Rasulullah Saw bersabda:
"Meninggalnya ulama adalah musibah yang tak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang tak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya satu orang ulama.” (HR al-Thabrani dalam Mujam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman dari Abu Darda’)
Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
(Tim Redaksi NarasiPost.Com / aktivis Muslimah & Penulis Buku)
NarasiPost.Com-Negeri ini sudah selayaknya berduka. Bukan semata tersebab pandemi yang merenggut ribuan nyawa manusia, melainkan karena diwafatkannya para ulama. Ya, sepanjang pandemi Covid-19 menyelimuti negeri ini, sebanyak 584 ulama di negeri ini telah berpulang kepada Sang Pemilik Jiwa. (Detik.com/05-07-2021)
Ulama adalah Warosatul Anbiya atau pewaris para nabi, yakni penyambung tersampaikannya risalah Islam kepada seluruh manusia. Maka, keberadaan ulama bagaikan mutiara di tengah-tengah kehidupan, lebih-lebih saat ini ketika kehidupan diliputi fitnah dan kezaliman. Begitu berharganya keberadaan seorang ulama, maka kematiannya menyisakan duka mendalam di dada umat. Sebab umat tak hanya kehilangan sosoknya, namun juga ilmunya.
Rasulullah Saw bersabda:
"Meninggalnya ulama adalah musibah yang tak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang tak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya satu orang ulama.” (HR al-Thabrani dalam Mujam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman dari Abu Darda’)
Ulama Wafat, Ilmu Terangkat
Sungguh berharganya seorang ulama, laksana bintang yang terang ia menerangi kehidupan yang gulita oleh dosa manusia. Dengan keberadaannya, manusia diajak menuju kebaikan dan ketaatan kepada Rabb-Nya. Dan dengan keberadaanya pula, manusia akan mampu membedakan antara yang haq dengan yang batil.
Sebab sosok ulama adalah sosok yang memiliki keimanan dan keilmuan yang tinggi. Sehingga dengan keduanyalah ia istikamah menyampaikan risalah langit kepada penduduk bumi. Dengan demikian, ketika Allah mewafatkan seorang ulama, maka terangkat pulalah ilmunya. Berkurang sosok penyampai kebenaran di tengah-tengah umat, maka hal yang dikhawatirkan akan terjadi adalah merebaknya kebodohan yang berujung pada merajalelanya kesesatan.
Sebagaimana sabda Rasulullah Saw:
"Sesungguhnya Allah Ta’ala tidak menggangkat ilmu dengan sekali cabutan dari para hamba-Nya, akan tetapi Allah menanggkat ilmu dengan mewafatkan para ulama. Ketika tidak tersisa lagi seorang ulama pun, manusia merujuk kepada orang-orang bodoh. Mereka bertanya, maka mereka (orang-orang bodoh) itu berfatwa tanpa ilmu. mereka sesat dan menyesatkan." (HR.Bukhari dan Muslim)
Hadis tersebut menjelaskan, sebagaimana syarh Imam An-Nawawi, bahwa Allah tidak mengangkat ilmu dengan mencabutnya dari dada para penghapalnya, melainkan mewafatkan pemilik ilmu tersebut. Akhirnya, manusia akan bertanya kepada orang bodoh yang tidak berilmu dan orang bodoh tersebut menghukumi sesuatu tanpa ilmu. Akibatnya, mereka pun sesat dan menyesatkan orang lain.
Inilah ancaman nyata bagi peradaban manusia. Jika kebodohan merajalela, kesesatan pun akan terjadi di mana-mana. Akibatnya, peradaban manusia diliputi kezaliman dan kejahiliyahan. Naudzubillahi min dzalik!
Meregenerasi Sosok Ulama
Sejatinya setiap muslim diwajibkan untuk berdakwah, menyampaikan amar ma'ruf nahi mungkar kepada sesama umat manusia, sebagaimana halnya para ulama.
Rasulullah Saw bersabda:
“Demi Allah, sungguh satu orang saja diberi petunjuk (oleh Allah) melalui perantaraanmu, maka itu lebih baik dari unta merah.” (HR.Bukhari dan Muslim)
Dari hadis tersebut digambarkan betapa istimewanya aktivitas dakwah. Karena bagi masyarakat Arab, unta merah merupakan harta yang sangat sangat berharga kala itu. Jadi, melalui hadis tersebut, Rasulullah ingin mengungkapkan bahwasannya seseorang yang menyeru pada kebaikan sehingga mampu mengantarkan hidayah kepada orang lain, jauh lebih baik dari pada harta yang berharga sekalipun.
Dengan demikian, umat Islam harus lebih bersemangat dalam belajar, mengkaji tsaqofah Islam sebagai amunisi dalam berdakwah. Karena amal dakwah membutuhkan modal ilmu, maka menuntut ilmu menjadi sebuah keharusan yang mutlak.
Sungguh, dunia membutuhkan umat terbaik yang lisannya senantiasa menyeru kepada kebaikan dan mencegah dari kemaksiatan. Dunia membutuhkan sosok-sosok hanif yang senantiasa menegakkan kalimatullah di atas muka bumi ini demi terciptanya kehidupan Islam. Kalau bukan kita, lantas siapa lagi? Maka kokohnya niat, kejar terus rida Allah dengan kita melayakkan diri menjadi hamba-Nya yang bertakwa dan menyebarkan syiar Islam ke tengah-tengah umat. Sebab, berkontribusi dalam dakwah merupakan karakteristik umat terbaik yang Allah sampaikan di dalam ayat-ayat cinta-Nya.
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah.” (Q.S. Ali Imran [3]: 110)[]
Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]