"Seruan pemboikotan juga tak dapat dengan sempurna dilakukan. Tak mudah bagi umat ini untuk melepaskan ketergantungan pada aneka ragam produk buatan negeri penghina Islam. Karena memang sejatinya, umat terbesar ini juga dijadikan pasar untuk produk buatan para musuh Islam. Seruan ini juga seringkali menguap dengan sendirinya seiring dengan permintaan maaf dari pelaku penghinaan."
Oleh. Rochma Ummu Arifah
(Kontributor NarasiPost.com)
NarasiPost.com- Lagi, berulang kembali, pembenci Islam yang berasal dari India dengan mudahnya melontarkan hinaan kepada Islam dan simbol yang dimuliakan umatnya. Respons dunia Islam dengan cepat diberikan atas tindakan penghinaan ini, yakni boikot produk India. Lantas, apakah ini cukup?
Menghina Islam dan Reaksi Muslim
Juru Bicara Partai Bhayatiya Janata dalam sebuah talkshow yang ditayangkan secara live menghina Rasulullah saw saat dia berdebat dengan panelis lainnya. Tak berhenti di sini, juru bicara lainnya dari partai penguasa ini, Naveen Kumar Jindal, juga melontarkan pernyataan penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw. yang menikah dengan Aisyah saat berusia sangat belia yaitu enam tahun, melalui akun Twitternya. (Cordova Media/7/6/2022)
Sontak saja, dua pernyataan kontroversial ini mendapatkan respons dari sejumlah negara Islam di Timur Tengah. Sebagian mengeluarkan pernyataan kecaman terhadap hinaan tersebut. Seperti Menteri Luar Negeri Qatar yang memberikan pernyataan resmi yang mengungkapkan kekecewaan negara Qatar serta penolakan total dan kecamannya atas pernyataan kontroversial dari pejabat partai penguasa di India tersebut. Kecaman senada juga dikeluarkan secara resmi oleh Kuwait, Arab Saudi, Mesir, Pakistan, Afghanistan serta Oman dan beberapa negara lainnya.
Selain kecaman, reaksi lainnya yang ditunjukan oleh sebagian negeri di Timur Tengah adalah dengan menyerukan pemboikotan terhadap sejumlah produk buatan India. Bahkan di Kuwait sudah dilakukan upaya penolakan penggunaan produk India di negeri itu. Ajakan ini juga ditujukan kepada seluruh negara Islam dan umat muslim di seluruh dunia untuk memboikot produk India agar reaksi ini bisa memberikan dampak yang besar pada India.
Menanggapi reaksi kecaman dunia Islam, Partai BJP India ini melakukan pembelaan diri dengan mengatakan bahwa sebenarnya mereka menghormati semua agama yang ada. Mereka juga mengklaim bahwa dua juru bicara yang telah disinyalir melakukan penghinaan kepada Islam tersebut sudah dipecat dari partai penguasa ini.
Tanggapan BJP ini seakan jauh panggang dari api. Bahkan bisa dikatakan palsu dan penuh kedustaan. Hanya sebagai usaha untuk menyelamatkan wajah mereka semata demi mencegah keambrukan ekonomi India akibat seruan boikot ini.
Sejarah panjang India sudah membuktikan bagaimana arogansi partai BJP ini terhadap umat Islam. Ketidakberpihakan mereka terhadap Islam, umatnya dan simbol-simbolnya seringkali ditampakan. Tak sedikit muslim India, sebagai kelompok minoritas di sana, menerima perlakuan buruk mereka.
Mudahnya Menghina Islam
Penghinaan terhadap Islam dan simbol-simbolnya tak hanya terjadi saat ini. Kejadian ini terjadi berulang kali. Para pembenci Islam seakan memiliki pembenaran dari keberanian mereka melontarkan hinaan tersebut. Seringkali juga ada upaya untuk menghapus penghinaan itu dari pikiran dan benak kaum muslim agar seakan hal tersebut tak pernah terjadi. Walaupun pada faktanya terjadi berulang kali.
Terlebih untuk kalangan muslim minoritas. Perlakuan buruk acapkali diterima mereka. Pemerintah yang tak banyak berpihak kepada mereka semakin menambah penderitaan mereka. Minoritas harus dipaksa tunduk pada aturan mayoritas yang jelas-jelas berat sebelah. Di sinilah, HAM tak lagi dapat diperankan.
Kecaman adalah reaksi instan yang diberikan oleh sejumlah negeri muslim. Reaksi lebih lanjut adalah seruan pemboikotan produk negeri penghina Islam. Walaupun ada juga tuntutan dan desakan untuk menghukum si penghina dengan hukuman yang berat. Hanya saja, tuntutan ini tentu saja tak pernah dapat direalisasikan karena para penghina dengan nyaman mampu berlindung di balik kedok kebebasan berekspresi dan HAM.
Seruan pemboikotan juga tak dapat dengan sempurna dilakukan. Tak mudah bagi umat ini untuk melepaskan ketergantungan pada aneka ragam produk buatan negeri penghina Islam. Karena memang sejatinya, umat terbesar ini juga dijadikan pasar untuk produk buatan para musuh Islam. Seruan ini juga seringkali menguap dengan sendirinya seiring dengan permintaan maaf dari pelaku penghinaan.
Reaksi selain ini tentu tak mampu dilakukan oleh negeri-negeri Islam karena mereka dan umat Islam layaknya singa yang tak bertaring, jumlah banyak namun tak memiliki kekuatan. Tidak adanya institusi negara yang mampu menyatukan kekuatan dan persatuan umat muslim membuat umat ini tak mampu berbuat banyak saat agamanya dihina dan dilecehkan oleh umat agama lain.
Hal ini semakin menampakan pada kita kebutuhan utama hadirnya insitusi negara yang menyatukan seluruh kaum muslim. Dengan institusi ini, kaum muslim dapat bersatu dan memperlihatkan kekuatan mereka layaknya apa yang sudah ada di zaman Nabi saw, para Sahabat dan para Khalifah. Dengan mudah mereka akan membungkam setiap upaya penghinaan Islam, menghukum dengan tegas siapa saja yang melakukan penghinaan ini, serta mencegah agar segala macam upaya penghinaan dan pelecehan agama dapat dihindarkan. Dengan ini, agama ini dan simbol-simbolnya bisa dijaga wibawa dan kemuliaannya.[]