Sistem Islam mampu mewujudkan generasi emas serta mengembalikan peran generasi muda sebagai karakter aslinya, yakni sebagai pencetus perubahan.
Oleh. Harne Tsabbita
(Kontributor NarasiPost.Com dan Aktivis Muslimah Solok)
NarasiPost.Com-Baru saja berakhir pelaksanaan malam puncak ajang pemilihan duta GenRe (Generasi Berencana) di Solok, tepatnya 25 Mei 2024 lalu. Ajang pemilihan ini disambut langsung oleh Wakil Wali Kota Solok, Ramadhani Kirana Putra. Begitu pun hadir menyaksikan Kepala Perwakilan BKKBN Provinsi Sumbar (Fatmawati), Kapolres Solok Kota (Ahmad Fadhilan), Ketua Gabungan Organisasi Wanita (Dona Ramadhani), unsur Ketua Bundo Kanduang Kota Solok, Ketua Lembaga Kebudayaan Nasional (LKN), Pimpinan Bank Nagari, Kepala Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Lingkup Pemko Solok, Para Tokoh Masyarakat, Serta Perwakilan SMA dan Universitas Se-Kota Solok. (Rakyatterkini.com, 27/05/2024)
Tak hanya di Solok, ajang pemilihan serupa telah lebih dulu dilaksanakan seperti di Padang, Bukittinggi, Padang Panjang, Tanah Datar, Pesisir Selatan, dan selanjutnya di Solok Selatan akan dimulai pada 6-7 Juni mendatang. Dalam ajang ini sebelumnya para finalis menjalani masa karantina terlebih dahulu. Adapun selama di karantina, para finalis mendapatkan bekal untuk menambah wawasan tentang stunting, public speaking, seks bebas, pernikahan dini, kesehatan reproduksi, dan banyak lagi yang berkaitan dengan perencanaan masa depan untuk remaja.
Duta GenRe merupakan brand ambasador bagi remaja. Untuk itu, duta GenRe adalah perwujudan remaja dan pemuda yang memiliki pengetahuan, bersikap, dan berperilaku sebagai kalangan remaja dalam rangka menyiapkan perencanaan yang matang dalam kehidupan berkeluarga. Sebab itu, usia duta GenRe ini berkisar 15-22 tahun. Diharapkan dapat menjadi salah satu upaya dari BKKBN untuk menyiapkan kehidupan keluarga bagi remaja. Dengan demikian, mereka mampu melangsungkan hidup yang terencana baik itu pendidikan, pekerjaan, serta perencanaan untuk berkeluarga.
Duta GenRe memiliki prinsip menghindari Triad KRR (Kesehatan Reproduksi Remaja), yakni tiga resiko yang dihadapi remaja berupa seksualitas, HIV/AIDS, napza. Dengan demikian duta GenRe sudah pasti harus jauh dari aktivitas pernikahan dini, napza dan seks bebas. Sebab duta GenRe ini menjadi contoh, model, idola, dan sumber informasi bagi teman sebayanya tentang perencanaan kehidupan berkeluarga guna mewujudkan "keluarga kecil bahagia sejahtera".
Adapun terpilihnya duta GenRe ini nantinya akan mendapatkan tugas menyosialisasikan berbagai program yang digagas oleh pemerintah melalui Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana (BKKBN). Setiap finalis duta GenRe hampir rata-rata berasal dari keanggotaan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK-R) di sekolah ataupun kampus.
Racun bagi Generasi
Keberadaan duta GenRe sejalan dengan agenda dan visi misi kaum feminis. Selain kesetaraan gender yang menjadi jargon, juga dalam rangka menyerang syariat Islam di kalangan remaja melalui konsep pernikahan dini. Pernikahan dini dianggap sebagai salah satu faktor penyebab tidak terpenuhinya hak-hak dasar anak, naiknya angka kemiskinan, angka anak putus sekolah, stunting, dan perceraian di kalangan usia remaja.
Padahal pernikahan dini yang terjadi hari ini bukan semata karena ingin melaksanakan syariat Islam itu sendiri, melainkan akibat salah pergaulan. Banyak di antara mereka yang sudah hamil lebih dahulu, sehingga untuk menutupinya mereka pun melangsungkan pernikahan, atau bahkan karena orang tua yang kesulitan membiayai pendidikan dan kehidupan anaknya, tidak sedikit orang tua yang menikahkan anak-anaknya.
Begitu pula terkait dengan kemiskinan, angka putus sekolah, dan stunting yang terjadi hari ini. Bukan akibat dari adanya pernikahan dini. Melainkan karena negara yang abai dalam memenuhi kebutuhan pokok bagi rakyatnya. Kekayaan alam yang melimpah sebagai anugerah dari Allah untuk negara ini justru diserahkan kepada asing, sementara rakyatnya dibiarkan tergopoh menopang beban berat kehidupan. Bahkan tak jarang mendapatkan ampas dan limbah industri para konglomerat asing tersebut. Bukankah hal ini yang tidak ingin dikatakan dengan jujur oleh pemerintah?
Sebab jika saja pemerintah mau jujur mengakui, harusnya penyebab nikah dini ini yang harus diselesaikan. Bukan malah menuduh syariat Islam yang tidak menjaga hak-hak dasar anak. Harusnya negara juga memudahkan masyarakat untuk mendapatkan lapangan pekerjaan, menurunkan harga kebutuhan pokok dan memberikan pembinaan kepada masyarakat dengan baik agar siap mengarungi kehidupan berkeluarga termasuk menjadi orang tua yang baik untuk anak-anak. Sehingga setiap keluarga paham akan konsekuensi dan tanggung jawab dalam pernikahan.
Jelaslah, program gerakan generasi berencana (GenRe) seperti ini hanya akan menjadi racun mematikan bagi generasi muda hari ini. Sebab program-program yang ditawarkan justru semakin mengarahkan generasi untuk hidup liberal sebagaimana kehidupan ala Barat. Jauh dari kehidupan Islam dan tidak tertanam rasa takut saat meninggalkan aturan Tuhannya.
Ajang seperti ini justru tidak mengembalikan peran generasi muda itu sendiri yakni sebagai agent of change. Generasi muda yang berani berpikir kritis, selalu terdepan menyuarakan kebenaran dan siap menentang kezaliman. Justru kehadiran ajang seperti ini akan melumpuhkan karakter sejati generasi Islam tapi mereka menganggap telah berperan besar untuk kemajuan bangsa. Inilah racun yang sangat mematikan.
Arahan PBB
Selain itu, terdapat arahan dari organisasi pendidikan, ilmu pengetahuan dan kebudayaan PBB yang mewajibkan setiap negara untuk menerapkan pendidikan seks secara komprehensif sebagaimana rekomendasi dari Global Education Monitoring (GEM), UNESCO. Hal ini bertujuan agar generasi muda bisa membuat pilihan yang bertanggung jawab dan memperoleh pengetahuan dan keterampilan ilmiah.
Tak heran jika pendidikan seksual yang diajarkan kepada para remaja ini mengikuti pendidikan ala Barat yang jauh dari nilai-nilai Islam. Pembinaan kespro (kesehatan reproduksi) yang ditanamkan kepada remaja termasuk dalam ajang duta GenRe ini justru semakin meliberalisasikan kehidupan mereka. Sebab remaja justru diajak untuk memahami masa pubertas secara vulgar mulai dari fisik, mental, dan libidonya. Bahkan jika pun terjadi aktivitas seksual dilakukan secara bertanggung jawab, tetap "aman" dan "sehat". Ujung-ujungnya berlaku seruan "setia pada pasangan, pakai kondom dan aborsi aman".
Program Tambal Sulam Sistem Kapitalisme
Tidak dimungkiri, kompleksnya permasalahan yang dihadapi remaja hari ini akibat dari penerapan sistem kapitalisme di negeri ini. Sistem kapitalisme yang lahir dari sekularisme menjadikan hidup serba bebas. Tidak ada aturan Sang Pencipta yang harus diikuti melainkan hanya bersifat ritual semata.
Sistem kapitalisme telah menggerus kekuatan akidah pada diri kaum muslim. Kehidupan umat Islam pun semakin hari semakin jauh dari penerapan hukum-hukum Islam. Para orang tua kehilangan peran dalam mendidik anak-anak, sementara negara tidak menjadi pengurus umat yang baik.
Namun, jika negara tidak melakukan program apa pun untuk rakyatnya maka ini pun akan menjadi blunder di tengah masyarakat. Tuntutan rakyat akan bergema dan ini akan mempercepat tumbangnya sistem pemerintahan kapitalisme. Untuk itulah program ajang pemilihan duta GenRe ini pun penting dilakukan demi menjaga stabilitas politik kepentingan bagi sistem ini dan menjaga citra di hadapan masyarakat jika seolah negara telah melakukan upaya mengatasi permasalahan di kalangan remaja, khususnya.
Sungguh aneh, jika duta GenRe ini bertugas mengedukasi kalangan remaja untuk terhindar dari pergaulan bebas dan napza sementara negara justru menerapkan sistem yang mendukung semua kerusakan itu.
Generasi Muda Butuh Khilafah
Islam memiliki konsep yang jelas dan sempurna dalam mewujudkan kehidupan generasi menjadi lebih baik. Sepanjang sejarah peradaban Islam, telah diakui bahwa generasi Islam adalah generasi yang tangguh. Bahkan banyak di kalangan pelopor umat Islam berasal dari kalangan pemuda yang pemberani dan terdepan dalam memperjuangkan Islam.
https://narasipost.com/opini/06/2024/harap-harap-cemas-mengharap-generasi-emas/
Adapun pernikahan dini sebenarnya tidak dilarang dalam Islam, asalkan syarat sahnya pernikahan terpenuhi. Setiap pasangan yang menikah memahami konsekuensi dan tanggung jawab dari pernikahan. Sehingga setiap yang akan menikah paham betul bagaimana gambaran bangunan pernikahan itu. Bukan sekadar dorongan memenuhi kebutuhan biologis semata.
Namun, dengan sistem pendidikan Khilafah Islam yang agung, remaja akan disuasankan dengan giat belajar memahami sains dan teknologi sebagai bekal dalam kehidupan. Sehingga bukan berarti ketika Islam diterapkan remaja akan berbondong-bondong menikah dini, tetapi jika pun itu terjadi negara tidak akan melarang dan hal itu dilakukan karena ketaatan mereka pada syariat Islam.
Dalam pendidikan Islam juga akan dilahirkan anak didik yang bersyakhsiyah Islam. Sehingga tidak hanya cakap dalam ilmu dunia, melainkan juga paham akan ilmu akhirat. Sehingga bekal mereka dalam menjalani kehidupan di dunia dan akhirat akan terus disiapkan dengan baik.
Islam juga memiliki aturan terkait tata pergaulan antara laki-laki dan perempuan. Islam melarang berkhalwat, ikhtilat, mengumbar aurat, dan aktivitas sensasional di kalangan umum. Sebagaimana firman Allah ﷻ:
ولا تقربوا الزنى إنه كان فاحشة وساء سبيلا
“Dan janganlah kamu mendekati zina, itu sungguh suatu perbuatan keji, dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isra’: 32)
Dalam menafsirkan ayat ini, Al Hafizh ibnu Katsir mengatakan:
“Allah Ta’ala melarang hamba-hamba-Nya dari perbuatan zina dan perbuatan yang mendekatkan kepada zina, yaitu ber-ikhtilath (bercampur-baur) dengan sebab-sebabnya dan segala hal yang mendorong kepada zina tersebut.” (Umdatut Tafsir: 2/428)
Bahkan akan menerapkan sanksi tegas bagi individu yang melanggarnya. Sanksi yang diberikan akan mampu menimbulkan efek jera bagi pelaku dan sebagai pencegah bagi masyarakat yang menyaksikan hukuman tersebut.
Adapun terkait dengan pendidikan seks, hal ini bisa diajarkan terkait dengan konsep aurat dan menutup aurat dalam Islam, memahami fikih Islam berkaitan dengan masa prabalig dan ketika balig. Semua itu sudah tercakup dalam konsep jinsiyah (seksualitas) yang perlu dipahami oleh anak. Tidak perlu mengajarkan secara detail terkait aktivitas seksual yang justru membangkitkan naluri yang belum saatnya bahkan tidak pada tempatnya.
Inilah Islam, ideologi yang lahir dari Sang Pencipta manusia, Allah Swt. Inilah pula yang dibutuhkan generasi muda untuk menyongsong generasi emas. Islam yang akan mampu mengembalikan peran generasi muda sebagai karakter aslinya, yakni sebagai pencetus perubahan. Sekarang tinggal kita yang mau menyambutnya atau tidak.
Wallahu a'lam bi ash-shawab.[]