Gaya Pelangi yang Berbeda

"Orang tua harus mempunyai pengetahuan mengenai berbagai gaya berbeda yang ditunjukkan kaum pelangi. Hal ini agar para orang tua dapat melakukan proteksi pada anak-anaknya, agar tidak terjerumus dalam pergaulan dengan kaum pelangi."

Oleh. Rery Kurniawati Danu Iswanto
(Kontributor NarasiPost.Com )

NarasiPost.Com-Pelangi adalah fenomena alamiah yang muncul setelah hujan reda. Jika matahari muncul dan membiaskan cahayanya melewati rintik hujan, maka warna-warni pelangi akan tampak, indah memesona siapa saja yang melihatnya. Sayangnya, pelangi yang indah ini mempunyai konotasi yang tidak indah bahkan menyelisihi syariat (Islam). Warna pelangi dijadikan simbol bagi sekelompok orang yang mempunyai orientasi seksual yang menyimpang yaitu homoseksual. Kelompok ini pun belakangan sering disebut sebagai kaum pelangi.

Sebagaimana makna pelangi yang telah berubah, klasifikasi penyimpangan seksual pun telah berubah. Pada tanggal 17 Mei 1990, organisasi kesehatan dunia telah menghapuskan homoseksual dari daftar klasifikasi internasional tentang penyakit. Selanjutnya, tanggal 17 Mei pun diperingati sebagai hari internasional untuk melawan homofobia, bifobia, dan transfobia. Penetapan gagasan hari internasional ini tidak lain didasarkan pada penerapan hak asasi manusia dan sebagai upaya antidiskriminasi terhadap kelompok tersebut.

Indonesia sebagai negara anggota organisasi kesehatan dunia, meski tidak secara vulgar memperlihatkan dukungannya, tentu mempunyai kewajiban yang sama untuk melaksanakan ketetapan-ketetapan yang telah disepakati organisasi dunia tersebut. Tak ayal, kaum pelangi yang keberadaannya dulu terselubung, kini mudah ditemui di sekitar kita. Jumlah mereka pun tidak sedikit. Meski secara statistik tidak ada data yang pasti, akan tetapi Kementerian Kesehatan RI menyatakan pada tahun 2012 saja sudah terdapat lebih dari 1 juta kaum pelangi (gay) di Indonesia, belum termasuk kelompok lesbian dan transgender. Subhanallah, bahkan organisasinya sudah menyebar di 28 provinsi di Indonesia.

Dengan fenomena gunung es, maka jumlah yang tidak terdeteksi sangat mungkin jauh lebih banyak. Tidak terbayangkan, saat ini mereka tengah beraktivitas dan berbaur dengan masyarakat pada umumnya. Tanpa disadari, banyak dari kita mungkin telah bersinggungan dan melakukan aktivitas bersama. Bagaimana tidak? Mereka memang sangat rapi menyimpan identitas. Jika sedang berada di tempat umum atau keberadaannya di akun sosial media, mereka menggunakan kode atau gaya tertentu untuk mengenali sesama kelompoknya. Gaya yang sangat menonjol adalah penggunaan warna pelangi di latar belakang foto profil sosial media. Contoh lainnya, pria homoseksual sangat suka berfoto dengan telanjang dada atau menggunakan baju terbuka yang memperlihatkan bagian dadanya. Meski tentu saja tidak semua pria yang berfoto dengan dada terbuka adalah seorang homoseksual.

Lain halnya dengan gaya mereka di media sosial, jika sedang berada di tempat umum seperti mall dan tempat rekreasi, mereka pun menggunakan kode tertentu. Misalnya menggunakan gulungan koran/kertas atau kacamata hitam yang diletakkan di bagian badan tertentu. Dengan demikian, mereka akan sangat mudah mengenali sesamanya. Kode dan gaya ini sangat mungkin selalu berubah sesuai kebutuhan mereka. Wallahualam.

Lalu, apa pentingnya mengamati gaya kaum pelangi ini? Bagi kita terutama orang tua yang tidak ingin anak-anaknya terjebak dalam pergaulan kaum pelangi, hal ini menjadi sangat penting. Jumlah mereka yang bertambah pesat, terjadi karena masifnya mereka bereproduksi atau lebih tepatnya bereplikasi. Ya, secara alamiah mereka tidak mungkin menggunakan fungsi reproduksinya untuk menambah keturunan/komunitasnya. Sehingga yang dilakukan adalah dengan mencari bibit-bibit baru salah satunya melalui media sosial. Mereka mempunyai aplikasi khusus yang digunakan untuk dating dan mencari pasangan sesamanya. Jika ada satu akun yang terdeteksi masuk mengakses situs kaum pelangi, terutama akun remaja laki-laki, maka mereka secara masif akan terus melakukan komunikasi, men- stalking, dan akhirnya mengajak bertemu secara langsung. Dengan cara inilah kemudian mereka mereplika sedemikian rupa.

Pasangan orang tua yang tidak boleh dibuka identitasnya menceritakan bahwa mereka mempunyai anak laki-laki yang sangat pintar dan berprestasi. Masa SD, SMP, SMA selalu juara dengan banyak prestasi yang diraihnya. Hingga ia pun mendapat beasiswa untuk kuliah di luar negeri. Bahkan masa S1-nya di luar negeri ditempuh dalam waktu singkat dan sudah menyelesaikan S2 dengan program akselerasi. Luar biasa. Anak laki-laki tersebut tumbuh dan berkembang sebagaimana anak laki-laki pada umumnya, tidak tampak ada kelainan. Akan tetapi, belakangan orang tuanya menyampaikan bahwa ternyata anak mereka sejak SMP mempunyai orientasi homoseksual. Hal ini diawali dari mulainya anak mereka mengakses media sosial yang tanpa disadari masuk ke situs kaum pelangi. Saat ini, sang anak telah dewasa dan bekerja di Singapura dan tentu saja bergabung dengan komunitasnya. Jika sudah demikian, menjadi sangat terlambat bagi orang tua untuk bisa mengembalikannya seperti keadaan semula. Sangat mungkin hal ini juga terjadi pada anak-anak lainnya. Naudzubillahimindzalik.

Oleh karenanya, orang tua harus mempunyai pengetahuan mengenai berbagai gaya berbeda yang ditunjukkan kaum pelangi. Hal ini agar para orang tua dapat melakukan proteksi pada anak-anaknya, agar tidak terjerumus dalam pergaulan dengan kaum pelangi. Sungguh, tanggungjawab orang tua dalam mendidik anak di zaman sekarang menjadi semakin berat. Akan tetapi tanggungjawab ini adalah perintah Allah Swt. sebagaimana firman-Nya dalam QS. At-Tahrim ayat 6, “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu.”

Rasulullah saw. juga telah bersabda bahwa tanggung jawab mendidik anak sepenuhnya adalah tanggungjawab orang tua dan kelak akan dimintai pertanggungjawaban. Dari sahabat Abdullah bin Umar r.a. Rasulullah saw. bersabda, “Didiklah anakmu, karena sesungguhnya engkau akan dimintai pertanggungjawaban mengenai pendidikan dan pengajaran yang telah engkau berikan kepadanya. Dan dia juga akan ditanya mengenai kebaikan dirimu kepadanya serta ketaatannya kepada dirimu (Tuhfah al Maudud)."

Semoga upaya kita menjauhkan anak-anak dari pergaulan dengan kaum pelangi dicatat sebagai tanggung jawab yang baik dan mendapat rida Allah Swt. Wallahualam bishowab.[]


Photo : Canva

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Rery Kurniawati Danu Iswanto Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Orang Tua Terjerat Utang
Next
Eksistensi Milenial Menyikapi Hal Viral 
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram