"Barat, dengan ideologi kapitalismenya terus berusaha mengokohkan akidah sekularisme ke dalam sendi-sendi kehidupan generasi muslim dan keluarga muslim melalui paham liberalisme"
Oleh. Putri Bunda Harisa
NarasiPost.Com-Beberapa waktu lalu masyarakat dihebohkan dengan pernyataan salah satu publik figur papan atas di negeri ini. Bagaimana tidak? Ia menyampaikan pandangannya terkait gaya asuh terhadap anak-anaknya, dengan dalih tidak ingin dikatakan sebagai orang tua yang kolot dan ingin memberikan pembelajaran seks bagi buah hatinya, maka publik figur tersebut membolehkan anak-anaknya untuk mengakses konten-konten porno.
Sontak saja pernyataannya mendapat reaksi beragam dari masyarakat. Salah satunya dari Susanto, Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Seperti yang dilansir detik.com, Susanto mengatakan bahwa konten porno adalah konten berbahaya dan memiliki dampak negatif yang serius bagi tumbuh kembang anak. Masih kata Susanto, bahwa konten porno juga tidak boleh ditonton oleh anak-anak, meskipun diawasi atau ditemani orang tua, karena konten porno memiliki dampak buruk bagi anak.
Adapun dampak buruk yang akan dialami anak-anak saat ia terbiasa mengakses konten porno adalah adanya kecanduan, berusaha mencoba dan meniru, merusak mental, hingga menyebabkan kerusakan otak pada anak sehingga dapat berakibat fatal pada masa depannya. Na’udzubillahi mindzalik
Gaya Asuh Abnormal Buah Paham Liberalisme
Fakta gaya asuh abnormal publik figur tersebut semakin membuka mata kita bahwa begitulah gambaran gaya asuh orang tua dalam sistem kapitalis liberal. Orang tua lebih nyaman mendidik buah hatinya dengan mengedapankan pemikiran-pemikiran bebas atau liberal yang jauh dari nila-nilai Islam. Dan bisa saja gaya asuh seperti itu tidak hanya dilakukan oleh sang publik figur, tetapi diadopsi juga oleh orangtua lain di negeri ini.
Gambaran gaya asuh abnormal tersebut tentu membuat kita miris. Karena gaya asuh yang mengarah kepada nilai kebebasan dan menjauhkan generasi muslim dari pemahaman agama sejalan dengan agenda Barat dalam mengaruskan paham liberalisme dan budaya hedonis permisif di negeri-negeri muslim, dan tentu saja sasaran mereka adalah generasi muslim dan keluarga muslim.
Barat, dengan ideologi kapitalismenya terus berusaha mengokohkan akidah sekularisme ke dalam sendi-sendi kehidupan generasi muslim dan keluarga muslim melalui paham liberalisme. Paham liberalisme sendiri adalah paham yang muncul dari akidah sekularisme, yaitu akidah yang memisahkan agama dari kehidupan. Akibatnya, hari ini banyak dijumpai orang tua yang mendidik buah hatinya dengan standar sekularisme, yaitu menjauhkan anak-anaknya dari pemahaman Islam.
Sesungguhnya orang tua atau keluarga adalah tempat pendidikan pertama dan utama bagi anak. Orangtualah seharusnya yang bertanggung jawab dalam menjaga buah hatinya dari pemikiran-pemikiran bebas yang dapat meracuni buah hatinya sebagai upaya menjaga masa depan mereka. Bagaimana jadinya jika generasi muslim saat ini lebih akrab dengan kehidupan sekuler liberal dan jauh dari pemahaman Islam? Bagaimana jadinya jika generasi muslim dibiasakan dengan konten-konten porno atau konten vulgar demi mengikuti budaya Barat dalam mengedukasi seks?
Justru kehidupan sekuler liberal itulah dalang di balik maraknya tindak kejahatan seksual, seperti; pelecehan seksual, kekerasan seksual, penyimpangan seksual, hingga menjadi pelaku free sex. Bahkan hingga hari ini, Barat dengan akidah sekularisme dan paham liberalnya gagal dalam menekan kasus-kasus kejahatan seksual tersebut.
Salah satu contohnya seperti yang terjadi di Amerika Serikat, Amerika sebagai negara penyangga ideologi kapitalisme kini berada pada peringkat ke tiga tertinggi di dunia dengan kasus kejahatan seksual. Seperti yang dilansir dari NOVA.id yaitu 1 dari 3 perempuan di Amerika Serikat mengalami pemerkosaan dalam hidupnya, dan tercatat setiap 107 detik seseorang di Amerika Serikat pasti mengalami tindak kekerasan seksual.
Sungguh, tidak layak bagi keluarga muslim menjadikan gaya asuh Barat yang mengarah kepada penanaman nilai-nilai kebebasan sebagai teladan mereka dalam mendidik anak-anaknya. Jelas-jelas di negara asalnya saja gaya asuh liberal justru mendatangkan kerusakan generasi, lalu untuk apa kita ngotot mengikuti gaya asuh mereka?
Islam Melindungi Generasi
Islam sebagai sebuah ideologi sungguh rinci mengatur segala permasalahan dalam seluruh perkara kehidupan, begitupun dalam perkara menjaga dan melindungi generasi dari kerusakan akibat paham-paham menyesatkan di luar Islam. Di dalam Islam, anak adalah amanah yang Allah Swt berikan kepada pasangan suami istri. Orang tua memiliki kewajiban untuk menjaga dan mendidiknya dengan benar, tentu dengan standar Islam, yaitu aturan yang lahir dari pencipta manusia. Bukan dengan standar sekularisme yang justru menimbulkan kerusakan.
Penjagaan generasi membutuhkan dukungan semua pihak, tidak hanya keluarga, kontrol masyarakat, tetapi juga dibutuhkan peran negara. Negara di dalam Islam yang kita sebut dengan Khilafah Islamiyah memiliki beberapa cara dalam menjaga generasi, di antaranya;
Pertama, khilafah Islam akan menerapkan sistem pendidikan Islam. Selain mendapatkan pendidikan di dalam keluarga, pengondisian penjagaan generasi pun dilakukan pada lembaga pendidikan. Dengan diterapkannya sistem pendidikan Islam, maka lembaga pendidikan dalam sistem Islam bertujuan untuk membentuk generasi yang bertakwa dan berkepribadian Islam. Sehingga akan melahirkan generasi yang menjadikan keimanan sebagai pondasi dalam mengarungi kehidupan.
Dalam jenjang pendidikan tinggi, peserta didik diberikan pengajaran terkait permikiran asing yang bertentangan dengan Islam, seperti; paham sekularisme, liberalisme, hedonisme, pluralisme dan lain sebagainya, tujuannya sebatas untuk diketahui kekeliruannya, bukan untuk diyakini dan diamalkan.
Kedua, diterapkannya sistem ekonomi Islam. Dengan diterapkannya sistem ekonomi Islam, maka negara Khilafah akan mengelola Sumber Daya Alam (SDA) dengan baik dan hasilnya untuk kesejahteraan rakyat. Sehingga negara pun mampu memberikan pendidikan yang berkualitas dan gratis bagi seluruh warga negaranya. Dan dengan diterapkannya sistem ekonomi Islam, negara juga mampu menjamin para ayah sebagai penanggung jawab nafkah mendapatkan pekerjaan yang layak dan mencukupi kebutuhan keluarga, sehingga para istri tidak dituntut untuk ikut mencari nafkah dan dapat fokus dalam pendidikan anak di ranah keluarga.
Ketiga, khilafah Islam menerapkan sistem pergaulan Islam. Dengan diterapkannya sistem pergaulan Islam tujuannya adalah untuk membentengi generasi muslim dari perbuatan maksiat, seperti; pergaulan bebas, tindak kekerasan, mengumbar aurat, dan meniadakan makanan serta minuman yang dapat merusak akal dan fisik.
Keempat, negara akan mengontrol media massa. Tidak akan dibiarkan media massa menayangkan tayangan-tayangan yang berisi konten pornografi atau yang merusak akhlak. Seluruh tayangan media massa dalam Khilafah Islam hanya akan menayangkan tayangan-tayangan yang mencerdaskan dan sarat dengan tsaqofah Islam.
Kelima, negara akan memberlakukan sanksi bagi warga negara Khilafah yang melanggar aturan-aturan Islam, sehingga seluruh aturan Islam dapat berjalan dengan sempurna.
Begitulah sistem Islam melindungi generasi dari paham yang merusak dengan cara yang komprehensif. Tidak hanya mengondisikan generasi penerus sejak dini, tetapi orang tua juga dikondisikan untuk menjadi orang tua yang amanah dalam menjaga dan mendidik anak-anaknya dengan pemahaman-pemahaman Islam. Negara pun bertanggung jawab penuh dalam melindungi generasi. Dan semua itu dapat diwujudkan ketika umat Islam hidup di dalam habitatnya, yaitu hidup di dalam naungan Khilafah Islamiyah . Waallahu’alam bi showwab[]
Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]