Ketiadaan Perisai Sumber Malapetaka Kaum Muslim

"Sampai kapan pun para penghina Islam akan terus melenggang tanpa rasa takut, sebab didukung oleh iklim sekuler kapitalisme hari ini. Sistem yang begitu mengagungkan kebebasan dalam segala hal, termasuk kebebasan berbicara. Sehingga meski ujaran yang disampaikan melukai bahkan menghina agama lain, semua itu tak mengapa. Kendati telah diberi ganjaran hukum sekalipun tak mampu memberi efek jera."

Oleh. Rahmiani Tiflen, Skep
(Kontributor NarasiPost.Com )

NarasiPost.com-Entah sampai kapan umat Islam bertahan di atas keterpurukan ini. Umat yang dahulu begitu dimuliakan oleh Allah Swt, kini tak ubahnya seperti hidangan lezat yang tengah diperebutkan oleh para ”serigala lapar”. Dan yang paling menyakitkan hati, hinaan itu pun kerap ditujukan kepada kekasih-Nya, junjungan kita baginda Nabi Muhammad saw.

Penghinaan terhadap Nabi Kembali Berulang

Dilansir dari Republika.co.id, (12/06/22) bahwa pihak kepolisian India mengumumkan telah terjadi bentrok massal antara umat Hindu dan muslim di bagian timur India. Peristiwa tersebut pun telah merenggut korban dua remaja pada Jumat, dua hari sebelumnya dan merupakan buntut panjang dari pernyataan kontroversi yang dilayangkan oleh pejabat Bharatiya Janata Party (BJP) berupa penghinaan terhadap Nabi Muhammad saw. Sementara itu, di TKP (tempat kejadian perkara) aparat kepolisian berhasil melepas tembakan guna membubarkan aksi massa di Kota Ranchi, negara bagian Jharkhand. Adapun kedua korban yang tewas saat aksi belum jelas diketahui apa penyebab terbunuhnya, apakah disebabkan oleh pihak kepolisian atau oleh perusuh. Sementara itu, pejabat senior Polisi, Surendra Kumar Jha, mengatakan bahwa 14 petugas polisi pun ikut terluka dalam insiden di Ranchi dan daerah lainnya. Untuk itu, jam malam diberlakukan dan layanan internet ditangguhkan guna menghentikan kerusuhan yang meningkat.

Atas hal itu, Indonesia yang lebih dikenal sebagai negara dengan jumlah penduduk mayoritas muslim pun turut memberi respons terhadap tindakan tersebut beberapa hari sebelumnya, yaitu dengan adanya kecaman dari pemerintah Indonesia terhadap India atas pernyataan pejabatnya yang menebar "islamofobia". Pernyataan tegas tersebut disampaikan melalui cuitan di akun Twitter resmi Kementerian Luar Negeri Indonesia. Tak cukup sampai di situ, sejumlah negara muslim di antaranya Arab Saudi, Kuwait, Bahrain, dan Qatar pun turut melakukan aksi boikot terhadap produk-produk India. (CNBC Indonesia, 07/06/22)

Biang Racun Kebebasan Kapitalisme

Namun, jika menilik lebih jauh, apa mungkin aksi kecaman dan juga boikot yang dilakukan Indonesia dan sejumlah negeri muslim tersebut mampu meredam tindakan penghinaan yang dilakukan para pentolan BPJ? Mengingat hal tersebut bukanlah yang pertama kali dilakukan. Tak cukup lewat penghinaan terhadap baginda Nabi, bahkan beberapa waktu lalu pun ada serangkaian tindakan yang menjurus pada upaya genosida yang dilakukan oleh umat Hindu terhadap kaum muslim India. Salah satu media ideologis internasional menyatakan bahwa umat Hindu dan partai yang berkuasa di India dengan penuh rasa benci terhadap Islam dan kaum muslim telah mendahului tindakan mereka dengan cara menghasut, melecehkan, membunuh, deportasi, hingga penghancuran terhadap masjid, pun memerangi busana muslimah (jilbab dan khimar), serta menyerang berbagai praktik keagamaan yang dilakukan oleh umat Islam.

Tak hanya di India, hampir seluruh belahan dunia hari ini, umat Islam dan ajarannya dijadikan sebagai bahan olok-olok, penghinaan keji hingga para pemeluknya dibantai sedemikian rupa. Misalnya, Palestina dan Al-Quds, Syiria, Pakistan, Pattani, Uighur, dan masih banyak lagi. Dengan demikian, tak cukup rasanya jika negeri-negeri kaum muslim hanya menanggapi tindakan penghinaan tersebut dengan aksi kecaman dan boikot semata. Sebab tindakan tersebut (kecaman dan boikot, red) tak mampu memberi efek jera bahkan lebih cenderung menunjukkan bukti nyata ketidakberdayaan umat Islam dalam memerangi para penghina Rasulullah saw.
Sampai kapan pun para penghina Islam akan terus melenggang tanpa rasa takut, sebab didukung oleh iklim sekuler kapitalisme hari ini. Sistem yang begitu mengagungkan kebebasan dalam segala hal, termasuk kebebasan berbicara. Sehingga meski ujaran yang disampaikan melukai bahkan menghina agama lain, semua itu tak mengapa. Kendati telah diberi ganjaran hukum sekalipun tak mampu memberi efek jera. Justru hate speech semakin tumbuh subur dalam dunia kapitalisme demokrasi.

Upaya Mengembalikan Perisai Umat Harus Lebih Masif

Kerusakan yang tampak di hadapan umat hari ini, kiranya membuka mata hati kita. Bahwa sampai kapan pun musuh-musuh Islam akan senantiasa menjadikan kaum muslim sebagai pesakitan. Tak cukupkah penghinaan demi penghinaan terhadap junjungan kita Rasulullah saw? Sampai kapan lagi umat Islam harus bertahan dalam keterpurukan ini?

Kiranya hanya dengan mengembalikan perisai umat yaitu Khilafah Islamiah, maka segala bentuk penghinaan terhadap Rasulullah saw termasuk perlakuan keji pada diri kaum muslim dapat dihentikan. Oleh sebab itu, sudah selayaknya umat Islam di seluruh dunia bergerak atas dasar akidah yang sahih (Islam) guna meneguhkan kembali posisinya sebagai khairu ummah. Yaitu dengan menempuh jalan dakwah politik secara pemikiran dan berdasar pada metode penerapan ala Rasulullah saw dengan tanpa kekerasan. Hingga mampu mengembalikan muru'ah dan juga kemuliaan Islam serta memberangus para penghina Nabi saw sampai ke akar-akarnya. Sebagaimana firman Allah Swt dalam surat An-Nur ayat 55,

وَعَدَ اللّٰهُ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا مِنْكُمْ وَ عَمِلُوا الصّٰلِحٰتِ لَـيَسْتَخْلِفَـنَّهُمْ فِى الْاَ رْضِ كَمَا اسْتَخْلَفَ الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِهِمْ ۖ وَلَيُمَكِّنَنَّ لَهُمْ دِيْنَهُمُ الَّذِى ارْتَضٰى لَهُمْ وَلَـيُبَدِّلَــنَّهُمْ مِّنْۢ بَعْدِ خَوْفِهِمْ اَمْنًا ۗ يَعْبُدُوْنَنِيْ لَا يُشْرِكُوْنَ بِيْ شَيْـئًــا ۗ وَمَنْ كَفَرَ بَعْدَ ذٰلِكَ فَاُ ولٰٓئِكَ هُمُ الْفٰسِقُوْنَ

“Allah telah menjanjikan kepada orang-orang di antara kamu yang beriman dan yang mengerjakan kebajikan, bahwa Dia sungguh akan menjadikan mereka berkuasa di bumi sebagaimana Dia telah menjadikan orang-orang sebelum mereka berkuasa, dan sungguh Dia akan meneguhkan bagi mereka dengan agama yang telah Dia ridai. Dan Dia benar-benar mengubah (keadaan) mereka, setelah berada dalam ketakutan menjadi aman sentosa. Mereka (tetap) menyembah-Ku dengan tidak menyekutukan-Ku dengan sesuatu pun. Tetapi barang siapa (tetap) kafir setelah (janji) itu, maka mereka itulah orang-orang yang fasik.” (QS. An-Nur 24: Ayat 55)

Wallahu’alam bis showab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Rahmiani. Tiflen, Skep Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Jangan Bermain Prasangka
Next
Pemuda Kerdil atau Pemuda Besar?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram