"Saat ini negara-negara di dunia mengambil kapitalisme yang menjadikan sekularisme sebagai asasnya. Sekularisme sendiri adalah sebuah paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Paham ini yang menjadi akar persoalan di dunia, sebab sekularisme menumbuhsuburkan liberalisme atau kebebasan yang menjadikan manusia hidup bebas tanpa terikat halal haram perbuatan."
Oleh. Ati Nurmala
(Aktivis Dakwah dan Kontributor NarasiPost.com)
NarasiPost.Com-Putaran roda ekonomi dunia belum sepenuhnya pulih pasca hantaman pandemi Covid-19 yang memukul hampir seluruh negara di dunia hingga memicu resesi ekonomi. Badai Covid-19 yang menghilangkan ratusan nyawa dalam sehari itu belum sepenuhnya usai melanda dunia, namun kini sudah disambung terjadinya konflik Rusia dan Ukraina yang kian memperburuk perekonomian banyak negara. Perang antarnegara tersebut semakin memanas sehingga menimbulkan efek domino, yakni memicu hampir 60 negara di dunia mengalami resesi ekonomi.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), resesi ekonomi sendiri merupakan kondisi di mana terjadinya kelesuan dalam kegiatan industri, dagang, dan sebagainya (seolah-olah terhenti), menurunnya (berkurangnya, mundurnya) kegiatan dagang (industri). Dikutip dari Forbes, resesi adalah penurunan signifikan dalam kegiatan ekonomi yang berlangsung secara terus-menerus selama berbulan-bulan atau bahkan bertahun-tahun. Apabila resesi ini terjadi lebih dari dua kuartal akan menjadi depresi ekonomi.
Ancaman krisis pangan, krisis energi dan inflasi adalah penyebab ambruknya sistem ekonomi banyak negara di dunia. Baru-baru ini Presiden RI, Jokowi, menyebut ada sekitar 60 negara yang akan mengalami kemerosotan ekonomi. Beliau mengatakan hal ini terjadi karena faktor dan situasi global yang tidak menentu. Karena itu, beliau mengimbau kepada jajaran pemerintahan agar lebih peka dan bersiap untuk menghadapi situasi buruk itu. Hal ini disampaikan Jokowi dalam pembukaan Rekornaswasin BPKP. Beliau menuturkan, "Bank Dunia, International Monetary Fund (IMF) menyampaikan ada sekitar 60 negara yang akan ambruk ekonominya, 40 di antaranya diperkirakan pasti." tuturnya. (Cnbcindonesia.com, 14/06/2022).
Sejatinya, konflik antara Rusia dan Ukraina tidak hanya berdampak secara fisik, akan tetapi memengaruhi sistem ekonomi global. Sebab saat ini dunia hidup di bawah naungan sistem kapitalisme yang mendewakan materi. Dalam kapitalisme suatu negeri akan bekerja sama dengan negara lain dalam perdagangan, jadi jika perekonomian Rusia dan Ukraina tersebut mengalami kemunduran, maka akan berdampak kepada negara-negara lainnya yang menjalin hubungan dagang dengan mereka. Salah satu ciri sistem kapitalis yakni rentan krisis sebab sangat bergantung kepada negara lain dalam mencukupi kebutuhan rakyatnya. Maka, bisa dikatakan bahwa sistem kapitalis ini menghambat sebuah negara untuk mandiri secara ekonomi, sebab mereka tidak mengelola sendiri hasil alamnya, tapi menyerahkannya kepada asing dan swasta.
Invasi atau aksi militer yang dilakukan Rusia kepada Ukraina tersebut memiliki dampak ekonomi yang sangat serius di antaranya:
Pertama, memengaruhi harga minyak dunia, sebab Rusia adalah penghasil minyak nomor dua setelah AS. JP Morgan memperingatkan bahwa jika sampai aliran minyak Rusia ada yang terganggu oleh krisis, maka harga minyak dunia akan melonjak hingga US$120 per barel.
Kedua, ancaman inflasi banyak negara. Dampak dari konflik ini memicu kenaikan harga yang terus-menerus. Bahkan bukan hanya harga minyak saja yang mengalami lonjakan, tapi energi, aluminium, logam dan paladium juga ikut naik. Jika harga minyak naik lebih dari US$100 per barel, maka tingkat inflasi di Amerika Serikat (AS) bisa naik hingga 10 persen pertahun.
Ketiga, memperlambat pertumbuhan ekonomi. Sejatinya invasi dan peperangan dapat menghambat pertumbuhan ekonomi banyak negara. Oleh sebab itu, Amerika Serikat (AS) mengkhawatirkan ketegangan kedua negara yang mengalami konflik akan berakibat memperburuk pemulihan ekonomi negaranya dan memperburuk inflasi. Jika lonjakan harga minyak dunia sampai menyentuh US$110 per barel, maka PDB AS berkurang sebesar 1 persen. Dampaknya tidak sebesar jika sampai terjadi inflasi, tapi ini masih signifikan dan bahaya, mengingat perekonomian AS belum sepenuhnya pulih akibat hantaman pandemi.
Miris! Dunia kini diambang krisis kronis akibat beberapa faktor, yang paling mencolok adalah dampak dari perang antara Rusia dan Ukraina yang belum mereda. Namun, sangat disayangkan sebab konflik kedua negara tersebut bukan baru bermula. Tetapi konflik Rusia Ukraina telah melewati sejarah panjang sejak puluhan tahun lalu yang tak kunjung terselesaikan. Kobaran api dendam itu telah terjadi bertahun lamanya, namun mirisnya sampai sekarang tak kunjung ada solusi tuntas untuk menyelesaikan permasalah antara kedua negara.
Sejatinya pertempuran yang menghilangkan banyak nyawa antara negara-negara besar tersebut terjadi sebab tatanan kehidupan dunia yang tidak menerapkan syariat Islam. Saat ini negara-negara di dunia mengambil kapitalisme yang menjadikan sekularisme sebagai asasnya. Sekularisme sendiri adalah sebuah paham yang memisahkan agama dari kehidupan. Paham ini yang menjadi akar persoalan di dunia, sebab sekularisme menumbuhsuburkan liberalisme atau kebebasan yang menjadikan manusia hidup bebas tanpa terikat halal haram perbuatan.
Permasalahan ini tidak akan membaik kecuali dengan menerapkan syariat Islam kaffah dan menegakkan negara yang menjadikan Islam sebagai ideologinya, serta menjadikan hukum Allah sebagai landasan untuk menjalankan roda pemerintahan. Daulah Islam akan menyerukan jihad di jalan Allah untuk membela pihak yang lemah agar terlindungi dan pihak yang zalim akan diadili.
Sedangkan dalam menangani krisis ekonomi, daulah Islam mempunyai prinsip yang menjadikan sistem ekonomi Islam antikrisis, prinsip-prinsip tersebut sebagai berikut:
Pertama, sistem ekonomi Islam mengharamkan riba. Baik riba nasi'ah (Pembayaran yang ditangguhkan atau utang), maupun riba fadhl (transaksi barang sejenis, tapi ada imbalan atau tambahan pada salah satu barangnya). Sehingga daulah Islam akan memberhentikan praktik perbankan konvensional berbasis ribawi dan seluruh aktivitas apa pun, baik individu maupun bisnis yang mengandung unsur riba dan tidak sesuai syariat. Hal ini sebagaimana firman Allah dalam QS Al-Baqarah ayat 275,
"Orang-orang yang memakan riba tidak bisa berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan setan karena gila, yang demikian itu karena mereka berkata bahwa jual beli sama dengan riba. Padahal, Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba".
Kedua, negara melarang penjualan komoditas sebelum dikuasai pemiliknya, hingga menjadi haram hukumnya menjual barang yang bukan miliknya. Maka, daulah Islam akan menghapuskan aktivitas bursa dan pasar saham yang dihasilkan dari akad-akad batil tanpa serah terima dari yang bersangkutan dan bisa diperjualbelikan tanpa mengalihkannya dari pemilik yang asli adalah kebatilan dan harus ditinggalkan.
Ketiga, sistem keuangan dalam Daulah Islam berbasis Baitulmal. Negara tidak akan mengambil utang luar negeri sebagai solusi pembiayaan pembangunan, sehingga tidak terjebak dalam utang dan membuat negara memiliki kebebasan dalam memberikan sumber daya alam kepada asing maupun swasta seperti yang terjadi sekarang ini. Dengan menerapkan negara tanpa uutang tersebut, maka akan menghindarkan
Daulah Islam dari politik balas budi atau di setir oleh asing.
Selain itu, daulah Islam membagi tiga pos kepemilikan, yakni pos kepemilikan negara, individu dan umum. Pos kepemilikan umum diperoleh dari pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya alam milik umum atau milik rakyat seperti laut, hutan, sungai, pertambangan dan aset-aset lainnya. Hal ini sebagaimana hadis Rasulullah saw. bahwa, "Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api". (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Sedangkan posisi negara hanya berfungsi sebagai pengelola harta milik umum dan hasilnya akan dikembalikan 100 persen ke dalam Baitulmal untuk kemaslahatan rakyat. Dengan penerapan sistem ekonomi Islam seperti ini menyebabkan kebutuhan pokok masyarakat terpenuhi, baik dari sandang, pangan, papan, maupun kesehatan seperti rumah sakit dan apotik maupun pendidikan seperti sekolah dan fasilitas umum lainnya.
Demikianlah gambaran sistem ekonomi Islam yang antikrisis. Sedangkan kondisi ekonomi yang diatur menggunakan sistem kapitalisme yang notabene adalah buah pikir manusia rentan mengalami krisis. Tapi nahasnya, mayoritas negara di dunia menggunakan kapitalisme sebagai sistem bernegara. Padahal pemerintah dalam sistem kapitalis itu hanya sebatas regulator kebijakan saja, sedangkan yang membuat kebijakan adalah para pengusaha dan pihak-pihak yang berkepentingan. Dalam sistem kapitalis, utang dijadikan sebagai jalan keluar atas setiap permasalahan, padahal dalam Islam negara tidak diperbolehkan untuk melakukan utang luar negeri untuk pembangunan infrastruktur maupun ekonomi, dengan catatan pemasukan negara dari sumber daya alam tidak bisa memenuhi kebutuhan rakyat barulah negara boleh berutang. Itu pun solusi terakhir jika penerapan penarikan pajak kepada orang-orang kaya dalam negeri masih belum juga mencukupi kebutuhan rakyat yang mendesak.
Jika pun Daulah Islam akan melakukan pinjaman, maka pinjaman tersebut harus bersih dari suku bunga atau riba. Dalam negara yang menjadikan Islam sebagai ideologinya atau daulah Islam jarang ditemukan jejak sejarah yang menunjukkan bahwa daulah Islam tersebut mengalami kemunduran dari segi atau faktor ekonominya. Itu terjadi karena Daulah Islam tidak membiarkan pihak mana pun untuk mengelola kekayaan negerinya. Sebab sumber daya alam merupakan jalan keluar terbaik saat krisis ekonomi terjadi. Selain itu, pengelolaan sumber daya alam oleh negara tentu akan menyerap tenaga kerja besar-besaran, hal ini semakin mengokohkan perekonomian daulah Islam yang antikrisis, sebab negara membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya bagi individu masyarakat, khususnya para kepala keluarga. Dengan demikian, jaminan kebutuhan keluarga akan terpenuhi dengan baik.
Selain itu, negara juga akan menyediakan pelayanan kesehatan dan pendidikan secara gratis kepada rakyatnya. Lantas, jika kita sudah mengetahui betapa indah dan paripurnanya sistem Islam yang berasal dari pencipta alam semesta yakni Allah Azza wa Jalla dalam mengatur setiap sendi kehidupan, tidakkah kita rindu untuk hidup di dalamnya?
Wallahu a'lam bishowab.[]