Ibu Cabuli Anak Kian Marak, Kenapa?

Ibu Cabuli anak

Sangat miris, seorang ibu yang memiliki fitrah kasih sayang, mendidik dan mengasuh anaknya, malah menjerumuskan anak yang dicintainya kepada kehancuran

Oleh. Rini Fajri Yanti
(Kontributor NarasiPost.Com & Aktivis Muslimah)

NarasiPost.Com-Ibu yang seharusnya menjaga dan mendidik anaknya dengan baik dan penuh kasih sayang, serta menjauhkannya dari keburukan dan kejahatan, kini seperti keluar dari fitrah tersebut. Bagaimana mungkin seorang Ibu dengan sadar berlaku keji merusak anaknya dengan berbuat asusila?

Dua orang ibu muda ditangkap oleh Polda Metro Jaya karena kasus pelecehan seksual terhadap anak. Mereka adalah AK(26) dan R(22). Awalnya, R(22) di Tangerang Selatan, Banten, dilaporkan melecehkan anak kandungnya sendiri yang berusia 4 tahun. Kejadian serupa kembali terjadi. Kali ini, polisi menangkap ibu inisial AK (26), yang tega mencabuli putra kandungnya yang masih berusia 10 tahun di Kabupaten Bekasi, Jawa Barat (Detiknews.com, 09-06-24).

Karena faktor ekonomi, dua orang ibu muda ini tergiur iming-iming akan diberikan sejumlah uang oleh akun Facebook berinisial IS. IS menyuruh pelaku melakukan pelecehan seksual kepada anaknya dan merekamnya dalam bentuk video. Ia mengiming-imingi (pelaku) akan diberikan uang Rp15 juta. Namun, setelah semua permintaan IS dilakukan, uang tersebut sama sekali tidak mereka dapatkan. Mereka ditipu oleh akun IS tersebut. Kini dua ibu muda tersebut menjadi tersangka, dan KPAI meminta polisi menangkap pemilik akun Facebook itu. Dia menduga ada korban lain selain dua ibu tersebut (Detiknews, 09-06-24).

Korban yang merupakan anak kandung mereka tentu mengalami kondisi yang sangat buruk. Kejadian ini akan berpotensi besar menghancurkan masa depan mereka, apalagi dilakukan oleh ibu kandung sendiri. Psikolog anak Novita Tandry mengatakan, ada bahaya laten yang mengancam korban pencabulan oleh ibu kandung berinisial R (22) meski saat ini tidak ada indikasi trauma pada bocah lima tahun tersebut (Kompas, 08-06-24).

Faktor Pendidikan dan Ekonomi

Kasus pelecehan seksual terhadap anak semakin bertambah. KemenPPPA menyebutkan ada 8.838 kasus kekerasan seksual terhadap anak di tahun 2023. Pelakunya bukan hanya orang lain, atau ayah kandung, tetapi kini kejahatan itu dilakukan oleh ibu kandung sendiri. Sangat miris, seorang ibu yang memiliki fitrah kasih sayang, perhatian, penjagaan, mendidik dan mengasuh anaknya, malah menjerumuskan anak yang dicintainya kepada kehancuran. Fitrah itu seolah hilang, akibat cara berpikir yang keliru tentang kehidupan dan kesulitan ekonomi yang saat ini sangat sulit dihindari.

Hari ini begitu banyak orang tua terkhusus ibu yang tidak paham akan peran dan tanggung jawabnya sebagai ibu bagi anak-anaknya. Banyak ibu yang menganiaya, melakukan kekerasan fisik, bahkan kekerasan seksual kepada anaknya. Hal ini menunjukkan gagalnya sistem pendidikan dalam mencetak individu yang siap menjalani peran hakikinya dalam kehidupan. Nyatanya memang demikian, sistem pendidikan saat ini hanya fokus kepada pencapaian materi dan skill yang dibutuhkan dunia kerja. Sama sekali tidak menyiapkan generasi, baik laki-laki dan perempuan yang ke depannya akan menjalani peran sebagai orang tua. Bahkan hingga ke tingkat perguruan tinggi pun tidak ada pembelajaran tentang itu.

Padahal ilmu terkait pernikahan dan menjadi orang tua ini sangat penting, yang seharusnya dibekali kepada generasi agar mereka nantinya siap menjalani aktivitas dan perannya setelah menikah. Minimnya ilmu tersebut menjadi salah satu penyebab banyaknya permasalahan dan kriminalitas suami istri dan orang tua kepada anaknya. Wajar saat ini banyak penyediaan ilmu pasutri (pasangan suami istri) dan parenting (menjadi orang tua) oleh lembaga atau praktisi yang perduli dengan kondisi ini. Semestinya ini menjadi kewajiban negara dalam memenuhi kebutuhan pendidikan generasinya.

Selain itu, kesulitan ekonomi semakin besar. Karena tingginya biaya hidup, dan semua kebutuhan dibebankan kepada setiap rakyat, baik itu bahan pokok, kebutuhan anak, biaya kesehatan, pendidikan, dan lain lain. Sedangkan gaji pekerja hari ini jauh dari mencukupi terpenuhinya itu semua, apalagi jika kerjanya hanya serabutan atau buruh biasa. Sehingga kondisi ini membuat orang mudah terjerat dalam kemaksiatan karena tergoda untuk mendapatkan sejumlah uang. Hal ini menunjukkan bahwa negara lemah dalam mewujudkan kesejahteraan bagi rakyatnya. Kesejahteraan bagi setiap individu rakyat seperti mimpi dalam kehidupan saat ini. Beginilah buah dari penerapan sistem ekonomi yang liberal. Semua ini berakar pada sekulerisasi kehidupan baik individu hingga negara.

Butuh Sistem Islam

Berbeda dengan sistem Islam. Tujuan pendidikan dalam Islam adalah mencetak individu berkepribadian Islam, dan ahli dalam ilmu untuk kemajuan kehidupan, bukan mencetak pekerja. Dasar pendidikannya adalah akidah Islam. Sehingga pendidikan berfungsi untuk mengokohkan akidah seorang muslim, menanamkan pemahaman Islam serta syariat-syariatnya untuk diterapkan dalam kehidupan. Syariat Islam mengatur tentang mendidik dan mengasuh anak baik dalam Al-Qur'an dan hadis Rasulullah saw. Pendidikan seperti ini difasilitasi oleh negara, terbuka seluas-luasnya untuk setiap individu rakyat. Pendidikan di tingkat keluarga juga berdasarkan pada tujuan dan dasar tersebut.

Ketika seorang muslimah memiliki iman yang kokoh untuk taat kepada perintah dan larangan Allah Swt., serta paham amanahnya sebagai ibu, maka ia akan menjalankan perannya dengan benar sesuai fitrah keibuannya. Karena ibu adalah pemimpin dalam rumah suaminya, memiliki kewajiban mengurus rumah dan anak-anaknya sesuai syariat Islam, dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat. Sebagaimana yang disampaikan Rasulullah saw. dalam hadisnya,

“Dan seorang istri adalah pemimpin di rumah suaminya dan bertanggung jawab atas kepemimpinannya.” (HR. Al-Bukhari)

https://narasipost.com/opini/06/2024/ibu-cabuli-anak-tercerabutnya-fitrah-kasih-sayang/

Kesejahteraan setiap keluarga juga sangat diperhatikan dalam sistem ekonomi Islam. Karena dalam sistem ini, pemenuhan kebutuhan rakyat setiap individu wajib dijamin oleh negara, bahkan hingga kebutuhan sekundernya. Karena negara adalah pengurus rakyat sebagaimana sabda Rasulullah saw.,

"Imam (pemimpin) itu Pengurus rakyat dan akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dia urus." (HR. Al-Bukhari dan Ahmad)

Posisi negara dalam Islam adalah sebagai pengurus bukan regulator antara rakyat dengan pengusaha. Sehingga sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan lain-lain akan dipenuhi oleh negara dengan mudah bahkan gratis. Seperti pendidikan dan kesehatan langsung disediakan oleh negara pelayanannya di setiap wilayah baik desa maupun kota secara gratis. Sehingga setiap individu rakyat bisa mendapatkannya dengan mudah, tidak perlu biaya mahal yang menyulitkan. Untuk sandang, pangan, dan papan diberikan kepada setiap individu secara tidak langsung, dengan menyediakan lapangan pekerjaan yang cukup untuk rakyat, memastikan produksi mencukupi kebutuhan rakyat, dan pendistribusian yang merata sampai kepada setiap individu. Dan semua itu dengan harga yang rendah bahkan gratis.

Kondisi kehidupan seperti di atas hanya bisa terwujud jika sebuah negara menerapkan sistem Islam, bukan sistem kapitalisne sekuler seperti sekarang ini. Karena dasar kedua sistem ini sangat jauh berbeda. Untuk itu perlu adanya perubahan yang sistemik agar permasalahan ini dapat teratasi.
Wallahu a'lam bishawab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Celiac Disease, Pemicu Sindrom Usus Bocor dan Autoimun
Next
Waspada Ancaman Hipertensi terhadap Anak
1 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram