“Hukuman mati bagi penghina nabi mensyaratkan keberadaan institusi negara yaitu Khilafah dan pemimpin yang menerapkan hukum Islam yang disebut khalifah.”
Oleh. Novianti
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Saat itu dunia seakan digelayuti awan hitam. Wajah kaum muslimin mendung menandakan kesedihan mendalam. Tersebab sosok mulia bak cahaya yang mengeluarkan manusia dari kegelapan, telah pergi dan tak pernah kembali. Dialah Nabi Muhammad saw.
Berkelebat dalam benak Abu Bakar perjalanannya bersama beliau ketika hijrah dari Makkah ke Madinah. Berjalan sepanjang siang dan malam, hingga tiba di gua Tsur, perlindungan sementara sebelum melanjutkan perjalanan panjang ke sebuah tempat yang akan menjadi awal berdirinya peradaban Islam.
Abu Bakar membentangkan tikar ketika menemukan tempat bernaung untuk sejenak beristirahat. “Beristirahatlah, wahai Nabi Allah,” demikian Abu Bakar melayani Nabi sambil terus berjaga-jaga memantau untuk memastikan tidak ada yang mengikuti mereka berdua.
Abu Bakar selalu setia mendampingi Rasulullah dalam menghadapi berbagai rintangan dan tantangan, siap berkorban sepenuh jiwa. Abu Bakar sosok yang menjadi saksi beratnya perjuangan dakwah Rasulullah. Namun, karena mengemban risalah Islam ke seluruh dunia, bagi Rasulullah tak ada kata mundur dari medan dakwah. Memikirkan umat hingga pada detik-detik menjelang wafatnya, Beliau saw. masih menyebut , ”Ummatii, ummatii, ummatii…”
Tak heran, para sahabat tidak rela jika ada yang menghina Nabi Muhammad. Disebutkan hadis dari Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu, beliau menceritakan, “Ada seorang wanita Yahudi yang menghina Nabi saw. dan mencela beliau. Kemudian orang ini dicekik oleh seorang sahabat sampai mati. Namun, Nabi saw. menggugurkan hukuman apa pun darinya.” (HR. Abu Daud)
Dulu ada sahabat buta memiliki seorang budak wanita dan budak ini suka menghina dan mencela Nabi saw. Meski sudah diperingatkan berkali-kali tapi budak ini tidak mau berhenti sampai akhirnya ia mati di tangan tuannya.
Demikianlah para sahabat menunjukkan loyalitas kecintaan pada Nabi saw. melindungi dari bahaya tidak hanya serangan fisik tetapi juga lisan seperti hinaan, cacian dan celaan. Nabi Muhammad saw. bukan sosok biasa, beliau manusia agung yang karena kecintaan kepada umatnya, rela menanggung berbagai perlakuan manusia yang sangat kasar sekalipun.
Lalu apa yang dirasakan Nabi dan para sahabat seandainya menyaksikan penghinaan kepada Nabi yang terjadi berulang kali hingga hari ini. Orang-orang kafir mengolok-olok Nabi saw. sedemikian rupa dengan berbagai cara.
Di Prancis, seorang guru mata pelajaran Sejarah dan Geografi bernama Samuel Paty (47) pernah menggunakan karikatur Nabi sebagai bahan ajar. Tindakannya memancing kemarahan umat Islam namun presiden Prancis berdalih bahwa perbuatan sang guru sebagai bentuk kebebasan berekspresi.
Paul Zang yang diduga tinggal di Jerman, melalui tayangannya di You Tube pernah melontarkan pernyataan yang menghina Islam dan Nabi. Di Indonesia sendiri, Sukmawati putri Soekarno pernah melecehkan Nabi, membandingkan beliau dengan ayahnya.
Yang terakhir ramai diperbincangkan adalah ulah politisi India dari partai Nasionalis Hindu Bharatiya Janata Part (BJP) yang berkuasa yaitu Nupur Sharma (NS). Ia diduga menyampaikan pernyataan yang menghujat Nabi hingga memicu protes, tidak hanya di India tetapi juga di negara-negara muslim. Negara-negara Timur Tengah menyerukan boikot produk India sebagai bentuk reaksi keras terhadap ulah politisi tersebut. Arab Saudi, Kuwait, Bahrain sudah menarik barang-barang berasal dari India di supermarket-supermarket atau menutupnya dengan plastik.
Jumlah muslim India mencapai sekitar 138 juta dari total kira-kira 1,4 milyar penduduknya dan menempati jumlah terbesar kedua di dunia dalam suatu negara setelah Indonesia. Tapi mereka sering diperlakukan tidak adil terutama setelah partai BJP berkuasa. India memiliki catatan hitam dalam berbagai tindakan diskriminasi dan kekerasan terhadap penduduk muslimnya.
Muslimahnya dilarang menggunakan jilbab di lembaga-lembaga pendidikan. Ada pembunuhan terhadap warga muslim oleh massa Hindu membuat muslim India berada dalam ancaman dan ketakutan. Rumah dan gedung usaha milik kaum muslim dibongkar sebagai tindak lanjut dari protes warga muslim terhadap tindakan NS.
Meski setiap ada kasus penghinaan nabi muncul beragam tindakan protes, boikot di berbagai negara namun kurang memberi dampak signifikan. Penghinaan pada sosok manusia yang dimuliakan umat Islam ini terus berulang, bahkan para pembenci Islam semakin berani dan terang-terangan melakukannya. Kemarahan umat Islam hanya dipandang angin lalu, datang sesaat lalu semua melupakan.
Berulangnya penghinaan terhadap Nabi saw. dikarenakan para pelakunya tidak pernah ditindak tegas. Ketiadaan pemimpin di tengah-tengah kaum muslimin yang bisa menyatukan suara, kekuatan untuk melawan kepongahan orang-orang kafir adalah penyebab utamanya. Hukuman mati bagi penghina nabi mensyaratkan keberadaan institusi negara yaitu Khilafah dan pemimpin yang menerapkan hukum Islam yang disebut khalifah.
Membunuh mati pelaku penghina nabi tidak menimbulkan efek jera jika dilakukan individu. Seperti yang menimpa guru Paty, ia dipenggal remaja yang dikabarkan marah dengan ulah Paty. Kematian Paty tidak membuat Prancis berubah menjadi negara yang ramah pada Islam.
Di bawah kepresidenan Macron, negara Prancis terus meluncurkan serangan terhadap masyarakat sipil muslim atas nama memerangi "separatisme Islam" dan melestarikan laicite Prancis (sekularisme). Masyarakat muslim diawasi, diselidiki, diberi sanksi meski hanya pelanggaran kecil. Perusahaan milik muslim disita, masjid dan sekolah muslim ditutup.
Padahal, ketika umat Islam masih memiliki pemimpin, Prancis tidak berkutik ketika mendapat ancaman dari sang khalifah. Prancis saat itu berencana menggelar pertunjukkan teater yang menampilkan tokoh utama Nabi Muhammad saw. Sultan Abdul Hamid II, Sultan ke-34 Kekhalifahan Utsmaniyah atau Ottoman Empire, marah besar dengan kelakuan pemerintah Prancis.
"Ini penghinaan terhadap Rasulullah. Aku tak akan mengatakan apa pun. Mereka menghina Baginda kita, kehormatan seluruh alam semesta," kata Sultan. Sebagai pemimpin umat Islam, ia menegaskan rela mati demi membuktikan kecintaan pada Rasulullah saw.
Inilah kekuatan yang hari ini hilang di tengah-tengah kaum muslimin. Tidak ada pemimpin atau khalifah yang menjadi junnah sehingga orang-orang kafir terus memproduksi narasi-narasi yang melukai hati umat Islam. Bebas menghina umat Islam, melecehkan ajarannya dan nabinya.
Umat Islam hari ini tersekat dalam negara-negara kecil, sehingga tidak bisa menyatukan sikap terhadap penghina Nabi. Ukhuwah Islamiyah tercerai berai, malah di antara umat Islam saling mencurigai.
Kita berharap institusi yang dipimpin seorang khalifah segera berdiri. Negara-negara kafir tidak akan berani lagi menghina Nabi saw. karena ada seorang khalifah yang siap mengirim pasukan perang, sehingga tidak ada lagi tempat di bumi ini bagi siapa pun yang melecehkan manusia agung yang dicintai umat Islam.
Wallahu a’lam bi ash-shawwab.[]