"Diyakini bahwa pemuda sebagai tulang punggung bangsa harus dipersiapkan sedini mungkin dengan memberikan program-program pendidikan akhlak dan intelektual yang sistematis sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah saw, sehingga nantinya mereka akan menjadi manusia yang mengenal jati dirinya, bermanfaat, smart, kritis pemikiran, dan bertanggung jawab terhadap agama, bangsa dan negaranya."
Oleh. Desi Wulan Sari, M.Si.
(Kontributor NarasiPost.com)
NarasiPost.Com-Pemuda adalah masa depan bangsa. Sebagai tulang punggung bangsa begitu banyak peran yang akan diembannya. Maka, perlunya mempersiapkan sedini mungkin, dari segi intelektual yang sistematis dan mampu menciptakan karakter pemuda kritis serta amanah bagi negaranya sangatlah penting.
Namun, kini begitu banyak pemuda yang kita temui tengah asyik dengan kesenangan mereka sendiri. Banyaknya pengalihan dan fasilitas entertainment global era kapitalis telah membuat generasi muda kian jauh dari perannya sebagai calon intelektual tulang punggung negara. Walaupun beberapa program kepemudaan telah diupayakan untuk menghidupkan kreativitas pemuda kini, namun tantangan yang dihadapi dari sistem kapitalis teramat besar.
Seperti program kepemudaan yang dicanangkan kota Bogor yang tengah melaksanakan program-program pemberdayaan ekonomi pemuda, di antaranya HIPMI Goes to School dan petani milenial di Kampung Rambai. Sebanyak 600 siswa SMK Wikrama yang mengikuti program HIPMI Goes to School diwisuda pada Selasa, 7 Juni 2022. Marwan Suherman sebagai Ketua HIPMI Kota Bogor mengatakan program ini bertujuan memberikan pelatihan kewirausahaan kepada siswa kelas 12, mereka dimotivasi dan semangat untuk menjadi pengusaha dan enterpreneur. Dengan memperkuat mental mereka agar berani menjalankan dan menerima dana investasi dari pemerintah. (bogor-kita.com, 7/6/20220)
Melihat program kepemudaan yang diberdayakan kini, seakan pemberdayaan pemuda lebih banyak mengikuti pola pegembangan ala sistem ekonomi kapitalis. Sehingga masyarakat menilai adanya ketidakseimbangan dalam pembentukan karakter pemuda hari ini. Titik kritis dari tugas pemuda sebagai agent of change tidak tersampaaikan. Karena hanya faktor materi saja yang dikedepankan dari berbagai program yang ada. Padahal pemuda dengan tanggung jawab besar di pundaknya harus memiliki pemikiran yang kritis serta kepribadian yang bertakwa agar mampu menjadi sosok pengubah masa depan yang diimpikan seluruh umat.
Pemuda dengan hanya berorientasi pada materi, dikhawatirkan tidak akan memiliki intelektual dan spiritual secara baik. Kekhawatirannya, mereka akan mudah terseret kepada hal-hal yang negatif dan tidak mampu mengembangkan kepribadian sebagai pemuda yang membawa perubahan. Dampak jika pemuda hanya dibekali oleh keterampilan mencari materi saja dipastikan akan dapat merugikan diri mereka sebagai individu, masyarakat dan lingkungan, bahkan agamanya. Semestinya mereka harus diberikan pendidikan yang benar agar terbentuk pemuda yang terampil, bertakwa, utuh berkesinambungan antara faktor-faktor intelektual, moral, spiritual, dan fisikal.
Pertanyaannya adalah apakah pemberdayaan pemuda yang berfokus pada ekonom semata dapat merugikan titik kritis pemuda muslim sebagai agen perubahan dunia?
Menyiapkan Pemuda Tangguh Masa Depan
Islam selama 14 abad silam telah banyak menciptakan generasi muda di masa keemasan. Nabi Muhammad saw menegaskan pentingnya peran kaum muda bagi suatu bangsa. Maka kecermatan beliau dalam melihat titik kritis generasi muda sebagai pembawa perubahan dunia begitu serius beliau perhatikan dengan memberikan pembinaan kepada kaum muda kala itu. Munculah pemuda-pemuda muslim tangguh dan bertakwa, seperti Ali, Usamah, Ibnu Abas, Ibnu Umar, dan sebagainya.
Karenanya, diyakini bahwa pemuda sebagai tulang punggung bangsa harus dipersiapkan sedini mungkin dengan memberikan program-program pendidikan akhlak dan intelektual yang sistematis sesuai dengan yang dicontohkan Rasulullah saw, sehingga nantinya mereka akan menjadi manusia yang mengenal jati dirinya, bermanfaat, smart, kritis pemikiran, dan bertanggung jawab terhadap agama, bangsa dan negaranya.
Menjawab pertanyaan di atas tentu dapat dipastikan jika keterlibatan pemuda muslim dalam program-program ala ekonomi kapitalis semata, tentunya akan membajak potensi pemuda muslim dalam menjaga dan memperjuangkan Islam sebagai proses kehidupan mereka. Karena identitas pemuda muslim sebagai agen perubahan justru dialihkan menjadi perwakilan nilai-nilai Barat sekuler yang akan semakin melemahkan cara berpikir kritis mereka dan mengikis kekuatan keimanan sebagai pemuda muslim harapan bangsa.
Allah berfirman:
“Wahai anakku, kerjakanlah salat dan perintahkan kebaikan dan cegahlah kejahatan dan bersabarlah atas segala yang menimpamu, sesungguhnya ia termasuk perkara yang diwajibkan (oleh Allah). Dan janganlah kau palingkan wajahmu dari manusia lain (karena sombong), dan janganlah berjalan di bumi dengan congkak, sesungguhnya Allah tidak menyukai segala yang sombong dan membanggakan diri. ” (QS Luqman: 17-18)
Sejatinya, pembinaan dan pemberdayaan pemuda masa depan harus memiliki titik kritis dalam pemikiran yang mampu menunjukkan tanggungjawab terhadap dirinya sendiri, agama dan negara. Jika hanya salah satu saja yang diterapkan tentu tidak akan terwujud sosok pemuda agen perubahan yang membawa peradaban gemilang. Maka, hanya sistem Islam Kaffahlah yang mampu mewujudkan generasi muda seutuhnya dengan pembinaan utuh dan menyeluruh. Wallahu a’lam bishawab.[]