Kiamat Populasi Dunia, Imbas Racun Kapitalisme

"Kapitalisme telah merusak cara pandang perempuan terhadap institusi keluarga. Resesi seks yang tengah melanda dunia saat ini, merupakan dampak dari ide feminisme yang diperjuangkan oleh kaum liberal dalam sistem kapitalisme. Ide ini telah memaksa para perempuan mengubah pola pikirnya dalam memandang dirinya juga kehidupannya. Ia hanya berfokus bagaimana meningkatkan materi di dunia, dengan kamuflase kata mandiri dan emansipasi."

Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor NarasiPost.com)

NarasiPost.com- Kiamat populasi tengah melanda dunia. Tak hanya di Amerika, negara-negara Asia pun tak luput dari fenomena resesi seks ini, seperti yang terjadi di Singapura, Cina, Jepang, dan Korea Selatan. Banyak negara melaporkan masyarakatnya mengalami resesi seks, sehingga angka kelahiran dalam suatu negara pun menurun drastis. Dalam demografi, istilah tingkat kelahiran atau crude birth rate dari suatu populasi adalah jumlah kelahiran per 1.000 orang tiap tahun.

Jepang mencatat jumlah kelahiran bayi turun menjadi 811.604 pada 2021, turun 2,8% dari tahun 2019 sebelumnya. Jumlah ini merupakan yang terendah sejak pencatatan dimulai pada 1899. Hal sebaliknya, angka kematian penduduk Jepang naik menjadi 1.439.809 jiwa. Tentu hal ini menjadi penyebab turunnya populasi hingga 628.205 jiwa, sebagaimana dilansir dari Reuters Jumat (3/6/2022). Di Korsel, sudah ada persatuan wanita yang menolak norma patriarkal dan bersumpah untuk tidak menikah. Mereka bahkan berjanji tak mau punya anak, bahkan berkencan dan berhubungan seksual.

Dari data terbaru, jumlah pernikahan di Singapura pun turun drastis ke level terendah dalam 34 tahun terakhir. Sementara kelahiran warga juga anjlok ke level terendah selama tujuh tahun. Singapura saat ini menjadi negara dengan angka kelahiran yang sangat rendah. Di tahun 2021, angka kelahiran negara kota itu pun hanya mencapai 1,12 bayi per perempuan. Tentu ini sangatlah rendah jika dibandingkan dengan rata-rata global yang berkisar di angka 2,3.

Fenomena resesi seks pun juga tengah melanda Cina, sehingga menyebabkan penurunan angka kelahiran yang signifikan di negara dengan jumlah penduduk terbanyak di dunia itu. Pada tahun 2021, tercatat angka kelahiran di Cina berada di tingkat terendah sejak 1978, yaitu hanya 8,52 kelahiran per 1.000 orang. Hal ini menyebabkan pemerintah Cina sampai mengeluarkan kebijakan dengan merevisi aturan memiliki anak. Hasilnya, saat ini pasangan di Cina bisa memiliki tiga anak, yang sebelumnya hanya dibatasi satu anak saja.

Di Amerika Serikat sendiri, fenomena rendahnya angka kelahiran ini sudah dimulai sejak 2012. Para peneliti Negeri Paman Sam ini mengungkapkan adanya tren yang tidak biasa, yakni angka orang Amerika yang berhubungan seks berkurang jauh daripada dekade sebelumnya. The Washington Post sempat melaporkan adanya "Kekeringan Seks Amerika Hebat". Mereka mencatat bahwa 23% orang dewasa telah mengaku tidak melakukan hubungan seks dalam satu tahun terakhir. Pria muda yang tinggal di rumah, pengangguran, serta penyimpanan seksual yaitu LGBT turut menjadi pendorong tren ini.

Kapitalisme telah merusak cara pandang perempuan terhadap institusi keluarga. Resesi seks yang tengah melanda dunia saat ini, merupakan dampak dari ide feminisme yang diperjuangkan oleh kaum liberal dalam sistem kapitalisme. Ide ini telah memaksa para perempuan mengubah pola pikirnya dalam memandang dirinya juga kehidupannya. Ia hanya berfokus bagaimana meningkatkan materi di dunia, dengan kamuflase kata mandiri dan emansipasi. Demi hal itu, mereka rela meninggalkan kodratnya sebagai perempuan yang melahirkan generasi, dan mengejar karier meterialistik.

Sistem kapitalisme merupakan sistem buatan manusia yang rusak dan merusak. Sistem ini dipenuhi oleh kepentingan-kepentingan. Jika kapitalisme ini ada di suatu negeri, maka hanya penindasan dan kehancuran yang ada, dan perempuan adalah salah satu korbannya. Sistem kapitalisme adalah sistem yang berpandangan bahwa kehidupan dunia ini adalah dalam rangka memperoleh keuntungan sebesar-besarnya. Hal inilah yang menjadikan manusia dalam sistem ini layaknya sebuah benda. Maka, adalah kewajaran jika para perempuan dalam sistem ini terhina, dijualbelikan, dieksploitasi, karena mereka dianggap sebagai objek bisnis.

Hari ini, perempuan telah diekspos dari sisi kewanitaannya untuk digunakan dalam dunia bisnis dan pertunjukan, seperti dunia iklan yang lebih dari 90 persen mengeksploitasi kaum hawa. Di sisi lain, keluarga sebagai rumah dan tempat berlindung bagi perempuan, seakan sudah tak lagi aman dari kejahatan, termasuk kejahatan seksual, maupun kekerasan dalam rumah tangga, yang dilakukan oleh anggota keluarga sendiri. Hal ini turut menjadi faktor keengganan perempuan untuk menikah dan terikat dalam hubungan pernikahan, serta memiliki anak. Bagi mereka semua itu sangat merepotkan, dan lebih memilih hidup bebas untuk membangun karier, meskipun menerjang batas-batas norma dan agama.

Padahal generasi adalah aset suatu bangsa. Dan banyaknya generasi yang dilahirkan, serta ketahanan keluarga adalah dasar dari kekuatan suatu bangsa. Besarnya demografi akan menjadi kekuatan tersendiri bagi suatu bangsa untuk dapat memimpin di kancah dunia dan disegani oleh negara lain. Sedangkan ketahanan keluarga akan terwujud jika fungsi keluarga dalam memenuhi kebutuhan fisik dan juga psikisnya terpenuhi. Fungsi keluarga itu adalah fungsi ekonomi, edukasi, reproduksi atau naluri memiliki keturunan, naluri beragama, afeksi, proteksi, rekreasi, dan sosial. Dan negara mempunyai peran penting dalam pelaksanaan regenerasi ini, karena negara merupakan penyelenggara sistem ekonomi, sistem pendidikan, dan sistem sosial.

Perempuan dalam Islam

Dalam Islam, perempuan adalah kehormatan yang wajib dijaga dan dimuliakan. Islam sama sekali tak memandang, baik masalah kesetaraan maupun keunggulan antara laki-laki dan perempuan. Islam menetapkan berbagai hak dan kewajiban kepada para perempuan begitupun bagi laki-laki dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban atas pelaksanaannya. Islam tidak membedakan beban hukum antara laki-laki dan perempuan dalam masalah keimanan, dakwah, salat, puasa, zakat, haji, berakhlak mulia, dan lainnya. Di hadapan Allah semua sama, kecuali ketakwaannya. Dan dalam Islam, keluarga pun merupakan fondasi dasar penyebaran dakwah Islam. Bermula dari keluargalah, lahirnya bibit bibit pejuang yang meninggikan kalimat Allah, dan munculnya para pemimpin hebat yang berjihad di jalan Allah. Dan para wanita mempunyai peran terbesar dalam hal ini.

Ketika perempuan sebagai seorang istri, dialah yang bisa membantu suaminya, ketika dalam masa sulit, dialah yang dapat menenangkan suami di kala gundah, ketika suami terpuruk dialah yang akan menyemangatinya. Sungguh besar pengaruh istri bagi seorang suami. Inilah peran utama yang seharusnya dilakukan bagi seorang perempuan. Menjadi seorang pemimpin dengan karier duniawi yang tinggi bukanlah hal yang perlu bagi seorang perempuan. Akan tetapi menjadi pendamping seorang pemimpin, baik pemimpin rumah tangga ataupun lainnya. Dengan membantu, mengarahkan dan menenangkan sang pemimpin, ia akan mendapatkan pahala yang besar jika disertai dengan ketaatan kepada Allah.

Seorang ibulah yang dapat menjadikan anak-anaknya menjadi orang baik ataupun menjadikan anaknya jahat. Baik buruknya seorang anak, banyak dipengaruhi oleh baik atau tidaknya seorang ibu yang mendidik anak-anaknya. Ketika perempuan sebagai seorang ibu, maka itu merupakan kemuliaan terbesar yang Allah berikan kepadanya. Sebagaimana Rasulullah telah bersabda dalam hadis riwayat Al-Bukhari no. 5971 dan Muslim no. 6447, saat menjawab pertanyaan seseorang, “Yaa Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak kumuliakan?” Beliau menjawab, “Ibumu.” Laki-laki itu bertanya lagi, “Siapa lagi yaa Rasulullah?”, “Ibumu”. Kemudian ia bertanya lagi, “lalu siapa?”, “Ibumu” jawab beliau. Ia bertanya lagi “Kemudian siapa lagi?”. “Ayahmu”, jawab beliau.”

Di samping perannya dalam keluarga, perempuan juga bisa mempunyai peran lainnya di dalam masyarakat. Jika ia seorang ahli dalam ilmu agama, maka wajib baginya untuk mendakwahkan ilmunya kepada kaum perempuan lainnya. Begitu pula, jika ia adalah seorang ahli dalam bidang tertentu, maka ia bisa ikut berperan dalam perkara tersebut, meski dengan batas-batas yang disyariatkan dan setelah kewajibannya sebagai istri dan ibu rumah tangga telah ditunaikan.

Perempuan Barat, para pengusung ide feminisme perlu melihat dan mempelajari betapa istimewanya perempuan dalam Islam. Banyak hal yang bisa dilakukan perempuan dalam masyarakat juga negara, ia punya perannya sendiri yang berbeda dari kaum pria. Mereka masih bisa berkarier dan berkarya, tanpa harus meninggalkan dan menanggalkan kodratnya sebagai istri dan ibu generasi. Ia tak akan dieksploitasi sedemikian rupa, tapi akan dimuliakan sesuai fitrahnya. Dan hal itu hanya akan terjadi jika sistem Islamlah yang diterapkan di tengah kehidupan, bukan kapitalisme seperti sekarang ini.

Wallahu a'lam[]


Photo : Pinterest

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aya Ummu Najwa Salah satu Penulis Tim Inti NP
Previous
Demi Konten, Perjalanan Hidup Berujung The End
Next
Fakta LGBT secara Sains
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram