Pilu, Rakyat Berseteru di Tengah Wabah yang Tak Kunjung Berlalu

"Pandemi Covid-19 menghancurkan lini perekonomian manusia. Hidup rakyat bagaikan ikan di daratan yang berjuang menyelamatkan hidupnya karena pemerintah yang enggan bertanggung jawab."

Oleh: Ghumaisha Gaza
(Aktivis Dakwah Sumedang)

NarasiPost.Com-Tak berlebihan jika kita memandang bahwa penanganan wabah di negeri ini karut-marut. Sejak satu setengah tahun yang lalu, sejak wabah mulai melanda negeri ini pemerintah tampak lamban. Bertambah kalut, ketika rakyat di tengah kesusahan menghadapi wabah malah berseteru. Sungguh hal ini sangat membuat pilu.

Salamat Sianipar (45) menjadi korban penganiayaan di desanya pada Kamis 22 Juli 2021. Desa Sianipar Bulu Silape, Kecamatan Silaen, Kabupaten Toba. Penganiayaan berawal ketika ia dinyatakan positif terpapar virus Covid-19 dengan gejala ringan, lalu ia memilih isolasi mandiri di rumah. Namun warga setempat tak setuju dan memaksa ia isolasi di gubuk di tengah hutan yang jauh dari desa. Meskipun sempat menuruti keinginan warga tapi ia kembali ke rumahnya, akhirnya terjadilah penganiayaan kepadanya. Itulah salah satu konflik yang terjadi di tanah Sumatera (kompas.com).

Sementara di Ngawi, Jawa Timur, sepasang tenaga kesehatan yang juga positif Covid-19, Aria Kusuma Aji (26) dan istrinya harus dievakuasi ke tempat isolasi milik Pemkab Ngawi. Hal itu terjadi setelah mereka diancam dan diusir dari rumahnya pada Jum'at sore 9 Juli 2021. (detik.com)

Semakin miris lagi dengan adanya kejadian yang menimpa tim pemakaman jenazah Covid-19 di Jember pada Sabtu, 17 Juli 2021. Mereka dihadang warga, dipukul, dan dilempari batu. Amarah warga memuncak ketika bersikeras memandikan jenazah yang terkonfirmasi positif Covid-19. Mereka tak menerima penjelasan tim pemakaman tentang protokol yang seharusnya dilakukan terhadap jenazah yang terpapar virus. (kompas.com)

Lemahnya edukasi menjadikan masyarakat kebanyakan abai dalam menjalankan protokol kesehatan. Alih-alih penyebaran virus corona bisa terhenti, yang ada kasus positif semakin meninggi. Kemudian dipicu permasalahan ekonomi yang semakin menghimpit, jelas rakyat sangat tertekan dan sulit untuk berpikir jernih, mudah tersulut emosi. Tak jarang informasi yang berseliweran di media ditelan begitu saja, bahkan tak sedikit yang kemudian terjebak hoax.

Namun jika kita tarik benang merahnya, semua ini bermuara pada ketidakpercayaan rakyat akan setiap kebijakan yang ditetapkan pemerintah. Pada faktanya pengambilan kebijakan sering menafikan pendapat rakyat dari berbagai kalangan. Kebijakan yang diambil sarat kompromi politik dan ekonomi golongan tertentu saja. Bukan atas pertimbangan kesehatan.

Epidemilog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, menilai seluruh kebijakan pandemi Indonesia banyak dipengaruhi oleh kompromi politik dan ekonomi ketimbang kesehatan. Ia mencontohkan kengototan pemerintah menggelar pilkada serentak pada Desember 2020 meski banyak penolakan dari pakar kesehatan. (bbc.com)

Lagi dan lagi. Kebijakan yang ditetapkan justru membuat sengsara dan hanya menambah duka. Karena semuanya dibangun berlandaskan materi belaka. Hilang rasa pedulinya kepada rakyat. Akhirnya rakyat harus menyadari bahwa inilah konsekuensi diterapkannya sistem kapitalisme di negeri ini. Sampai kapan pun para penguasa hanya fokus meraih keuntungan, bukan berusaha memberikan pelayanan terbaik bagi rakyatnya.

Padahal dalam Islam telah ditetapkan bahwa penguasa atau negara adalah pengurus (rain) dan penjaga (junnah) bagi rakyatnya.

Rasulullah Saw. bersabda,

الإِمَامُ رَاعٍ وَمَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya.” (HR. Bukhari)

Sejatinya hubungan penguasa dengan rakyat itu seperti ayah dengan anaknya. Penguasa akan selalu memastikan bahwa rakyatnya terpenuhi segala kebutuhannya serta memastikan keadaanya jauh dari bahaya. Penguasa selalu menyertai rakyat dalam kondisi mudah ataupun susah. Penguasa akan selalu mengambil kebijakan yang sesuai syariat.

Konflik sosial yang terjadi di tengah masyarakat, serta masalah lainnya akan terus bermunculan dalam sistem kehidupan yang rusak ini. Sudah saatnya kita menyadari bahwa untuk memecahkan problematika di tengah masyarakat kita harus kembali pada syariat. Sudah saatnya kita menyudahi berbagai kisah pilu dalam kehidupan dengan kembali pada sistem Islam yang membawa pada keselamatan dan kesejahteraan, yakni sistem Islam. Wallahu 'alam.[]


photo : google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Bansos Terancam Terhenti, Negara Urus Rakyat Setengah Hati?
Next
Potret Buram
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram