Hubungan ibu dan buah hati yang seharusnya hangat dan harmonis kini terenggut dan terkikis oleh sistem kapitalis, sungguh miris.
Oleh. Isty Da’iyah
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Ibu adalah pelindung bagi anak-anaknya, bahkan segalak-galaknya ibu harimau tidak akan mencelakakan anaknya sendiri, karena dia mempunyai naluri keibuan. Namun, akhir-akhir ini banyak ibu kehilangan naluri dan perangai lembutnya. Belum hilang dalam ingatan kita, beberapa kisah tragis seorang ibu yang tega menghabisi nyawa anaknya, kini muncul berita tentang seorang ibu yang tega mencabuli anaknya sendiri. Miris, seolah hati nurani sudah hilang dari dalam jiwa, akal seakan sudah tidak berfungsi dengan benar, padahal Allah menciptakan manusia dalam kesempurnaannya yakni diberi akal, namun akal tenggelam dalam bisikan nafsu sesat. Faktor materi dan ekonomi sering menjadi pemicu utama.
Sebagaimana dilansir dari Kompas.com, 8 Juni 2024, seorang ibu muda dari Tangerang yang berinisial R (22 th) nekat mencabuli dan merekonstruksi perbuatan asusila yang dilakukan terhadap anaknya yang masih balita. Saat ini R telah ditahan di Polda Metro Jaya untuk melakukan pemeriksaan. Sementara itu, korban kini diamankan di fasilitas Rumah Aman (RA) di bawah naungan UPTD PPA Tangerang Selatan.
Dalam penyelidikan lebih lanjut, Ibu R yang mencabuli anaknya tersebut mengemukakan alasannya. Yakni motif pelaku melakukan pencabulan terhadap anaknya karena ia tergiur oleh sejumlah uang, yang ditawarkan dari seseorang yang dikenalnya lewat media sosial, Facebook. (Kompas.com 3-6-2024).
Dampak Psikologis Anak
Kasus ini juga mendapat perhatian dari Dian Sasmita selaku Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI). Ia mengatakan keprihatinannya terhadap psikologi anak yang mendapat perlakuan pencabulan dari ibunya.
Ia menjelaskan bahwa perbuatan menyakiti anak atau pencabulan yang dilakukan oleh ibu menyebabkan psikis anak terganggu. Karena semua yang diserap oleh anak usia balita masuk tanpa filter sehingga semua data bisa masuk. Termasuk memori buruk yang melekat pada otak anak yang dapat berpengaruh pada tumbuh kembangnya. Hal ini menyebabkan ketika anak memasuki waktu remaja atau masa pubertas semua yang sudah masuk di kepala bisa bangkit kembali dan ini sangat berbahaya bagi mental remaja.
Oleh karena itu KPAI mendesak agar kasus ini segera ditangani dengan sungguh-sungguh karena menurut Dian Sasmita, berdasarkan konvensi hak anak pasal 39 negara diwajibkan mengambil langkah-langkah rehabilitatif untuk membantu anak yang menjadi korban pelecehan atau kekerasan seksual. Sehingga dalam hal ini diperlukan peran pemerintah. (Kompas.com 3-6-2024).
Sekularisme Kapitalis Mencabut Fitrah Ibu
Apa yang terjadi akhir-akhir ini memang di luar nalar atau jangkauan akal sehat manusia. Seorang ibu yang hatinya sangatlah lembut, ibu yang harusnya bisa merawat anaknya, namun nyatanya dalam sistem sekuler malah menjadikan anaknya korban atas nafsunya. Nurani dan akal sehatnya hilang entah ke mana, apa gerangan yang tengah terjadi hari ini?
Namun, inilah konsekuensi dari sebuah sistem sekularisme kapitalis. Sebuah sistem sekuler yang membuat ibu harus kehilangan fitrahnya. Mirisnya kasus ini (pencabulan) makin beragam. Dulu kasus pencabulan anak banyak dilakukan oleh orang luar rumah. Namun, kini justru ibu orang terdekat yang harusnya menjadi penjaga anaknya.
Cara pandang sekuler yang memandang agama bukan sebagai pengatur urusan kehidupan publik telah memengaruhi cara pandang masyarakat yang mayoritas muslim di negeri ini. Apalagi ide ini telah diharuskan secara sistemik baik melalui sistem pendidikan, media, hukum, dan lain sebagainya.
Pendidikan sekuler di negeri ini menyebabkan masyarakat jauh dari aturan agama sehingga tidak heran jika seorang ibu tega mencabuli anaknya karena iming-iming uang dan materi yang akan diterimanya. Media yang tidak Islami juga sangat berpotensi menjadikan segala sesuatu menjadi bebas tanpa batasan agama.
Hubungan ibu dan buah hati yang seharusnya hangat dan harmonis kini terenggut, terkikis, oleh sistem kapitalis, sungguh miris. Sungguh dahsyatnya sistem kapitalis sekuler merenggut kelembutan yang secara natural dimiliki oleh seorang wanita. Ibu yang seharusnya menjadi pelindung dan penjaga anak-anaknya dari segala kejahatan di luar justru menjadi sosok monster yang begitu mengerikan.
Memang benar berbagai solusi kekerasan dan kejahatan terhadap anak sudah ditempuh oleh negara. Salah satunya dengan adanya program Kota Layak Anak (KLA) yang dijadikan solusi untuk perlindungan anak nyatanya tidak bisa menyentuh agar masalah.
Faktor ekonomi yang kian mengimpit, mengharuskan setiap keluarga untuk banting tulang demi menghadapi keluarga tercinta. Tidak sedikit ibu yang harus menjadi tulang punggung keluarga. Perempuan dihadapkan pada situasi terberat, padahal tidak ada perempuan yang menginginkan hal tersebut. Namun, keadaan telah memaksa berbuat demikian. Peran perempuan pun sudah banyak yang tidak pada tempatnya. Kejamnya sistem sekuler kapitalisme mampu merebut pilar-pilar keimanan keluarga sebagai benteng terakhir pun terkena imbasnya. Bagai buah simalakama.
Diperparah dengan sistem pendidikan, media, dan sanksi yang tetap disandarkan pada sistem sekuler kapitalis membuat kekerasan seksual dalam sistem kapitalisme menjadi wabah yang menjijikkan dan sulit untuk dihilangkan.
Solusi Hakiki Permasalahan Ibu dan Buah Hati
Islam sejak 14 abad yang lalu telah menempatkan posisi perempuan dan buah hati di tempat yang terjaga. Seorang perempuan dalam Islam bertugas untuk menjadi ummun warobbatul bait yaitu menjadi istri sekaligus sebagai ibu bagi anak-anaknya, dan mengurus rumah tangga. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Muslim, Rasulullah bersabda yang artinya:
“Seorang wanita adalah pengurus rumah tangga suaminya dan anak-anaknya dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas kepengurusannya.”
Maka untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan peran negara. Karena fokusnya seorang ibu dalam menjalankan amanah harus ditunjang oleh sebuah sistem yang dijalankan yakni sistem Islam. Islam dengan seperangkat aturannya akan mengembalikan segala fungsi dan peran perempuan dengan benar, dan tepat. Termasuk fungsinya dalam keluarga ataupun fungsi dan peran-peran lainnya.
Sistem Islam memaksimalkan fungsi negara dalam meriayah rakyatnya. Termasuk dalam hal pengelolaan sumber daya alam sebagai bagian yang mendasar untuk keuangan negara. Karena ketika sumber daya alam dikelola dengan tepat dan benar, maka kemiskinan dapat diatasi. Ketika kesejahteraan rakyat sudah terjamin, maka dengan sendirinya fitrah seorang ibu akan kembali pada khitahnya. Yakni menjadi ummun warobatul bait, serta akan mendidik buah hati mereka dengan bingkai kasih sayang. Sehingga tercipta generasi yang akan mengukir sebuah peradaban mulia.
Langkah Praktis Perlindungan Anak
Negara Islam dalam bingkai Khilafah juga akan memberikan tanggung jawab dalam mewujudkan perlindungan buah hati melalui langkah-langkah sebagai berikut:
Pertama, penerapan sistem ekonomi Islam. Karena nyatanya beberapa kasus kekerasan anak terjadi karena fungsi utama negara sebagai pelayan umat tidak berjalan. Tekanan ekonomi memaksa ibu untuk bekerja meninggalkan anak. Sehingga Islam mewajibkan menyediakan lapangan kerja yang cukup dan layak agar para kepala keluarga dapat bekerja dan mampu menafkahi keluarganya. Krisis ekonomi yang menimbulkan terjadinya kekerasan anak oleh orang tua yang stres bisa dihindari. Perempuan akan fokus pada fungsinya karena tidak dibebani untuk menjadi tulang punggung keluarga atau pencari nafkah.
Kedua, negara wajib menetapkan kurikulum pendidikan berdasarkan akidah Islam, yang akan melahirkan individu bertakwa. Individu yang mampu melaksanakan seluruh kewajiban yang diberikan Allah dan terjaga dari kemaksiatan yang dilarang Allah.
Hasil pendidikan ini, akan menghasilkan orang tua yang siap untuk menjalankan amanahnya di masyarakat. Sehingga bisa mendidik anaknya serta mengantarkannya mereka ke gerbang kedewasaan.
Ketiga, pengaturan media massa. Berita dan Informasi yang disampaikan hanya berisi konten yang membina ketakwaan dan menumbuhkan ketaatan. Sebaliknya pemerintah akan melarang keras konten yang mendorong pelanggaran terhadap hukum dan syariat Islam.
Keempat, sistem sanksi yang tegas. Negara akan menjatuhkan hukuman tegas sesuai syariat Islam. Termasuk orang-orang yang melakukan kejahatan terhadap anak, termasuk pencabulan dan pelecehan seksual.
Demikianlah dengan aturan Islam tersebut, maka negara akan mengurus masyarakat secara proporsional dengan bersumber kepada kitabullah dan As-Sunah. Syariat Islam akan ditegakkan secara kaffah. Sehingga kesejahteraan bisa dirasakan oleh seluruh lapisan masyarakat. Sudah saatnya Islam diterapkan untuk mengganti sistem kapitalisme sekuler yang sudah terbukti rusak dan merusak. Sehingga ketika Islam diterapkan maka Allah akan memberikan keberkahan dari langit dan di bumi.
Seperti yang telah Allah Swt. janjikan dalam surah Al-A'raf ayat 96 yang artinya:
"Dan sekiranya penduduk negeri beriman, dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan ayat-ayat kami, maka kami siksa mereka sesuai dengan apa yang telah mereka kerjakan."
Wallahu a'lam bishawaab. []
Keberadaan media ibarat mata pisau bermata dua. Di satu sisi menjadi jalan kejahatan utk memeras orang lain di tengah keterpurukannya. Bagi ibu yg rapuh imannya jadilah seperti kejadian itu. Prihatin.
Astaghfirullah miris melihat kenyataan di dunia sekularisme kapitalisme. Dunia yang penuh dengan tantangan yang berat dan sarat penderitaan. Ditambah lagi kehidupan yang melarat semua menambah derita yang berat.
Semoga naskah inuampy menggugah hati dan bersegera back to penerapan sistem Islam secara sempurna.
Keren mba Isty selalu terdepan dan terus membara dalam berkarya
Aamiin ya Rabbal'alamin