"Fakta secara sains telah membuktikan bahwa liwath tidak ada kaitannya dengan faktor genetik. Penelitian paling reliable meta analysis dari 2 dataset terbesar untuk riset genetik saat ini menemukan lima basa nukleotida (SNP) pada genom manusia yang terkait dengan perilaku seksual sesama jenis, namun tidak satu pun yang bisa memprediksi orientasi seksualitas seseorang. Artinya, praktik liwath tidak ada hubungan dengan kecenderungan orientasi bawaan lahir."
Oleh. Dealovu
( Kontributor NarasiPost.com )
NarasiPost.com- Maraknya bahasan tentang kaum LGBT (Lesbian, Gay, Biseksual, dan Transgender) melintas luas di berbagai media sosial. Tampaknya bahasan mengenai LGBT ini akan terus menjadi wacana yang menguras perhatian kita karena saat ini LGBT adalah fenomena sosial yang telah menjadi realitas dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Diketahui jumlah kaum LBGT terus mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Data dari Kementerian Kesehatan mengungkapkan bahwa jumlah gay di Indonesia tahun 2012 sudah mencapai 1 juta orang, belum dihitung yang lesbian, biseksual, dan transgender. Jumlah ini naik 37% dari tahun 2009. Lantas, bagaimana fakta sebenarnya terkait LGBT dari segi sains?
Kaum penyuka sesama jenis ini dalam bahasa Arab diistilahkan dengan liwath. Liwath merupakan suatu perilaku yang sangat cepat menular, terutama untuk kaum laki-laki. Seorang laki-laki yang awalnya normal layaknya anak laki-laki biasa, awalnya tertarik dengan lawan jenis, namun bisa tiba-tiba berubah orientasi seksualnya setelah mereka terjangkit perilaku ini. Seorang psikiater, Dr. Fidiansyah, mengatakan bahwa penularannya melaui konsep perubahan perilaku dan pembiasaan.
Banyak yang awalnya hanya menjadi korban, lalu berubah menjadi seorang predator, dan melahirkan korban-korban baru dengan sangat cepat. Bahkan, perilaku ini bisa menyebabkan kecanduan pada seorang laki-laki yang awalnya normal. Hal ini dikarenakan secara biologis, laki-laki memiliki G-spot atau biasa dikenal P-spot yang berada pada prostate gland, letaknya di dalam tubuh dan pangkal alat vital dan hanya bisa distimulus via an*s. Daerah ini memiliki sensitifitas berkali lipat dibanding alat vital bagian luar. Apabila orientasi yang dikejar hanya pada syahwat, konon laki-laki yang pernah merasakan stimulus pada prostate gland, tidak lagi tertarik berhubungan secara hetero.
Data Centers for Disease Control and Prevention mengungkapkan berdasarkan penelitian, hubungan liwath melalui anal (rektum) memiliki risiko 70% lebih besar terinfeksi HIV dan rentan akan infeksi penyakit seksual lainnya. Secara biologi, struktur rektum berbeda dengan alat vital perempuan. Alat vital perempuan dilapisi dengan beberapa lapisan sel epitel yang bertindak sebagai penghalang, sedangkan rektum hanya memiliki satu lapisan sel yang cenderung rapuh dan rentan terhadap kerusakan karena virus atau bakteri. Jaringan rektal juga banyak mengandung sel imun yang disebut sel T CD4. Sel tersebut adalah sel yang menjadi target HIV untuk menginfeksi sel, kemudian HIV akan bereplikasi tak terkendali. Jadi, HIV dapat menyebabkan infeksi dengan cepat ketika masuk melalui rectum. Penelitian in-vivo menggunakan model hewan menunjukkan bahwa dalam waktu satu jam setelah paparan, HIV dapat menembus pertahanan kekebalan garis terdepan tubuh, lalu dalam waktu 24 jam virus dapat menyebar ke seluruh tubuh.
Fakta secara sains telah membuktikan bahwa liwath tidak ada kaitannya dengan faktor genetik. Penelitian paling reliable meta analysis dari 2 dataset terbesar untuk riset genetik saat ini menemukan lima basa nukleotida (SNP) pada genom manusia yang terkait dengan perilaku seksual sesama jenis, namun tidak satu pun yang bisa memprediksi orientasi seksualitas seseorang. Artinya, praktik liwath tidak ada hubungan dengan kecenderungan orientasi bawaan lahir. Selain itu, tidak ada gen tunggal yang memiliki efek besar pada perilaku seksual. Bahkan, kelima SNP yang ditemukan jika digabung, hanya mampu menjelaskan varian <1% efeknya terhadap liwath. Artinya jika dikaitkan dengan genetik pun, praktik liwath ini tetap penentunya disebabkan karena faktor lingkungan. Lantas, apa saja faktor lingkungan penyebab perilaku liwath tersebut?
Faktor pertama ialah pola asuh. Pola asuh menjadi faktor utama dalam perkembangan seorang anak. Saat ini, di tengah sistem kapitalisme yang sedang menjangkit seluruh umat manusia, banyak orang tua yang membunuh fitrah anaknya. Kesalahan pola asuh ini memang merupakan dampak dari sistem yang salah. Contohnya adalah seorang ayah yang tidak terlibat dalam pengasuhan atau ayah yang mendapat citra buruk di dalam keluarga. Hal tersebut membuat anak tidak ingin menjadi seperti ayahnya sehingga sangat rentan bagi anak laki-laki muncul stimulus keperempuanan. Perilaku buruk seorang ayah dapat merusak sistem bawah sadar sehingga anak menolak kelaki-lakian dalam dirinya. Selain itu, banyak juga anak-anak broken home yang tidak mendapat kebahagiaan dalam keluarga sehingga mencari kebahagiaan dari luar lingkungan keluarganya. Selain pola asuh, lingkungan dan teman bergaul juga sangat berpengaruh, terutama pada anak remaja yang tingkat keingintahuannya masih sangat tinggi dalam proses pencarian jati diri. Tak hanya itu, anak yang kecandun pornografi juga rentan terjangkit perilaku liwath. Pornografi mampu merusak bagian otak, tepatnya adalah prefrontalkorteks (PFC). PFC adalah otak yang mengendalikan fungsi kemanusiaan. Pembeda antara manusia dan binatang itu letaknya ada di PFC karena di sini tertanam nilai benar dan salah, baik dan buruk. Jika PFC pada seorang anak ini rusak, maka dia tidak akan bisa lagi membedakan mana yang benar dan mana yang salah. Faktor berikutnya adalah trauma seksual, yaitu ketika seseorang menjadi korban dari para pelaku liwath.
Faktor terakhir dan sangat penting karena menjadi penentu faktor lainnya adalah sistem yang diterapkan. Perilaku liwath merupakan problem sistemis akibat penerapan sistem kebebasan yang diemban oleh seluruh negara, termasuk Indonesia. Seluruh perbuatan didasarkan pada asas suka sama suka. Apakah nantinya hal tersebut berbahaya bagi kesehatan, merusak generasi, atau bahkan merusak agama yang dapat mendatangkan azab, tidaklah dilihat. Makna bahagia dalam sistem ini yaitu apabila seluruh keinginan terpenuhi, termasuk kepuasan syahwat dan kesenangan semu. Namun, telah teranglah bahwa banyak kerusakan akibat praktik liwath, bahkan bagi mereka yang memaksa mencari pembenaran dari segi sains.[]