresiasi gerakan warga bantu warga yang merupakan perwujudan kepedulian antarmanusia sebagai makhluk sosial. Namun demikian, kita perlu menyadari bahwa sejatinya apa yang dilakukan warga, seperti menyokong kebutuhan makan rakyat, termasuk vitamin, obat-obatan, hingga oksigen, merupakan kewajiban utama pemerintah, bukan rakyat. Dengan kata lain, mencukupi kebutuhan warga dan menjamin kesejahteraan mereka di kala pandemi merupakan kewajiban pemerintah. Sebab dalam pandangan Islam, penguasa berfungsi sebagai peri'ayah (pengurus) urusan rakyatnya. Jelaslah, amanah kepemimpinan sangatlah berat diemban oleh seorang muslim, karena kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Apakah kepemimpinannya telah mampu menjadikan rakyatnya sejahtera atau justru menderita? apakah kepemimpinnya telah serius mengurusi urusan rakyatnya ataukah justru setengah hati saja?

Rasulullah Saw bersabda:

"Sesungguhnya kepemimpinan merupakan sebuah amanah, di mana kelak di hari kiamat akan mengakibatkan kerugian dan penyesalan. Kecuali mereka yang melaksanakannya dengan cara baik, serta dapat menjalankan amanahnya sebagai pemimpin." (HR.Muslim).

Tidak ada yang salah dengan gerakan warga bantu warga. Namun, yang salah adalah ketika pemerintah tak serius mengurusi urusan rakyatnya, bahkan berlepas tangan terhadapnya. Rakyat dipaksa membiayai kehidupannya sendiri. Rakyat dipaksa berjuang sendiri. Lihat saja, lewat embel-embel jaminan kesehatan, rakyat harus membiayai sendiri urusan kesehatannya. Lantas di manakah letak jaminannya jika rakyat tetap harus mengeluarkan dana dengan membayar premi setiap bulan, dan jika terlambat akan terkena denda? Padahal kesehatan merupakan kebutuhan dasar rakyat yang semestinya menjadi tanggung jawab negara secara mutlak.

Tak jauh beda dalam kondisi pandemi hari ini, rakyat pontang-panting bertahan hidup di tengah berbagai pembatasan mobilitas warga. Bagai buah simalakama, diam di rumah saja tak ada yang menanggung kebutuhan hidup mereka, keluar rumah diintai kematian akibat terpapar wabah. Padahal jika saja kekayaan alam negeri ini tidak diprivatisasi oleh para pengusaha, baik lokal maupun asing, tentu negara akan mampu membiayai rakyatnya.

Mirisnya, negara malah sibuk membantu pengusaha menyukseskan pencapaian finansialnya. Lihat saja, di tengah pembatasan bisnis warga kelas bawah, negara mengizinkan pengusaha kelas kakap tetap beroperasi, contoh tempat-tempat wisata. Bahkan negara turut mempromosikan tempat wisata tersebut di saat kasus Covid-19 di negeri ini belum juga mereda. Di sisi lain, negara juga meringankan para pengusaha dari beban pajak, di saat rakyat kecil digenjot aneka pajak yang mencekik leher. Sungguh ironis!

Rasulullah Saw bersabda:

"Barangsiapa yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian ia tidak mencurahkan kesetiaannya, maka Allah haramkan surga baginya." (HR.Bukhari dan Muslim)

Dalam hadis lain disebutkan, "Siapapun pemimpin yang menipu rakyatnya, maka neraka tempatnya," (Hadis Riwayat Ahmad). 

Oleh karenanya, semestinya kita menyadari bahwa ada banyak tanggung jawab negara yang terabaikan dalam sistem kapitalisme sekuler hari ini. Negara berfungsi hanya sebagai regulator, bukan pemain utama sebagai pengurus rakyatnya. Beginilah hakikatnya sistem kehidupan yang jauh dari aturan Islam. Akhirnya konsep kepemimpinan pun bergeser, tak lagi sebagai wujud pengembanan amanah, melainkan sebagai ladang meraup keuntungan pribadi.

Sungguh berbeda dengan konsep kepemimpinan dalam sistem Islam dalam naungan Khilafah. Mereka menjalankan kepemimpinan dengan penuh ketakwaan kepada Allah, sehingga tak berani menzalimi rakyatnya sendiri, apalagi hingga berselingkuh dengan para pengusaha demi meraup materi.

Oleh karena itu, sudah saatnya kita mewujudkan kepemimpinan yang amanah dalam kerangka sistem pemerintahan sahih warisan Rasulullah Saw, Khilafah Islamiyah.[]


Photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Vaksin Gotong Royong dan PCR Berbayar Mahal, Rakyat Makin Terjungkal
Next
Ketaatan Total pada Syariah Allah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram