Ekonomi Kontraksi, Resesi Ekonomi Global Menghantui

“Fundamentalisme yang lemah dari sistem ekonomi kapitalisme telah melahirkan krisis keuangan yang berulang kali terjadi baik ada pandemi, pasca pandemi, ataupun tidak ada pandemi.”

Oleh. Fitria Zakiyatul Fauziyah CH
(Tim Kontributor Tetap NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Pasca pandemi global Covid-19 telah mengantarkan suasana perekonomian global jatuh dalam lubang krisis. Para pengamat ekonomi global maupun nasional, satu sama lain telah menyatakan kekhawatirannya dalam berbagai diksi-diksi prediksional mereka. Meski bisa jadi dengan motif lain, semuanya membawa pada sebuah benang merah yang sama, yakni kemungkinan adanya krisis ekonomi global berat yang tidak dapat dipulihkan dalam waktu yang singkat.

Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebutkan bahwa ekonomi 60 negara di dunia diperkirakan akan ambruk. Terlebih ekonomi 40 negara di antaranya pasti merosot. Pernyataan Jokowi ini mengambil data dari International Monetary Fund (IMF). Bukan berarti Indonesia sedang baik-baik saja, melainkan akan selalu ada tantangan dan hambatan. Bahkan pasca pandemi. Sejarah dunia selalu menampakkan naik turun peradaban satu negeri (liputan6.com, 17/06/2022).

Penyebab Kemerosotan Ekonomi Beberapa Negara

Situasi ini disebabkan oleh pandemi Covid-19 yang belum tuntas, lalu disambung oleh terjadinya perang Rusia dan Ukraina. Banyak negara yang kini harus melawan lonjakan harga energi dan pangan sehingga menjadikan inflasi meroket.

Di sisi lain, Amerika Serikat (AS) juga agresif dalam kenaikan suku bunga rujukan. Pelaku pasar belakangan kian panik akibat dari inflasi AS yang kembali meningkat ke 8,6 persen (yoy). Adanya peluang The Fed untuk menaikkan suku bunga sampai dengan 75 basis poin pada saat pengumuman kebijakan moneter.

CNBC Indonesia menelusuri laporan Bank Dunia yang diucapkan oleh Presiden Joko Widodo. Memang benar ada beberapa negara yang diprediksi akan mengalami resesi. Salah satunya Rusia yang tahun ini diramal -8,9 persen. Lalu Ukraina dengan -45,1 persen, Kirgistan -2 persen dan Moldova -0,4 persen. Amerika Latin juga mengalami kemerosotan ekonomi dibandingkan tahun lalu. Antara Meksiko, Argentina, Kolombia, Chili, El Savador, Paraguay, hingga Peru.

Sementara itu, untuk wilayah Timur Tengah ada negara Lebanon dan Suriah yang mengalami kontraksi, di mana masing-masing keduanya -6,5 persen dan -2,6 persen. Nasib buruk juga diprediksi akan menimpa Maroko. Asia Selatan juga memiliki nasib yang sama. Ada Sri Lanka yang diramal kontraksi 7,8 persen. Sedangkan Maldives dan Pakistan mengalami perlambatan ekonomi.

Faktor Penyebab Ekonomi Global Rentan Krisis

Krisis ekonomi terjadi secara terus-menerus karena pilar-pilar sistem ekonomi kapitalis ini sangat lemah. Ada tiga pilar yang turut menyokong kelemahan sistem ekonomi ini.

Pertama, sistem mata uangnya, yaitu sistem mata yang digunakan ialah uang kertas yang hanya berbasis pada kepercayaan (trust) saja, bukan terletak pada nilai intrinsiknya. Uang kertas Rp100.000,00 nilai intrinsiknya tidak memperoleh nilai sejumlah itu. Sistem kapitalis yang mencengkeram telah melahirkan standar ganda dengan membuat mata uang dolar sebagai standar nilai dan alat transaksi perdagangan internasional. Standar inilah yang menjadi biang penjajahan dan ketidakadilan.

Kedua, sistem utang piutang, yaitu utang piutang yang berdasarkan pada bunga yang bersifat konstan (fixed rate). Sistem utang piutang ini dioperasikan oleh cara kerja perbankan. Utang piutang ini sekarang telah menjadi kebiasaan dari berbagai negara utamanya negara berkembang dan negara dunia ketiga. Pada akhirnya banyak dari negara-negara tersebut yang terbebani dengan teknik utang ini. Termasuk Indonesia yang hampir 25 persen APBN tahunannya untuk membayar cicilan pokok dan bunga utangnya.

Ketiga, investasi asing yang berdasarkan perjudian (speculation). Sistem investasi ini diciptakan dalam sistem pasar modal. Dengan sistem investasi melalui pasar modal atau pasar saham, maka para investor asing dengan mudah dapat mengakses perusahaan-perusahaan vital sebuah negara. Caranya dengan memainkan uang mereka, dalam kurun waktu tertentu mereka bisa membeli saham perusahaan bagus dan menjual kembali pada saat nilainya menguntungkan. Maka tidak heran bila inilah metode perusahaan multinasional untuk meraup dan mengeksploitasi secara bengis sumber daya alam sebuah negara.

Fundamentalisme yang lemah dari sistem ekonomi kapitalisme telah melahirkan krisis keuangan yang berulang kali terjadi baik ada pandemi, pasca pandemi, ataupun tidak ada pandemi. Inflasi uang akibat harga barang yang melonjak naik akibat kelangkaan (scarcity), utang piutang pokok dan bunga yang harus dibayar, nilai tukar dolar dan kekayaan negara diisap melalui kedok investasi akan terus melemahkan perekonomian dan menjatuhkannya dalam kubangan kehancuran. Time will tell.

Berbicara tentang krisis ekonomi tentunya akan berpengaruh pada ambruknya sektor finansial. Krisis finansial ini sangat berpengaruh pada ambruknya perekonomian banyak negara, termasuk negara-negara maju.

Penyelamatan Ekonomi dalam Islam

Sistem ekonomi Islam dengan penerapannya akan mampu menghentikan krisis ekonomi global serta menjamin kesejahteraan bagi seluruh umat manusia. Di antara prinsip ekonomi Islam untuk menciptakan hal tersebut ialah:

Pertama, menjalankan politik ekonomi Islam. Politik ekonomi Islam berorientasi untuk menjamin pemenuhan dasar setiap warga negara (baik muslim ataupun nonmuslim) sekaligus dengan mendorong mereka, sehingga dapat memenuhi kebutuhan sekunder dan tersier sesuai dengan kemampuan individu yang hidup di tengah-tengah masyarakat tertentu.

Kedua, mengakhiri dominasi dolar dengan sistem moneter berlandaskan dinar dan dirham yang tidak berpangku tangan pada mata uang lain agar bebas dari krisis moneter. Beberapa keunggulan sistem dinar dan dirham di antaranya, yaitu dinar-dirham merupakan alat transaksi yang adil bagi semua pihak, tertakar dan tingkat stabilitasnya terjaga, setiap mata uang emas yang digunakan di dunia ditetapkan dengan basis emas. Sehingga memudahkan arus barang, uang dan orang, maka akan hilang persoalan kelangkaan mata uang kuat (hard currency) dan dominasinya.

Ketiga, tidak menoleransi sektor nonriil yang membuat uang sebagai komoditas. Sektor ini, selain hukumnya haram karena mengandung unsur riba dan judi, juga mengakibatkan sektor riil tidak bisa berjalan secara maksimal. Inilah penyebab utama dari krisis keuangan dunia. Uang hanya menjadi alat tukar dalam perekonomian. Oleh karena itu, tatkala sektor ini ditutup, maka semua uang akan berputar di sektor riil sehingga ekonomi akan bergerak secara optimal.

Keempat, mengatur sistem pemilikan sesuai dengan syariat Islam. Dalam sistem ekonomi Islam terdapat tiga jenis kepemilikan, yaitu kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan negara. Seluruh barang yang dibutuhkan oleh masyarakat luas dan tiap-tiapnya saling membutuhkan, dalam Islam, termasuk sebagai barang kepemilikan umum. Benda-benda tersebut terlihat dalam tiga hal, yakni fasilitas umum, barang tambang yang tidak terbatas, dan sumber daya alam yang pembentukannya bersifat menghalangi untuk individu miliki. Kepemilikan umum ini wajib dikelola sepenuhnya oleh negara dan haram untuk diprivatisasi.

Kelima, mengurus sumber daya alam secara adil dan merata. Dalam sistem Islam, negara wajib mencegah upaya negara-negara imperialis untuk menguasai SDA. Sehingga dengan adanya pengelolaan ini, tidak sekadar berkontribusi pada keamanan penyediaan komoditas pokok untuk keperluan perekonomian, namun juga menjadi sumber pemasukan negara yang sangat banyak.

Inilah potret Islam dalam menuntaskan permasalahan pada aspek ekonomi. Sistem ekonomi yang datangnya dari Allah akan mewujudkan ekonomi yang tumbuh dan berkembang secara stabil, bebas krisis, serta berkeadilan. Ketika Islam diterapkan, maka Allah akan mencurahkan berkah dari langit dan bumi. Sebagaimana dalam Al-Qur'an surah Al-A'raf ayat 96 Allah Swt. berfirman yang artinya: “Kalau sekiranya penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, pasti Kami akan mencurahkan pada mereka berkah dari langit dan bumi, akan tetapi mereka mengingkari (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka yang disebabkan oleh perbuatannya.”

Wallahu a'lam bish-shawwab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Fitria Zakiyatul Fauziyah CH Kontributor NarasiPost.Com dan Mahasiswi STEI Hamfara Yogyakarta
Previous
Uang Gaji Tak Tersisa
Next
Produk Rekayasa Genetika, Berbahaya?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
langgi
1 year ago

pemerintah maupun masyarakat secara individu dapat melakukan langkah preventif maupun pencegahan terhadap dampak dari resesi ekonomi sehingga nantinya tidak terlalu merasakan kesulitan ketika resesi ekonomi mulai melanda

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram