Kontroversi Wisuda Sekolah? Begini Pendidikan Islam Memandangnya

"Negara Islam akan memberikan pengakuan berupa “Sertifikat Keterampilan” sesuai spesialisasi yang dimiliki setelah siswa menyelesaikan pendidikannya. Sementara apabila siswa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dan mampu menyelesaikan studinya, ia akan diberikan pengakuan berupa “Ijazah dan Kepakaran Utama”."

Oleh. Heni Rohmawati, S.E.I.
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Jika zaman dahulu wisuda hanya digelar pada saat kelulusan pendidikan strata 1 atau S-1, kini tak lagi. Karena saat ini, sejak pendidikan taman kanak-kanak atau TK, SD, SMP hingga SMA semua lulusan merayakannya dengan seremoni wisuda. Bahkan tren ini makin kekinian, makin glamor.

Seperti halnya yang terjadi di Yogyakarta, wali murid banyak yang berteriak dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk seremoni wisuda yang dibayar pada awal pendaftaran. Dilansir dari CNN Indonesia pada Sabtu (17/6/2023), banyak orang tua yang merasa keberatan dengan penyelenggaraan wisuda di sekolah tempat anak-anak mereka bersekolah dan itu wajib diikuti.

Erfan salah satu wali murid yang mengaku terbebani dengan biaya wisuda yang sudah disatukan dengan biaya awal masuk ajaran baru. Selain itu, beban biaya buku alumni, termasuk study tour yang totalnya mencapai Rp1,6 juta. Selain itu, Erfan juga menyampaikan protes kepada pihak sekolah, terkait gedung yang akan digunakan untuk wisuda yaitu hotel bintang empat. Termasuk study tour yang dijadwalkan 2 kali dalam setahun.

Sekolah favorit di Gunung Kidul memang sekolah swasta. Tapi bagi Erfan, wisuda tidak esensial. Sejak protes yang ia layangkan bersama wali murid lainnya, ia pun memutuskan untuk memindahkan anaknya ke sekolah lain yang lebih terjangkau biayanya.

Sementara itu, Forum Pemantau Independen (Forpri) Yogyakarta juga Ombudsman Republik Indonesia (ORI) DIY, menerima banyak laporan orang tua yang menyampaikan keberatannya akan biaya wisuda yang ditanggungnya. Budhi Masturi selaku kepala ORI DIY, menyampaikan hasil pantauannya. Memang sejak tahun-tahun terakhir ini, acara wisuda dihelat dengan mewah di daerahnya. Ia berujar, “Saat ini tamat SMA, SMP, SD sampai TK wisudanya tidak kalah meriah dengan kuliah.”

Wisuda Berbagai Jenjang, Perlukah?

Kontroversi seputar wisuda di jenjang sekolah kini kian mencuat. Pasalnya, memang tren inilah yang banyak terjadi di berbagai tempat dengan perhelatan yang makin meriah bahkan mewah. Tren yang berkembang sejak tahun 2020-an ini terus berkembang. Namun belakangan tak semua pihak orang tua menyetujuinya, tersebab besarnya biaya yang harus dikeluarkan.

Sebagian pihak yang setuju menyampaikan bahwa wisuda adalah pembuktian selesainya belajar dalam jenjang pendidikan tertentu. Juga sebagai bentuk apresiasi yang diberikan kepada siswa yang telah mencapai target tertentu yang telah ditetapkan oleh pihak sekolah. Sementara itu, ada juga yang menyatakan bahwa wisuda di jenjang sekolah akan memberikan kesan dan pengalaman berharga semasa sekolah.

Adapun pihak yang kontra, jelas karena faktor biaya yang tidak sedikit. Bahkan ada orang tua yang sampai mencarikan dana wisuda dengan berutang ke sana kemari. Bahkan raport sang anak akan ditahan, jika orang tua menolak anaknya diikutkan acara wisuda.

Sungguh bisa dimengerti, di saat kondisi ekonomi yang makin sulit, banyak orang tua murid merasa terbebani dengan adanya kebijakan ini. Karena saat anaknya lulus dari satu jenjang pendidikan, nantinya orang tua akan menyiapkan dana yang lebih besar lagi untuk mendaftarkan sekolah ke jenjang berikutnya.

Wisuda Mewah, Pengaruh Hedonisme?

Kita mengetahui hari ini adalah hari-hari di mana semua ingin show off berbagai pencapaian. Apakah jenjang karier, bisnis, maupun pendidikan. Di dunia yang serba digital saat ini, rasanya tidak sulit untuk membuat diri dikenal dan populer. Mem-blow up suatu acara, juga bukan hal yang sukar dilakukan. Dunia pendidikan dengan banyak sisinya tak mengapa menyampaikan suatu pencapaian dan penghormatan kepada para siswanya, akan tetapi hal ini harus dilaksanakan dengan bijak dan tak memberatkan berbagai pihak.

Sifat latah juga tidak perlu diikuti oleh para pemangku kebijakan sekolah. Jangan sampai mudah terpengaruh tren pihak lain dalam menunjukkan eksistensi sekolah tertentu. Sehingga bisa bijak dalam memilih kebijakan yang akan dilaksanakan di sekolahnya.

Wisuda sekolah dengan segala ragamnya jangan sampai dilaksanakan pihak sekolah tanpa mempertimbangkan pihak lain yang kurang mampu bahkan berat untuk mengikutinya. Jangan sampai sikap euforia perhelatan wisuda menyisakan tangis dan pilu di antara siswa yang walinya tak sanggup membiayai itu semua. Haruskah seorang siswa tak bisa lanjut sekolah bahkan harus pindah sekolah dengan alasan wali murid tak mampu membayar biaya wisuda?

Rasanya tak laik jika ada sekolah yang bertindak demikian. Karena tujuan pendidikan sekolah adalah pembentukan kepribadian yang beriman, bertakwa dan berilmu. Jauh dari gaya hidup materialisme maupun hedonisme. Namun, membentuk jiwa yang memiliki integritas tinggi dan siap melanjutkan kepemimpinan di masa yang akan datang.

Output Pendidikan Hari Ini

Di saat banyak sekolah tengah bermegah-megah dalam menghelat seremoni wisuda, mari kita berkaca pada output riil pendidikan di Indonesia hari ini. Percayakah kita, bahwa pencapaian prestasi para siswa Indonesia terkategori paling rendah di Asia Tenggara? Fakta ini sesuai data yang disampaikan oleh Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (Organization for Economic Cooperation and Development/OECD) pada tahun 2022 lalu.

OECD menilai kecerdasan pelajar dari berbagai negara dengan tes PISA. Tes ini meliputi pelajaran matematika, sains, dan membaca. Tes ini diujikan setiap tiga tahun sekali kepada pelajar yang berusia 15 tahun di 79 negara..Pada tahun 2018, hasil PISA menunjukkan kualitas pelajar Indonesia berada di urutan 10 negara terendah. Hasil ini menggambarkan adanya masalah pada kualitas (output) pendidikan. Hasil ini juga menunjukkan pengaruh faktor lain yang melingkupinya. Yaitu guru yang kurang berkualitas, gaji guru yang sangat rendah, dan guru yang tidak memberikan respons aktif kepada para siswanya. Tentu kurikulum serta aspek filosofisnya tak lepas dari corak pendidikan yang terjadi hari ini.

Hal di atas dipandang dari aspek filosofis, kurikulum, Kegiatan Belajar dan Mengajar (KBM), dan manajemen sekolah. Belum lagi bila diungkap lebih mendalam, kepribadian anak didik yang masih sangat jauh aspek moralnya bahkan tidak sedikit dari mereka yang sudah menjadi pelaku kriminal di bawah umur. Kejahatan yang mereka lakukan setara dengan kejahatan orang dewasa. Hingga kini hukum untuk mereka masih dilema. Apakah hukum akan menjatuhkan hukuman berat seperti orang dewasa atau justru mereka dilindungi dengan alasan masih di bawah umur.

Lagi-lagi, ketimbang banyak dana digunakan untuk prosesi wisuda, alangkah baiknya apabila dana yang demikian besar itu digunakan untuk memperbaiki kualitas generasi yang butuh penanganan pasti.

Apresiasi Islam untuk Pelajar

Islam adalah agama yang mengajarkan segala sesuatunya dengan sangat sempurna dan menyeluruh. Tujuan pendidikan dalam Islam adalah untuk membentuk kepribadian Islam baik dalam pola pikirnya, maupun pola sikapnya. Oleh karenanya, akidah Islam senantiasa dijadikan sebagai asas dalam setiap materi pengajarannya. Apakah materi inti, sains (ilmiah) yang mencakup kimia, astronomi, biologi, matematika, dan ilmu terapan lainnya.

Begitu pula untuk pemahaman hukum syarak (syari’iyah), baik hukum yang terkait dengan perbuatan yang meliputi wajib, mandub, mubah, makruh, ataupun haram. Standar perbuatan, apakah halal dan juga haram. semua bersumber dari akidah Islam.

Mengutip pendapat dari Abu Yasin dalam buku Strategi Pendidikan Negara Khilafah, menjelaskan strategi pendidikan dalam Islam juga memiliki jenjang-jenjang pendidikan, yaitu jenjang sekolah ibtidaiah (jenjang pertama), jenjang mutawasitah (jenjang kedua), jenjang tsanawiyah (jenjang ketiga). Masing-masing jenjang ini memiliki standar keberhasilan tersendiri. Apabila para siswa telah selesai dari jenjang pendidikan ini, maka siswa tersebut bisa melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Negara Islam juga membuka sekolah kejuruan dengan spesialisasi tertentu. Ini adalah pilihan jika ada siswa yang tidak ingin melanjutkan kuliah. Tujuan utama disediakan sekolah kejuruan ini adalah untuk mempersiapkan keterampilan khusus yang tidak membutuhkan pendalaman ilmu seperti, pengrajin, menjahit, memasak, pandai besi, dan lain sebagainya.

Setelah siswa menyelesaikan pendidikan ini, maka negara akan memberikan pengakuan berupa “Sertifikat Keterampilan” sesuai spesialisasi yang dimiliki. Sementara apabila siswa melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi dan mampu menyelesaikan studinya, ia akan diberikan pengakuan berupa:

Pertama, bagi yang telah lulus pendidikan tinggi pada akademi profesi teknik, akan diberi pengakuan “Ijazah Pertama”, misalnya dalam bidang komputer atau komunikasi.

Kedua, bagi yang lulus pendidikan tinggi pada akademi fungsional, akan diberi pengakuan yang disebut “Ijazah Pertama” dalam bidang pendidikan, keperawatan, dan sebagainya.

Ketiga, bagi yang telah lulus pendidikan tinggi dengan mengikuti perkuliahan di salah satu jurusan universitas, akan diberikan yang disebut dengan “Ijazah kedua” yaitu gelar yang setara dengan sarjana (Bachelor/License (Lc)).

Keempat, bagi yang lulus tingkatan pertama pada pendidikan penelitian, akan diberi pengakuan dengan “Ijazah Kepakaran Utama” yaitu gelar yang setara dengan Magister.

Kelima, bagi yang lulus tingkat kedua pada pendidikan penelitian, akan diberi pengakuan yang disebut “Ijazah Kepakaran Kedua” yaitu gelar yang sekarang setara dengan doktor.

Demikianlah, bagaimana Islam memberikan pandangan yang jelas dan lugas kepada kaum muslimin untuk dijadikan sebagai panutan dan standar dalam dunia pendidikan. Dan ijazah yang diberikan adalah ijazah yang hanya bisa didapatkan oleh orang-orang yang telah mengikuti proses pendidikan penanaman kepribadian Islam yang mendalam. Dan orang-orang yang kelak diharapkan siap menjadi pemimpin dan memikirkan serta mampu menyelesaikan berbagai permasalahan keumatan sesuai syariat Islam mengajarkan. Tidak hanya ahli ilmu dunia, tetapi juga ilmu agama (akhirat).

Sebagaimana firman Allah Swt. dalam QS. Al-Baqarah ayat 30 yang artinya,

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, Sesungguhnya Aku akan menciptakan seorang khalifah di bumi."

Kata khalifah bermakna pemimpin yang mengatur bumi dengan syariat-Nya. Adapun larangan berlebih-lebihan, termaktub dalam ayat Al-A'raf ayat 31 yang artinya,

"Wahai bani Adam, kenakanlah pakaianmu yang indah pada setiap memasuki masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai yang berlebih-lebihan."

Dengan demikian, wisuda, jika direfleksikan dalam pendidikan Islam hanya akan diberikan seusai anak didik menyelesaikan pendidikannya di jenjang perguruan tinggi. Wallahu a’lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Heni Rohmawati S.E.I Kontributor NarasiPost.Com  
Previous
Bangkitlah Wahai Pemuda Palestina, Kalian Harus Merdeka!
Next
Kapitalisme Berantas Aksi TPPO, Yakin Bisa?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

4 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Sherly
Sherly
1 year ago

Ingin segera diterapkan sistem Islam, sehingga bisa tahu dan merasakan indahnya sistem pendidikan Islam yang menjamin pendidikan bagi seluruh warga negaranya. Serta melahirkan generasi ulama dan ilmuwan.

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Sebenarnya problem mendasar dari karut-marutnya pendidikan hari ini karena diterapkannya sistem kapitalisme dalam semua aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Tradisi wisuda (yg sangat memberatkan) hanyalah masalah cabang dari sistem pendidikan sekuler saat ini. Hal ini tentu tidak akan terjadi jika sistem pendidikan Islam diterapkan dalam naungan Khilafah.

Isty Da'iyah
Isty Da'iyah
1 year ago

Makin rindu dengan pendidikan dalam sistem Islam.

R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

MasyaAllah.. sungguh indah pendidikan dalam sistem Islam.. melahirkan generasi-generasi yang bertakwa..

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram