"Orang miskin dilarang sakit, ungkapan yang sangat pas untuk kondisi masyarakat Indonesia dimasa pandemi covid-19 "
Oleh Nina Marlina, A.Md
(Muslimah Peduli Umat)
NarasiPost.Com-Pandemi Covid-19 telah melumpuhkan aktivitas ekonomi, juga sistem kesehatan di seluruh dunia. Jumlah pasien terus bertambah. Begitu pula dengan korban meninggal dunia. Terlebih di Indonesia yang jumlah kasus hariannya terus meningkat. Dikutip dari CNN Indonesia (12 Juli 2021) Indonesia mencatat rekor kematian harian Covid-19 tertinggi di dunia dengan 1.007 jiwa pada Minggu (11/7). Jumlah itu menyalip India yang berada di urutan ketiga dengan 720 kasus kematian, kemudian Rusia 749, dan Brasil dengan 597 korban meninggal.
Virus Covid-19 ini menyerang sistem pernafasan manusia. Virus masuk melalui lubang hidung dan mulut, kemudian bersarang di paru-paru. Jika kondisi tubuh kurang imun, maka akan menyebabkan pengentalan bahkan darah membeku dan menyulitkan pernafasan. Akibatnya, penderita akan kekurangan oksigen.
Sebagaimana diketahui, sejumlah rumah sakit mengalami overload. Bahkan ada yang tidak menerima pasien lagi karena semua kamar sudah penuh terisi. Selain itu, rumah sakit kesulitan dalam menerima pasokan obat-obatan dan tabung oksigen. Alhasil, sebagian besar penderita Covid-19 pun melakukan isoman atau isolasi mandiri di rumahnya. Namun, mereka pun sama mengalami kesulitan memperoleh tabung oksigen.
Dikutip dari Pikiranrakyat.com, (6 Juli 2021) Gubernur Jawa Barat (Jabar), Ridwan Kamil, menyampaikan ada 8 daerah di Jabar yang saat ini mengalami krisis ketersediaan oksigen. Daerah tersebut adalah Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat, Kabupaten Bogor, Ciamis, Garut, Kota Bandung, Kota Bogor, dan Kota Tasikmalaya. Ridwan Kamil mengimbau masyarakat Jabar yang sedang melakukan isolasi mandiri (isoman) untuk tidak berlomba-lomba menyetok tabung oksigen. Menurutnya, kita harus mendahulukan rumah sakit yang lebih membutuhkan.
Pemprov Jabar pun akan berupaya memperbaiki manajemen distribusi oksigen ke rumah sakit-rumah sakit di Jabar. Karena ternyata ada wilayah yang defisit oksigen, namun ada pula yang surplus persediaan oksigennya. Ia pun meyakinkan bahwa Jabar masih aman dengan persedian tabung oksigen.
Sungguh sistem kapitalisme membuat masyarakat kesulitan mendapatkan akses kesehatan. Biaya berobat hari ini mahal, apalagi jika harus masuk rumah sakit dan mendapatkan pelayanan terbaik. Negara tidak bisa menjamin kebutuhan dasar rakyatnya. Rakyat pun harus berjuang sendiri. Bahkan ada ungkapan orang miskin dilarang sakit, karena begitu mahalnya biayanya. Sudah tak terhitung nyawa melayang karena tak mampu berobat. Terlebih dalam kondisi pandemi ini, banyak korban meninggal dunia karena penanganan yang lambat.
Begitu pun dengan para oknum yang sengaja menimbun obat-obatan, masker, oksigen demi memeroleh keuntungan. Sungguh mereka tak memiliki hati nurani. Inilah penyebab dari sistem sekuler kapitalis yang bercokol saat ini. Melahirkan orang-orang tak berempati demi meraih materi.
Meski ada gerakan wakaf tabung oksigen. Namun itu hanyalah solusi pragmatis yang tidak akan menyelesaikan masalah hingga tuntas. Negara tetap yang paling utama menyelesaikan masalah ini.
Dalam Islam, negara berperan penting dalam mengurus rakyatnya. Termasuk memberikan kebutuhan dasar yakni pendidikan, kesehatan dan keamanan. Dalam aspek kesehatan, negara harus memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dengan biaya murah bahkan gratis serta mudah untuk diakses. Menyediakan persediaan obat-obatan yang cukup. Mencegah oknum-oknum jahat yang mencari keuntungan materi. Negara harus mengutamakan keselamatan rakyat.
Sejarah mencatat, kegemilangan Khilafah Islam dalam pelayanan kesehatan bagi rakyatnya. Khilafah menyediakan pelayanan kesehatan terbaik dengan jumlah rumah sakit dan dokter yang banyak. Mengobati pasien hingga benar-benar sembuh. Bahkan memberikan uang saku kepada mereka yang telah sembuh.
Sejatinya penguasa dalam Islam adalah pengurus urusan rakyat. Kepemimpinan mereka adalah amanah yang akan dimintai pertanggungjawaban kelak di akhirat. Penguasa semestinya tidak bisa hidup tenang ketika rakyatnya sakit, kelaparan atau merasakan kesulitan. Hal ini pula yang ditunjukkan oleh Khalifah Umar bin Khattab ra ketika rakyatnya menderita kelaparan saat bencana paceklik. Ia lebih mendahulukan kebutuhan rakyatnya dibandingkan dirinya sendiri.
Semoga umat Islam dapat segera mewujudkan kembali Khilafah Islam serta hadirnya para pemimpin yang baik dan amanah.
Wallahu a'lam bishshawab.[]
Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]