Bioetanol Solusi Pertamina Mulai dari Nol

” Namun, penting untuk mempertimbangkan implikasi sosial, lingkungan, dan ekonomi secara holistik dalam pengembangan dan penggunaan Bioetanol karena hal ini akan menjadikan Pertamina seperti mulai lagi dari nol dengan produk barunya tersebut.”

Oleh. Maman El Hakiem
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Jika mendengar ungkapan "mulai dari nol" tentu langsung tertuju pada petugas Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) ketika akan melayani konsumennya. Petugas SPBU biasanya akan mengatakan, "mulai dari nol, ya!". Ungkapan tersebut sebenarnya untuk meyakinkan konsumen bahwa tidak terjadi kecurangan dalam satuan literan dan menegaskan bahwa Pertamina "Pasti Pas" sebagaimana slogannya selama ini.

Namun, ada hal yang menarik ketika tersiar kabar bahwa PT Pertamina (Persero) yang oleh masyarakat produknya dibeli secara tunai ternyata usahanya merugi. Dua BUMN yang sangat akrab dengan kebutuhan pokok rakyat, yaitu PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) dan PT Pertamina untuk tahun buku 2022 yang lalu saja memiliki utang hampir mencapai Rp500 triliun. (Bisnis.com, 9/4/2023)

Besarnya utang tersebut membuat PT Pertamina (Persero) berusaha melakukan berbagai upaya untuk menutupi kerugiannya. Mulai dari meminta pemerintah untuk mencabut subsidi BBM, karena menganggap subsidi membebani kinerja Pertamina untuk meraih keuntungan yang besar. Selain itu, Pertamina juga mencari terobosan menciptakan produk baru yang hemat ongkos produksi dan menjadi produk energi yang terbarukan.

Dengan alasan ini pula, tentunya perlu dicermati tentang rencana Pertamina untuk menjual bahan bakar minyak (BBM) jenis baru, yaitu Bioetanol . Meskipun masih uji coba pasar (market trial), namun ungkapan Direktur Utama Pertamina, Nicke Widyawati, perihal rencana peluncuran Bioetanol berdalih ketahanan energi yang diprediksi dapat meningkatkan jumlah produksi Bioetanol perlu kehati-hatian. Produksi Bioetanol nasional ditaksir akan meningkat dari 40 ribu kiloliter per 2022 menjadi 1,2 juta kiloliter pada 2030 nanti. Peningkatan tersebut tentunya menjadi potensi campuran BBM jenis minyak bensin.

Seperti diketahui, Bioetanol sendiri adalah BBM jenis baru, yaitu campuran Pertamax beroktan 92 dengan nabati etanol. Hal tersebut disampaikan Vice of President Corporate Communication, Fadjar Djoko Santoso, bahwa nantinya BBM Pertamax akan dicampur 5 persen dari nabati etanol. BBM jenis baru ini oleh Pertamina menyebutnya sebagai bahan bakar baru dengan nama E5 dan akan dibanderol dengan harga yang lebih mahal dari jenis Pertamax.

Alasan Memilih Bioetanol

Bahan bakar fosil seperti bensin dan diesel telah menjadi sumber energi utama untuk sektor transportasi selama lebih dari satu abad. Namun, meningkatnya kesadaran akan dampak negatif bahan bakar fosil terhadap lingkungan dan keterbatasan sumber daya minyak bumi telah mendorong pencarian alternatif yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan. Salah satu solusi yang menjanjikan adalah bahan bakar Bioetanol.

Bioetanol adalah jenis bahan bakar yang diproduksi melalui fermentasi bahan organik, terutama gula dan pati, oleh mikroorganisme seperti ragi. Proses produksi Bioetanol melibatkan beberapa tahap, termasuk pengolahan bahan baku, fermentasi, distilasi, dan dehidrasi. Sumber bahan baku yang umum digunakan adalah tanaman biomassa seperti jagung, tebu, singkong, sorgum, dan dedak padi.

Keuntungan penggunaan Bioetanol adalah saat dibakar, Bioetanol menghasilkan emisi karbon dioksida (CO2) yang sebanding dengan jumlah yang diserap oleh tanaman selama pertumbuhannya. Hal ini berpengaruh terhadap misi CO2 yang dihasilkan oleh pembakaran Bioetanol hampir netral secara karbon, sehingga membantu mengurangi dampak pemanasan global.

Selain itu, Bioetanol diperoleh dari bahan baku nabati yang dapat ditanam kembali, seperti tanaman jagung dan tebu. Ini berarti Bioetanol merupakan sumber energi terbarukan yang dapat diproduksi secara berkelanjutan tanpa kekhawatiran tentang kelangkaan bahan bakunya.

Produksi dan penggunaan Bioetanol juga membantu mengurangi ketergantungan pada minyak bumi yang terbatas. Dengan beralih ke sumber energi yang dapat diperbaharui, negara-negara dapat mengurangi impor minyak bumi dan meningkatkan keamanan energi mereka.

Dengan demikian, produksi Bioetanol memiliki potensi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi di berbagai sektor. Penanaman tanaman Bioetanol menciptakan peluang kerja baru di sektor pertanian, industri pemrosesan, dan infrastruktur terkait. Selain itu, penggunaan Bioetanol juga dapat memengaruhi harga dan stabilitas pasar pertanian.

Meskipun memiliki banyak keuntungan, bahan bakar Bioetanol juga menghadapi beberapa tantangan dan kendala yang perlu diatasi. Salah satunya adalah kompetisi dengan produksi makanan. Bahan baku untuk produksi Bioetanol sering kali bersaing dengan produksi makanan, seperti jagung dan tebu. Hal ini dapat memengaruhi harga kebutuhan pangan yang melonjak naik. Kasusnya bisa seperti minyak sawit yang dipakai untuk kebutuhan industri, sementara pasokan untuk kebutuhan rakyat menjadi langka dan harganya melangit.

Produksi Bioetanol juga membutuhkan tanah yang dapat digunakan untuk pertanian. Dalam beberapa kasus, ini dapat menyebabkan persaingan dengan lahan yang seharusnya digunakan untuk produksi makanan. Oleh karena itu, penting untuk memastikan bahwa produksi Bioetanol tidak mengorbankan keamanan pangan dan alih fungsi lahan pertanian.

Dengan perkembangan teknologi dan kebijakan yang mendukung, prospek Bioetanol sebagai sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan tetap menjanjikan. Namun, penting untuk mempertimbangkan implikasi sosial, lingkungan, dan ekonomi secara holistik dalam pengembangan dan penggunaan Bioetanol karena hal ini akan menjadikan Pertamina seperti mulai lagi dari nol dengan produk barunya tersebut.

Syariat Islam Solusinya

Tidak dapat dimungkiri bahwa syariat Islam adalah seperangkat aturan kehidupan manusia di dunia dalam segala aspek, bukan hanya menyangkut masalah ubudiyah (ibadah spiritual), melainkan juga menjadi solusi atas segala permasalahan yang dihadapinya termasuk pemenuhan kebutuhan hidup (hajatul udhawiyah) dan naluri (gharizah) yang dimiliki manusia secara umum.

Dalam konteks pemenuhan kebutuhan hidup dasar, secara individu semisal kebutuhan pangan, sandang, dan papan harus dipenuhi negara dengan cara mengurusnya secara baik dengan memberikan arahan dan lahan produksi yang memungkinkan rakyat dapat dengan mudah mencari penghidupan dan berpenghasilan.

Namun, dalam pemenuhan kebutuhan dasar rakyat secara kolektif semisal penyediaan bahan bakar minyak dan gas, pemerintah dalam hal ini harus menerapkan syariat Islam secara kaffah berkenaan dengan penguasaan atas kekayaan alam milik rakyat yang melimpah agar dapat dikelola sebaik mungkin, sehingga hasilnya dapat dirasakan oleh rakyat secara mudah dan murah, bahkan kalau bisa tidak berbayar.

Untuk itu diperlukan keseriusan pemerintah dalam mengelolanya secara profesional, mencari inovasi teknologi untuk menemukan berbagai solusi bagi kesejahteraan rakyatnya, seperti menemukan produk baru BBM Bioetanol, namun tanpa mengalihfungsikan lahan pertanian yang menjadi sumber penghidupan petani selama ini.

Pemerintah harus benar-benar menjadi pelayan atas segala urusan rakyatnya, karena fungsi negara adalah mengatur dan mengurusi segala kebutuhan rakyat, bukan menjadi beban apalagi menzalimi rakyatnya. Untuk tidak bersikap zalim, maka hanya aturan Islam yang wajib ditetapkan, sebagaimana makna firman Allah Swt. dalam QS. Al-Maidah ayat 45, "Barang siapa tidak memutuskan perkara menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka itu adalah orang-orang yang zalim.”

Wallahu'alam bish Shawwab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Maman El Hakiem Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Fenomena "Tikus Berdasi", Adakah Solusi Hakiki?
Next
Fast Beauty Bikin Iri
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

9 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Neni Nurlaelasari
Neni Nurlaelasari
1 year ago

Solusi yang ditawarkan sistem kapitalis sering berbenturan. Karena pengelolaannya hanya berpatokan pada untung rugi dalam melayani kebutuhan rakyat. Maka sudah saatnya untuk kembali kepada syariat Islam, karena solusi yang ditawarkan demi kepentingan rakyat. Bukan sebagai regulator seperti dalam sistem kapitalis.

Sherly
Sherly
1 year ago

Tambal sulam solusi tak akan pernah menyelesaikan masalah dengan sempurna. Harus ada kesamaan persepsi tentang akar masalah di negeri ini.

Yanti Yunengsih
Yanti Yunengsih
1 year ago

Bahan bakar adalah kebutuhan hajat hidup semua orang. BBM naik gas naik ketika menjelang pemilu semua bahan melangit.. Yang jadi korban tetaplah rakyat. SDA ( sumber daya alam) dikuasai asing sehingga negeri ini tidak berdaulat disetir oleh mereka para kaum Oligarki.Yang memberikan kebijakan harga barang naik turun mereka kaum kapital.. inilah buruknya penerapan sistem Kapitalisme yang mencengkram negeri-negeri muslim.

Wd Mila
Wd Mila
1 year ago

Adanya Bioetanol yang seharusnya menjadi berkah karena dapat mengganti bahan bakar fosil, dan menjadi energi terbarukan. Namun, karena dikelola di bawah asuhan demokrasi kapitalisme,, justru menjadi ancaman,, hmmm

Mimy muthmainnah
Mimy muthmainnah
1 year ago

Semestinya Pemerintah harus mempertimbangkan lagi keinginannya utk membuat Bioetanol itu. Jangan sampai alih2 ingin menolong rakyat yang ada malah menyusahkan rakyat.

Coba pikir ulang Bos! Ya

Sartinah
Sartinah
1 year ago

Betul, pemerintah tetaplah satu-satunya pihak yang bertanggung jawab menyediakan seluruh kebutuhan dasar individu dan kolektif bagi seluruh rakyat. Mengganti sumber energi yang lebih ramah lingkungan memang harus dilakukan. Namun, harusnya hal itu dilakukan semata-mata demi kemaslahatan rakyat, bukan keuntungan.

Firda Umayah
Firda Umayah
1 year ago

Hem, jadi teringat dulu ada inovasi minyak tanaman jarak juga bisa menjadi pengganti bahan bakar alternatif yang ramah lingkungan, aman, dll. Tapi nyatanya, minyak tanah justru hilang dari sebagian besar wilayah di Indonesia dan berganti dengan gas. Kira-kira nasib bioetanol nanti bakal kayak apa ya? Apakah kita harus menunggu pada episode berikutnya?

Reva Lina
Reva Lina
1 year ago

Yups benar sekali pemerintah seharusnya benar-benar menjadi pelayan atas segala urusan rakyatnya, karena fungsi negara adalah mengatur dan mengurusi segala kebutuhan rakyat, bukan menjadi beban apalagi menzalimi rakyatnya. Barakallah Tulisan yang mencerahkan dan bermanfaat sekali

Raras
Raras
1 year ago

Wah, ternyata bioetanol bisa berdampak pada kemungkinan alih fungsi lahan pertanian. Ini harus diperhitungkan serius agar tidak berdampak buruk bagi sektor lain khususnya pangan.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram