"Dengan seringnya pemerintah berganti kebijakan dalam menekan laju penyebaran Covid, dari mulai PSBB, PSBM hingga PPKM Mikro, memberi bukti bahwa sistem penanganan pandemi yang dipakai negeri ini dinilai menuai kegagalan."
Oleh. Miladiah al-Qibthiyah
(Pegiat Literasi dan Media)
NarasiPost.Com-Wabah Covid-19 terus menyebar hingga memporak-porandakan sebagian besar wilayah dunia. Kabar berita yang sempat menggetarkan dunia adalah tsunami covid yang menerjang negara India, sehingga menyebabkan ratusan ribu kasus positif covid dalam waktu singkat.
Memang kondisi wabah kian hari kian mengerikan, tak terkecuali di Indonesia. Bagaimana tidak? Upaya masyarakat dalam melakukan 5M (Memakai masker, Mencuci tangan,Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan, Membatasi interaksi) serta upaya 3T (Testing, Tracing, Treatment) oleh pemerintah, nyatanya tidak memberi perubahan signifikan dalam menekan laju penyebaran Covid-19.
Nahasnya, kabar duka datang dari sistem kesehatan Indonesia. Penanganan Covid yang terkesan lamban dan ketidakkonsistenan pemerintah dalam mengunci area wabah membuat rumah sakit kolaps, hingga tumbangnya para nakes (tenaga kesehatan).
Selain angka pertambahan kasus, dampak krisis pun kian dirasakan. Pandemi Coronavirus membawa masuk lebih dalam pada krisis multidimensi. Yang lebih parah saat ini adalah krisis pelayanan kesehatan hingga krisis kemanusiaan.
Apa Kabar PPKM dan Vaksinasi?
Melihat situasi sulit ini, beberapa pakar memberi sinyal waspada gelombang dua Covid menerjang Indonesia. Karena itu, Pemrov DKI Jakarta menetapkan kebijakan baru untuk meningkatkan pengendalian Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat atau PPKM Mikro. Kebijakan ini tertuang dalam Keputusan Gubernur Provinsi DKI Jakarta Nomor 796 tahun 2021 tentang Perpanjangan PPKM Berbasis Mikro selama 14 hari sejak 22 Juni - 5 Juli 2021.
Dengan seringnya pemerintah berganti kebijakan dalam menekan laju penyebaran Covid, dari mulai PSBB, PSBM hingga PPKM Mikro, memberi bukti bahwa sistem penanganan pandemi yang dipakai negeri ini dinilai menuai kegagalan.
Betapa tidak? Di satu sisi pemerintah mengimbau masyarakat agar tetap disiplin dan serius menjalankan upaya 5M hingga menebalkan aturan PPKM Mikro, namun di sisi lain mereka membuka celah penyebarluasan. Yang paling meresahkan masyarakat adalah dengan tetap melakukan pembukaan destinasi pariwisata yang ramai pengunjung. Tentu, semata-mata demi alasan ekonomi.
Akan halnya program vaksinasi. Pemerintah yang mulai menjadwalkan program vaksinasi dengan tujuan menekan angka kasus positif Covid-19, rupanya masih banyak masyarakat awam, meski mereka sudah mendapat vaksin Covid-19, justru menganggap diri sepenuhnya terhindar dari infeksi virus Corona.
Padahal, orang yang sudah divaksinasi tetap bisa terkena penyakit mematikan ini, bahkan menularkannya kepada orang lain, jika mereka tidak disiplin dalam menerapkan protokol kesehatan. Maka, lagi-lagi butuh upaya edukasi masif dari pemerintah dan menindak tegas orang-orang yang abai terhadap keselamatan jiwa manusia yang lain.Tidak cukup jika hanya dengan mengeluarkan berbagai program dan kebijakan dalam menekan angka kasus positif virus Corona. Sementara ada sisi lain yang justru membuka celah selebar-lebarnya masuknya virus Corona tersebut. Belum lagi dengan ketidakdisiplinan masyarakat dalam mematuhi dan menerapkan prokes.
Oleh karena itu, butuh langkah strategis dan upaya komprehensif agar negeri ini benar-benar selamat dari bahaya virus Corona tak kasat mata lagi mematikan ini. Upaya tersebut tidak hanya melibatkan potensi manusia berupa akal, sebab kita yakin bahwa akal manusia yang serba lemah tak mampu menyelesaikan wabah tanpa disertai rujukan yang bersifat baku tentang penyelesaian wabah secara tuntas.
Pilar Kesuksesan Pemerintahan Islam dalam Menangani Wabah
Wabah ini bukan kali pertama melumpuhkan dunia. Jika kita flashback ke masa Khalifah Umar bin Al-Khattab, di masa ini wabah tha'un mematikan juga melanda masyarakat di wilayah Syam.
Saat itu, penyakit tha'un disinyalisasi akan mengglobal. Maka langkah yang diambil oleh sang Khalifah sejak awal adalah segera mengisolasi yang sakit. Begitu pun dengan pintu-pintu peluang terjadinya penyebaran, baik di wilayah asal maupun di wilayah penularan, semuanya segera dikunci.
Strategi mengunci ini bukan semata bersumber dari buah pikiran Sang Khalifah saat itu, melainkan sebuah tuntunan syar’i. Sebagaimana yang pernah disabdakan oleh Rasulullah Saw. yang artinya, “Apabila kalian mendengarkan wabah di suatu tempat, maka janganlah memasukinya, dan apabila terjadi wabah sedangkan kamu ada di tempat itu, maka janganlah keluar darinya.” (HR. Muslim)
Hal ini seharusnya semakin membuat kita sadar dan yakin bahwa kemampuan manusia dalam menangani suatu penyakit tidak akan berhasil selain atas izin dari Allah Sang Maha di atas segala Maha.
Adanya wabah Covid-19 pun sepatutnya membuat manusia sadar betapa lemahnya mereka tanpa ada daya dan kekuatan dari Sang Maha Kuat. Keimanan kokoh Sang Khalifah Umar bin Khaththab membawanya pada kesuksesan menyelesaikan serangan wabah yang menimpa rakyatnya. Betapa tidak? Mereka meyakini sepenuh hati bahwa wabah yang terjadi disebabkan karena kekuasaan Allah Swt. yang harus disikapi dengan penuh keimanan dan rida dalam menerimanya.
Sederhananya, pilar kesuksesan dalam menangani wabah sebagaimana yang dicontohkan sang Khalifah adalah dengan tunduknya beliau pada aturan yang diberlakukan selama menjabat sebagai kepala negara, yakni hanya mengambil aturan yang berasal dari Allah Swt.
Aturan itu diterapkan di dalam sebuah negara yang dipimpinnya sebagai satu-satunya institusi pelaksana syariah secara kafah dalam setiap aspek kehidupan, termasuk penetapan kebijakan penanggulangan wabah. Negara juga hadir sebagai penanggung jawab urusan kehidupan umat. Keberadaan negara harus ada dan terdepan dalam keadaan apa pun. Negara bertanggung jawab penuh tanpa menyerahkan urusan rakyatnya pada pihak mana pun.
Sebagai raa'in dan junnah, maka negara sejatinya wajib memprioritaskan memelihara urusan kehidupan rakyatnya. Negara tidak boleh mengambil kebijakan yang justru mengabaikan nasib mereka. Apalagi di situasi pandemi seperti saat ini, maka keselamatan rakyat senantiasa akan menjadi pertimbangan utama seorang pemimpin negara.
Maha Kuasa Allah menunjukkan kemuliaan Islam dalam mengatasi wabah melalui perantara sang Khalifah Umar. Beliau rela membatalkan kunjungan resminya ke Syam dan memutuskan kembali ke Madinah semata-mata demi memutus rantai penularan wabah yang sedang melanda wilayah Syam agar tidak menyebar kepada penduduk di wilayah lain. Beliau yakin dengan langkah yang telah diambilnya, nyawa dan keselamatan rakyat menjadi pertimbangan utama dibandingkan urusan lainnya. Tidak hanya masa depan rakyat terselamatkan, namun dunia akan menyaksikan wajah peradaban Islam yang agung. Wallaahu a'lam bi ash-shawwab.[]
Photo : Pinterest
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]
.