Kapitalisme Lahirkan 'Pabrik Hantu'

"Siapa yang menghidupkan tanah mati, maka akan memperoleh pahala darinya, dan apa yang dimakan binatang (burung atau binatang liar) dari tanaman itu, maka menjadi sedekah baginya. (HR. An-Nasa'i)"

Oleh. Neni Nurlaelasari
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Pabrik atau industri padat karya selama ini menjadi magnet bagi para pencari kerja untuk mengais pundi-pundi rupiah. Keberadaan pabrik menjadi tujuan utama para pencari kerja dari lulusan SMA, SMK, maupun di bawahnya. Namun, seiring sulitnya kondisi perekonomian, banyak industri padat karya yang memutuskan untuk memindahkan pabriknya ke tempat lain.

Terjadi pada pabrik-pabrik industri padat karya di Jakarta, yang eksodus ke daerah untuk mencari upah yang terjangkau. Seperti Kawasan Berikat Nusantara (KBN) yang sepi dari operasi pabrik, sehingga memunculkan fenomena 'pabrik hantu' di Jakarta (CNBCIndonesia.com, 26/05/2023)

Menjamurnya 'Pabrik Hantu' di Jakarta

Istilah 'pabrik hantu' disematkan pada pabrik yang sudah tidak beroperasi hingga terbengkalai begitu saja. Banyaknya pabrik yang menutup produksinya di wilayah Jakarta, dan beralih ke daerah di pengaruhi beberapa faktor, antara lain:

  1. Tingginya upah minimum Jakarta. Dengan melihat perbandingan upah di Jakarta dengan upah di luar daerah, seperti wilayah Jawa barat dan Jawa Tengah, maka upah satu pekerja di Jakarta setara dengan upah dua pekerja di daerah. Hal ini menjadi pertimbangan penting bagi para pemilik modal untuk melakukan eksodus ke luar daerah.
  2. Tingginya biaya hidup di Jakarta, mendorong para pekerja untuk menuntut kenaikan upah setiap tahunnya. Keadaan ini jelas dipandang memberatkan perusahaan.
  3. Sulitnya kondisi perekonomian global. Pasca Covid-19, banyak perusahaan yang belum bisa memulihkan kondisi perusahaannya. Selain itu, menurunnya permintaan produk di negara-negara tujuan ekspor sangat memengaruhi kondisi keuangan perusahaan. Imbasnya, perusahaan memilih menekan biaya upah pekerja yang dipandang sebagai beban produksi.

Sementara itu, fenomena 'pabrik hantu' menimbulkan beberapa dampak negatif. Disisi pekerja, dengan ditutupnya pabrik, maka badai PHK tak bisa dihindari. Hal ini berdampak pada tingginya angka pengangguran di wilayah tersebut. Di sisi lain, bangunan pabrik yg sangat luas dan terbengkalai menjadikan lahan tersebut tidak produktif. Mirisnya, masyarakat kecil justru kesulitan mendapatkan lahan, baik untuk tempat tinggal yang layak maupun untuk kegiatan produktif lainnya, karena mahalnya harga lahan di wilayah tersebut.

Ini terjadi tak lepas dari penerapan kapitalisme di negeri ini. Sistem yang mengejar keuntungan materi sebanyak-banyaknya, menjadikan para pemilik modal berbuat semaunya tanpa memikirkan dampak bagi pekerja dan lingkungan. Sementara regulasi yang ada, makin memanjakan para kapitalis seperti sistem kerja kontrak atau 'outsourcing,' serta adanya UU Cipta Kerja yang sangat merugikan pekerja dan membuat celah peluang PHK sepihak dan pengangguran terbuka.

Sementara, negara pun minim tindakan nyata untuk memanfaatkan bangunan pabrik yang terbengkalai. Maka tak heran jika fenomena 'pabrik hantu' menjamur akibat dari lemahnya regulasi serta sistem kapitalis yang diterapkan.

Islam Meminimalisasi Adanya 'Pabrik Hantu'

Berbeda dengan sistem kapitalis, yang memandang upah pekerja sebagai beban produksi, dalam sistem Islam upah pekerja adalah bentuk akad ijarah (bekerja). Penetapan upah minimum tidak berlaku dalam sistem Islam. Karena pekerja dibayar sesuai keahliannya dan sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak (pekerja dan pemberi kerja). Maka tidak ada perbandingan upah suatu wilayah dengan wilayah lainnya. Sehingga hal demikin dapat menutup celah terjadinya 'pabrik hantu'.

Sementara itu, negara dalam sistem Islam, bertanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan dasar rakyatnya. Seperti menyediakan kebutuhan pokok serta kebutuhan tempat tinggal dengan harga yang terjangkau. Pendidikan, kesehatan, serta pelayanan publik yang murah bahkan diberikan secara gratis oleh pemerintah. Sehingga rakyat tidak merasakan mahalnya biaya hidup, yang memicu para pekerja menuntut kenaikan upah seperti yang terjadi dalam sistem kapitalis.

Selain itu, dalam sistem Islam sektor industri tidak menjadi tumpuan dalam menciptakan lapangan pekerjaan. Karena negara hadir untuk menciptakan lapangan pekerjaan di berbagai sektor. Seperti pertanian, perkebunan, dan lainnya. Sehingga, rakyat bisa memilih pekerjaan yang sesuai dan tak dibayang-bayangi badai PHK.

Dalam hal pengaturan lahan, Islam pun mengatur bolehnya memanfaatkan lahan kosong yang terbengkalai, termasuk bangunan pabrik yang sudah tidak beroperasi. Seperti dalam hadis:

"Siapa saja yang menghidupkan tanah mati, maka tanah itu menjadi miliknya" (HR. Tirmidzi)

Juga dalam hadis :

"Siapa yang menghidupkan tanah mati, maka akan memperoleh pahala darinya, dan apa yang dimakan binatang (burung atau binatang liar) dari tanaman itu, maka menjadi sedekah baginya" (HR. An-Nasa'i)

Dengan pengaturan ini, maka fenomena 'pabrik hantu' tidak akan terjadi seperti dalam sistem kapitalis saat ini. Namun sempurnanya hukum Islam, tidak bisa diterapkan jika kita masih bertumpu pada sistem kapitalis. Maka sudah selayaknya kita menerapkan sistem Islam secara menyeluruh (kaffah) agar fenomena 'pabrik hantu' bisa diatasi.

Wallahu alam bish showab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Neni Nurlaelasari Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Prewed Rasa Pasutri
Next
Kisah Teladan Sa’ad dan Mush’ab
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
R. Bilhaq
R. Bilhaq
1 year ago

Lagi lagi kapitalisme penyebabnya.. memang, sistem bobrok ini melahirkan banyak permasalahan bagi umat..

Tya Ummu Zydane
Tya Ummu Zydane
1 year ago

Ma Syaa Allah
Tulisan apik yang sangat mencerahkan pemikiran.
Terimakasih
Di tunggu karya lainnya.

bubblemenu-circle

You cannot copy content of this page

linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram