Standar Kebahagiaan sang Pemuja Kebebasan

“Kapitalisme yang tidak memiliki standar jelas dalam menentukan kebahagiaan, akhirnya melahirkan standar yang berbeda-beda pada setiap manusia.”

Oleh. Sartinah
(Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Manusia adalah makhluk ciptaan Allah Swt. yang paling sempurna. Di antara kesempurnaan itu adalah dianugerahkan akal pada manusia yang membedakannya dengan makhluk lainnya. Namun sayang, hidup dalam habitat kapitalisme acapkali membuat manusia menyalahi fitrah kemanusiaannya dan melakukan hal-hal absurd hanya demi dalih kebahagiaan.

Impian Absurd kian Menjamur

Banyak orang berambisi mewujudkan impian dalam hidupnya. Namun terkadang impian tersebut jauh dari kata normal bahkan cenderung absurd. Sebagaimana yang dilakukan oleh seorang pencinta anjing di Jepang. Pria yang tidak diketahui namanya tersebut berambisi membuat kostum anjing yang serupa dengan aslinya. Demi memperoleh kostum terbaik, sang pria memesannya pada perusahaan Jepang bernama Zeppet. Diketahui, Zeppet merupakan perusahaan yang mengkhususkan pada pembuatan patung dan model untuk film, iklan dan fasilitas hiburan, serta kostum dan maskot TV.

Tak hanya dipesan langsung dari perusahaan khusus, biaya yang dikeluarkan pun terbilang fantastis. Pihak perusahaan mengaku untuk membuat kostum anjing jenis border collie yang realistis dibutuhkan biaya sebesar 2 juta yen atau sekitar Rp230 juta, dengan waktu pembuatan selama empat puluh hari. Jumlah tersebut tampaknya tidak berarti apa-apa bagi pria yang telah memimpikan seumur hidupnya menjadi seekor binatang. (Liputan6.com, 27/05/2022)

Jika di Jepang seorang pria bermimpi menjadi anjing, berbeda pula dengan seorang seniman tato asal Brazil. Dialah Michel Faro Prado atau dikenal sebagai Diablo Prado yang bermimpi mengubah dirinya menjadi seperti iblis. Sebuah impian yang mungkin tidak ada seorang pun yang menginginkannya kecuali Prado. Pria tersebut sampai melakukan modifikasi ekstrem pada wajahnya.

Prado memotong telinganya agar runcing dan mengecil, memotong gigi, dan memasang taring silver di mulutnya. Tak hanya itu, Prado bahkan membelah lidahnya agar bercabang, memotong hidungnya sehingga tak bercuping, dan memotong jari tengah dari kedua tangannya agar tampak berasal dari dunia lain. Untuk lebih menyempurnakan impiannya menjadi 'iblis', Prado tak lupa menanamkan tanduk di kepalanya. Walhasil, wajah pria yang hobi menato tersebut telah berubah total menjadi sesuatu yang sulit ditemukan dalam dunia nyata, kecuali dalam film-film horor. (Kuasakata.com, 09/08/2021)

Eksploitasi Kebahagiaan

Ambisi-ambisi absurd sebagian manusia ternyata didasarkan pada satu tujuan tertinggi, yakni demi memperoleh kebahagiaan. Demi mencapai sesuatu yang dianggap mendatangkan kebahagiaan, seseorang bahkan rela mengambil jalan apa pun termasuk yang berada di luar kelaziman. Fakta-fakta di atas menjadi beberapa contohnya. Lantas, apa sebenarnya arti bahagia sehingga banyak orang dalam rela melakukan hal-hal abnormal demi mewujudkannya?

Menurut Sherry Benton, pendiri sekaligus kepala bagian sains sumber terapi online TAO Connect, di Golden, Colorado, tidak ada satu pun konsep kebahagiaan yang berlaku untuk setiap individu. Menurutnya lagi, kebahagiaan dapat diartikan sebagai perasaan puas terhadap hidup. Sedangkan kebahagiaan secara biologis terkait pelepasan dopamin, neurotransmitter yang terwujud dalam perasaan senang.

Dari penjelasan di atas, jelaslah bahwa tidak ada standar baku yang mampu menjelaskan definisi kebahagiaan dalam sistem kapitalisme. Tidak adanya standar tersebut membuat manusia ambigu dalam memaknai kebahagiaan. Hal ini disebabkan kapitalisme tidak memiliki kitab suci atau Rasul yang dapat menjelaskan persoalan tersebut. Namun jika berkaca pada peristiwa umum manusia yang dibentuk oleh sistem kapitalisme, dapat ditarik sebuah kesimpulan bahwa manusia dalam hidupnya memang dituntun untuk mengejar kebahagiaan.

Sekali lagi, kapitalisme yang tidak memiliki standar jelas dalam menentukan kebahagiaan, akhirnya melahirkan standar yang berbeda-beda pada setiap manusia. Bahkan standar tersebut akan terus bertambah setiap waktu. Misalnya saja, ada orang yang bahagia ketika memiliki kendaraan, saat bertemu sahabat karib, atau ada pula yang bahagia ketika memiliki jutaan followers di media sosial.

Di sisi lain, kapitalisme tidak mampu membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Padahal semua tahu jika kebutuhan manusia terbatas, sedangkan keinginan tidak ada batasnya. Keinginan inilah yang kemudian dieksploitasi oleh kapitalisme. Demi meningkatkan daya konsumtif manusia, kapitalisme memberi kebebasan untuk membeli atau memiliki sesuatu tanpa batas. Bahkan untuk hal-hal yang di luar kelumrahan sekalipun, kapitalisme memberi ruang untuk melakukannya. Misalnya saja pada kasus di atas, di mana manusia yang sudah sempurna penciptaannya, justru menginginkan hidup di luar fitrahnya. Bahkan rela menghabiskan biaya ratusan juta demi mewujudkan ambisi absurdnya.

Liberalisme Pemikiran

Munculnya keanehan-keanehan manusia dalam masyarakat liberal adalah buah dari penerapan sistem demokrasi dengan asas sekulernya. Ide sekularisme telah nyata menjauhkan manusia dari aturan Tuhan. Sedangkan ide liberalnya telah membuat pemikiran dan keinginan manusia menjadi liar bahkan menyalahi fitrah. Maka menjadi jamak apabila muncul berbagai kerusakan di tengah masyarakat yang disebabkan pengagungan terhadap kebebasan tersebut.

Sayangnya, tidak semua manusia sadar akan bahaya liberalisme. Ide ini sejatinya telah melahirkan nilai-nilai yang bertentangan dan merusak fitrah manusia. Selain itu, ide liberal bentukan kapitalisme juga kerap menimbulkan problem sosial dan merugikan umat. Dalam balutan liberalisme pula, manusia diberikan kebebasan untuk berpikir, berbuat, bahkan memiliki apa saja sesuai dengan keinginan dan hawa nafsunya.

Inilah spirit sekularisme yang terus diekspor terhadap masyarakat dunia saat ini. Maka tak salah jika Althaf Gauhar, seorang filsuf muslim kontemporer dari Mesir mengatakan, sekularisme merupakan pembangunan struktur kehidupan tanpa dasar agama.

Standar Kebahagiaan dalam Islam

Ketika kapitalisme menjadikan materi sebagai standar kebahagiaan, berbeda halnya dengan Islam. Islam adalah agama paripurna yang tidak hanya sempurna mengatur urusan dunia, tetapi juga tuntas membahas masalah akhirat. Islam pun turut menjelaskan standar kebahagiaan seorang muslim yang tidak dimiliki kapitalisme. Namun sebelum itu, seorang muslim hendaknya mengetahui terlebih dahulu apa tujuannya hidup di dunia.

Pertanyaan mendasar manusia tersebut telah dijawab dengan tegas dalam Al-Qur'an Surah Adz-Dzariyat ayat 56, "Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku." Karena manusia diciptakan untuk beribadah, maka tidak mengherankan jika seluruh aktivitas manusia disandarkan pada syariat Islam. Dalam melakukan perbuatan, Islam pun telah menetapkan bahwa tolok ukur perbuatan seorang muslim adalah halal dan haram. Logikanya, jika Allah Swt. mengatakan halal terhadap sesuatu, berarti hal itu adalah halal. Demikian juga berlaku sebaliknya.

Pada saat yang sama, Islam pun menjelaskan tentang standar kebahagiaan. Dalam Islam, kebahagiaan seorang muslim bukanlah saat mendapat banyak harta, rumah besar, mobil mewah, ataupun saat mampu mewujudkan impiannya. Namun, kebahagiaan seorang muslim adalah ketika mendapatkan rida Allah Swt. Sebagaimana tertuang dalam lembaran kitab suci-Nya dalam surah At-Taubah ayat 72 yang artinya, "Allah menjanjikan kepada orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, (akan mendapat) surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya dan (mendapat) tempat yang baik di surga 'Adn. Dan keridaan Allah lebih besar. Itulah kemenangan yang agung."

Islam tidak melarang seseorang berbuat sesuatu. Namun, Islam mengatur perbuatan tersebut agar tidak menabrak rambu-rambu syariat. Islam adalah agama yang menjadikan ibadah sebagai tujuan, menjadikan kebutuhan per individu sebagai pusat perhatian, dan keridaan Allah sebagai standar kebahagiaan.

Khatimah

Sejatinya kapitalisme dan Islam tidak memiliki pijakan yang sama. Masyarakat kapitalis fokus pada individu dan segala kebebasannya. Karena itu tidak mengherankan jika muncul keinginan atau ambisi absurd yang bersembunyi di balik dalih kebahagiaan. Pemikiran sesat dan menyesatkan tersebut adalah hasil dari pengagungan terhadap sekularisme yang menempatkan Tuhan di ranah sempit. Sejatinya hanya Islam yang mampu mewujudkan insan-insan bertakwa. Hanya di bawah asuhan Islam pula, manusia senantiasa melakukan perbuatan berdasarkan standar syarak.

Wallahu a'lam bish-shawwab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Penulis Rempaka literasiku
Sartinah Seorang penulis yang bergabung di Tim Penulis Inti NarasiPost.Com dan sering memenangkan berbagai challenge bergengi yang diselenggarakan oleh NarasiPost.Com. Penulis buku solo Rempaka Literasiku dan beberapa buku Antologi dari NarasiPost Media Publisher
Previous
Glorifikasi Liberalisme
Next
Panasnya Menggenggam Bara Idealisme
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram