Melambungnya Harga Tiket Masuk Candi Borobudur, Kapitalisasi Sektor Pariwisata

"Islam tentu memiliki cara pandang yang khas dan tersendiri mengenai sektor pariwisata ini. Yang menjadi pembeda paling kentara dengan sistem tata kelola saat ini oleh negara sekuler adalah prinsip utama di mana Islam tidak menjadikan sektor pariwisata sebagai sumber utama pendapatan negara di mana hal ini mengharuskan negara melakukan pembangunan pariwisata secara besar-besaran serta membuka kran masuknya wisman tanpa hambatan."

Oleh. Rochma Ummu Arifah
( Kontributor NarasiPost.Com )

NarasiPost.Com-Tak dapat dimungkiri, pemerintah dan sejumlah jajarannya acapkali melontarkan statement atau pun kebijakan yang mengejutkan bahkan mencenggangkan publik. Salah satunya adalah rencana kebijakan yang dilontarkan oleh Menteri Luhut Binsar Panjaitan terkait naiknya harga tiket masuk ke Candi Borobudur.

Alasan Kenaikan Harga Tiket

Rencana Pemerintah untuk menaikkan harga tiket naik Candi Borobudur menjadi Rp750 ribu untuk turis lokal dan USD 100 untuk turis mancanegara mengejutkan masyarakat. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, mengatakan seiring dengan rencana ini pihaknya sepakat membatasi kuota turis yang ingin naik ke Candi Borobudur hanya 1.200 orang per hari dengan biaya USD 100 untuk turis mancanegara dan Rp750 ribu untuk turis lokal. Alasan utama yang mendasari hal ini disebutkan oleh Luhut adalah semata-mata demi menjaga kekayaan sejarah dan budaya Nusantara. Candi Borobudur merupakan destinasi wisata berkualitas dengan konsep yang akan dikembangkan sebagai cagar budaya bertaraf internasional.

Selain itu, Luhut juga menyatakan bahwa nantinya semua turis yang berkunjung ke Candi Borobudur diharuskan menggunakan jasa pemandu wisata dari warga lokal. Sekali lagi hal ini ditujukan untuk menciptakan lapangan kerja baru bagi warga di sekitar kawasan Borobudur. (News.detik.com/05/07/2022)

Sistem Kelola Pariwisata Oleh Negara

Dalam tata kelola ekonomi negara saat ini, pembangunan pariwisata memiliki arti yang sangat penting jika ditinjau dari berbagai aspek. Dari sisi ekonomi, dalam beberapa tahun terakhir, terdapat kontribusi cukup besar dari sektor pariwisata terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Hal ini terkait dengan pendapatan devisa serta perputaran ekonomi. Sektor pariwisata juga telah nyata-nyata mampu membuka peluang usaha, baik langsung maupun tidak langsung, serta membuka banyak peluang kerja. Dalam pengelolaan pariwisata di berbagai negara, industri pariwisata selalu menunjukan kontribusi besar dalam urutan ke-4 atau ke-5 penghasil devisa bagi negara.
Di dalam negeri, sektor pariwisata juga telah menjadi poin penting dalam kerangka pembangunan ekonomi negara. Sektor ini telah terbukti mampu menjadi penyumbang besar devisa negara serta mampu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar. Pendapatan ini berasal dari kunjungan wisatawan mancanegara.

Islam Memandang Sektor Pariwisata

Islam tentu memiliki cara pandang yang khas dan tersendiri mengenai sektor pariwisata ini. Yang menjadi pembeda paling kentara dengan sistem tata kelola saat ini oleh negara sekuler adalah prinsip utama di mana Islam tidak menjadikan sektor pariwisata sebagai sumber utama pendapatan negara di mana hal ini mengharuskan negara melakukan pembangunan pariwisata secara besar-besaran serta membuka kran masuknya wisman tanpa hambatan.

Islam mendasarkan pemasukan atau pendapatan negara dari pos-pos yang telah digariskan dalam hukum syarak seperti zakat, jizyah, kharaj, 'usr serta pengelolaan harta kepemilikan umum dan harta kepemilikan negara. Dengan pengelolaan yang apik dari beberapa sektor utama ini, negara tak perlu lagi melirik lagi para pariwisata sebagai salah satu pilar utama penopang ekonomi.

Selain itu, negara juga amat sangat memperhatikan bagaimana pengaruh yang bisa dihasilkan dari masuknya wisatawan mancanegara ke dalam negara. Hal ini tentu saja tak banyak dipikirkan walaupun secara nyata memberikan efek kepada pola interaksi sosial masyarakat setelah bersinggungan dengan warga negara asing yang memiliki budaya dan gaya hidup berbeda.

Perbedaan lain yang muncul adalah dalam sisi pandang akidah mengenai pariwisata ini. Pariwisata erat kaitannya dengan gaya hidup materialistik, hedonisme, gaya hidup terlepas dari norma dan aturan agama serta memandang dunia sebagai tujuan utama. Hal ini tentu sangat berbeda dengan Islam mengenai cara pandang terhadap dunia ini.

Disebutkan di dalam Al-Qur'an surat Ghafir ayat 39 yang berbunyi, "Wahai kaumku! Sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah kesenangan (sementara) dan sesungguhnya akhirat itulah negeri yang kekal."

Ayat ini jelas menggambarkan pada kita bahwa dunia hanyalah kesenangan sementara. Tak patut bagi seorang muslim yang memahami akhirat sebagai tujuannya memiliki gaya hidup hura-hura dan mengutamakan kebahagiaan ragawi. Islam memang tak melarang umatnya untuk bersuka cita, mengunjungi tempat-tempat indah guna menenangkan pikiran atau yang lainnya. Hanya saja, apa yang dilakukan tetap dalam tujuan untuk meningkatkan keimanan kepada Sang Pencipta Kehidupan serta untuk meningkatkan kualitas ibadah. Bukan malah sebaliknya, memalingkan manusia dari tujuan yang hakiki atau bahkan mengakomodasi manusia untuk melakukan pelanggaran terhadap hukum syarak.

Dalam berwisata pun, muslim juga harus tetap memperhatikan kaidah atau hukum syarak mengenai hal ini. Misalnya, tidak bercampur baur antara pria dan wanita, tidak saling menampakan aurat, atau pun tidak mengunjungi tempat-tempat yang nyata-nyata menjadi simbol kesyirikan. Sekali lagi, negara dan individu memanfaatkan wisata secara sewajarnya saja. Semua dimaksudkan untuk membawa manusia pada kehidupan yang lebih baik di mata Allah Swt.[]


Photo : Pinterest

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Ummu Arifah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Koalisi Partai demi Kekuasaan, Pantaskah Dipertahankan?
Next
Turki Berganti Nama, Lebih Berwibawa?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram