Lansia Merana di Sistem Buatan Manusia

"Sejatinya, peringatan demi peringatan tak mengubah nasib lansia ke arah yang lebih baik. Meskipun diberi bantuan, persoalan lansia tidak akan selesai. Sebab sistem kapitalisme telah berhasil mengikis hati nurani manusia. Naluri kasih sayang dalam keluarga telah terkubur seiring manusia disibukkan dengan urusan dunia. Bagaimana agar ia bisa bertahan di tengah impitan ekonomi yang serba sulit."

Oleh. Nining Sarimanah
(Kontributor NarasiPost.Com )

NarasIPost.Com-Bahagia di waktu senja adalah impian yang didambakan setiap orang. Bagaimana tidak, tatkala raga mulai rapuh, tenaga melemah, penglihatan sudah rabun, dan tubuh pun rentan terhadap berbagai penyakit, maka suatu hal yang wajar keinginan bahagia menjadi harapan. Berkumpul, dirawat oleh keluarga tercinta, juga kebutuhan hidup terpenuhi tanpa kurang suatu apa pun.

Namun, hal itu hanya impian belaka yang tidak akan pernah terwujud. Pasalnya jumlah lansia dengan kondisi ekonomi rendah kian hari kian memprihatikan. Kondisi tersebut diperparah dengan pandemi Covid-19 dan harga berbagai kebutuhan hidup yang enggan beranjak turun.

Tak sedikit dari mereka dititipkan ke panti jompo dengan alasan sibuk, tak ada waktu untuk membersamai. Bahkan tragis, membiarkan orang tuanya yang sudah sepuh hidup sendiri bahkan dibuang di jalan. Sunguh, kondisi tersebut memperjelas potret buram lansia di Indonesia, sebagai negara pengusung demokrasi.

Berdasarkan data, Tasikmalaya termasuk lokasi yang banyak terdapat lansia tunggal (lansia yang hidup sendirian). Kurang lebih ada 28.000 lansia tunggal berada di Kabupaten Tasikmalaya. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021, terdapat 29,3 juta penduduk lansia di Indonesia (10,82% total populasi). Dari seluruh populasi lansia, kondisi ekonomi mereka berada di bawah kata sejahtera. (Kompas.com, 29/5/2021)

Setiap tanggal 29 Mei, Indonesia memperingati Hari Lanjut Usia Nasional (HLUN). Peringatan ini bertujuan untuk memberikan perhatian lebih kepada masyarakat lanjut usia. Penetapan tanggal tersebut sebagai bentuk penghargaan atas peran dari Dr. KRT. Radjiman Widyodiningrat yang memimpin sidang BPUPKI tanggal 29 Mei 1945. Beliau saat itu, anggota paling sepuh.
(detiknews, 27/5/2022)

Sejatinya, peringatan demi peringatan tak mengubah nasib lansia ke arah yang lebih baik. Meskipun diberi bantuan, persoalan lansia tidak akan selesai. Sebab sistem kapitalisme telah berhasil mengikis hati nurani manusia. Naluri kasih sayang dalam keluarga telah terkubur seiring manusia disibukkan dengan urusan dunia. Bagaimana agar ia bisa bertahan di tengah impitan ekonomi yang serba sulit. Inilah kenapa, banyak anak tega menelantarkan orang tuanya karena tak mampu menghidupi dan merawatnya.

Tak hanya itu, dalam sistem sekularisme nilai agama pun tergerus. Pendidikan agama di bangku sekolah yang dibatasi waktunya dengan materi yang diajarkan hanya seputar ibadah saja menjadikan tujuan pendidikan mewujudkan manusia yang bertakwa jauh dari harapan. Arus moderasi yang merupakan bagian agenda musuh Islam terus digencarkan di tengah umat Islam. Paham ini melahirkan manusia yang individualis, kapitalistik, dan materialistik yang tidak paham apa itu berbakti kepada kedua orang tua (birul walidain).

Dengan demikian, sistem ini tidak akan pernah mampu mengatasi problem lansia, juga tidak akan bisa memberikan kebahagiaan terhadapnya. Ini berbeda dengan Islam, Islam agama yang sempurna dan paripurna. Kesempurnaannya terlihat dari sisi ajarannya yang tidak hanya mengurusi masalah ibadah tapi aturannya mampu mengatasi persoalan kehidupan manusia. Sebab sistem Islam diturunkan dari pencipta manusia, yaitu Allah Swt.

Dalam Islam negara bertanggung jawab memberikan kesejahteraan dan menciptakan iklim yang kondusif sehingga rakyat akan memahami di mana tanggung jawab mereka agar para lansia bisa bahagia sampai akhir hayatnya. Misalnya, dengan dorongan iman dan berbakti kepada kedua orang tua, seorang anak akan memahami kewajibannya ketika orang tua sudah lanjut dengan merawatnya sebaik mungkin.

Seperti firman Allah Swt., “Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.” (QS Al-Isra’: 23)

Islam tidak hanya memberikan perintah kepada anak agar berbakti kepada kedua orang tua, tapi Islam juga memiliki cara untuk menciptakan lingkungan yang kondusif. Mulai dari lingkungan keluarga, di mana orang tua wajib mengasuh, memperhatikan, dan membimbingnya. Negara menyediakan sekolah untuk mewujudkan anak didiknya memiliki syakhsiyah Islamiyah sehingga sejak kecil akan terjauhkan dari pemahaman asing dan tertanam dalam jiwa dan benaknya berbakti kepada orang tua.

Negara memberikan sanksi yang tegas kepada orang tua yang tidak mendidik dan menelantarkan anak, begitu juga sebaliknya anak pun akan diberikan sanksi jika dengan sengaja membuang orang tuanya. Jika kondisi si anak tidak mampu merawatnya dengan alasan syar'i maka kewajiban tersebut beralih kepada keluarga besarnya. Namun, apabila tidak mampu juga, maka negara akan mengambil alih sehingga semua kebutuhannya tercukupi.

Inilah konsep Islam dalam mengatasi problem lansia. Masalah ini akan terselesaikan dengan tuntas sampai ke akarnya, manakala negara menerapkan Islam secara sempurna. Problem lansia tidak bisa diselesaikan hanya dengan memperingatinya tiap tahun lalu memberikan penghargaan serta bantuan secara persial.

Oleh karena itu, marilah kita memahami dan memperjuangkan Islam secara kafah agar tergambar secara jelas bagaimana kemampuan Islam dalam mengatasi seluruh problem yang dihadapi manusia. Solusi inilah yang dibutuhkan umat manusia saat ini. Wallahu 'alam bishshawab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com
Nining Sarimanah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Tawuran Pelajar, Akibat Derasnya Arus Liberalisasi
Next
Pasar Rakyat dalam Tuntunan Syariat Islam
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram