"Reformasi sosial yang mengubah kehidupan wanita Arab Saudi harus menjadi fokus perhatian para wanita muslimah di seluruh dunia. Tentu kita tidak ingin berbagai "pesanan" Barat direalisasikan dengan mudah tanpa ada perlawanan. Jika Barat memandang perempuan harus diberdayakan demi kepentingannya, maka seharusnya perempuan yang telah dimuliakan dengan Islam secara sadar mengambil peran untuk melawan aksi-aksi Barat melalui ide-ide sesatnya yang menyimpang."
Oleh. Miladiah al-Qibthiyah
(Wakil RedPel NarasiPost.Com)
NarasiPost.com-Seolah dilanda gempa bumi dahsyat, dunia Islam kembali berguncang akibat reformasi sosial yang didorong oleh Putra Mahkota Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman, yang mengeluarkan kebijakan kewajiban pemakaian hijab yang tak lagi diberlakukan alias dicabut. Sejak itu, berbagai tren rambut pun dilirik banyak orang, khususnya para wanita di Riyadh.
Reformasi Arab Saudi tentu saja membuka peluang kebebasan seluas-luasnya kepada para wanita sebab tak lagi terikat dengan aturan yang dinilai mengekang hak asasi perempuan dalam berekspresi. Di sepanjang jalan Riyadh telah banyak dijumpai wanita dengan rambut pendek. Lebih parahnya, mereka menamai tren rambut tersebut dengan nama 'Inggris Boy'. (detik.com, 24/06/2022)
Kerajaan Saudi yang mereformasi kehidupan wanita Arab juga melonggarkan kebijakan paspor dan bepergian ke luar negeri tanpa izin kerabat laki-laki, untuk seorang wanita. Mencuatnya statement "Orang suka melihat feminitas dalam penampilan wanita," dianggap sebagai sebuah perisai yang melindunginya dari orang-orang plus memberi kekuatan. Pengaruh budaya liberalisme di dunia Islam bak penyakit kanker dengan cepat menggerogoti sendi-sendi kehidupan muslim.
Melihat fenomena ini, kaum muslim di seluruh dunia tidak boleh berlagak seperti "Setan yang Bisu". Harus ada upaya untuk menegakkan kembali hak-hak wanita muslimah yang tentu dalam pandangan Islam mereka telah dimuliakan. Salah satu upaya membendung tragedi lepas hijab ini adalah menutup celah kaum feminis mengambil kesempatan mengampanyekan hak-hak perempuan yang lebih luas lagi di Arab Saudi.
Cegah Kaum Feminis
Tragedi lepas hijab di Arab Saudi sudah dipastikan menjadi momen penting untuk mengampanyekan hak-hak perempuan bagi kaum feminis. Lahirnya kaum feminis tentu saja salah satu agenda Barat yang menghendaki muslim moderat menyebarkan dimensi budaya universal (Barat), yakni pengakuan terhadap HAM (termasuk kesetaraan gender dan kebebasan beragama), toleransi terhadap semua agama dalam hal akidah, menentang terorisme (sesuai tafsiran Barat), dan yang lebih utama adalah mendukung sistem demokrasi.
Salah satu lembaga think tank kebijakan global AS, yakni RAND Corporation memandang bahwa kelompok perempuan bisa menjadi komunikator utama penderasan Islam liberal. Dari sini para wanita di dunia Islam dibombardir dengan isu-isu gender yang bisa mendorong mereka memperjuangkan Islam liberal. Mereka mengeklaim perempuan adalah pihak yang paling mudah disetir dengan stigma "wanita menjadi kaku dengan penerapan syariah Islam." Memang dalam hukum Islam terdapat perbedaan signifikan terhadap perempuan dan laki-laki dalam hal kewajiban bekerja, hak waris, pakaian, kepemimpinan, poligami, dll. Hal itu dianggap sebagai bentuk diskriminasi. Oleh karena itu, kaum feminis menuntut kesetaraan gender harus diwujudkan di dunia Islam.
Perlu dipahami bahwa Islam tak senapas dengan feminisme yang melahirkan ide-ide yang menabrak rambu-rambu syariat. Barat yang berambisi besar menguasai peradaban dunia tak kehabisan akal untuk mendobrak pemikiran Islam. Barat, melalui feminisme menggunakan berbagai istilah untuk menyesatkan wanita muslimah, termasuk memberi definisi yang sejatinya memihak kepentingan mereka sebagaimana narasi diskriminasi, hak asasi, toleransi, kemudian memuji mereka sebab dinilai mampu membebaskan mereka dari berbagai bentuk pengekangan terhadap perempuan. Ini semua dilakukan demi memenangkan pertempuran peradaban antara Islam versus Barat.
Kini, Saudi Arabia telah berhasil berada di lingkaran Barat. Kerajaan Saudi pun tak berani mengambil sikap tegas, yang ada justru memberi uluran tangan demi modernisasi di wilayah suci tersebut. Padahal, Allah Swt. mengingatkan umat muslim agar berhati-hati terhadap makar kaum kafir dan mewajibkan umat Islam agar konsisten dalam memutuskan perkara (berhukum) hanya pada syariat-Nya.
Bencana Dunia Islam
Akar masalah yang terjadi di Timur-Tengah adalah sekularisasi dan hegemoni Barat. Derasnya arus sekularisasi di Saudi Arabia tentu akan mengundang bencana bagi dunia Islam. Lemahnya kekuatan politik Saudi menjadi kesempatan bagi Barat untuk semakin mengokohkan cengkeramannya di negeri-negeri muslim.
Narasi sekularisme, liberalisme, HAM, modernisasi menjadi amunisi imperialis Barat untuk melanggengkan kepentingan agenda kolonial mereka di dunia Islam. Bukan hanya itu, Barat juga menggunakan ragam cara kapitalistik untuk menimbulkan kegaduhan dan ketidakstabilan di sektor-sektor penting, seperti politik dan ekonomi. Tujuannya tidak lain untuk melebarkan jalan intervensi atas dunia Islam.
Berbagai narasi menyimpang tersebut menjadi strategi Barat untuk meluapkan bencana yang menghancurkan umat Islam. Barat mengerahkan segenap kekuatan demi melindungi ideologi kapitalisme-sekuler mereka. Hal ini dilakukan semata-mata menghambat laju kebangkitan Islam dan kaum muslim di atas dunia. Mereka membentuk "antek" di wilayah kaum muslim sebagai senjata mematikan untuk menyebarkan slogan-slogan menyesatkan.
Keberadaan antek inilah yang menjadi sumber bencana bagi dunia Islam. Barat akan mempertahankan penguasa agen mereka dan circle pemerintahannya tentu diisi oleh orang-orang munafik, liberalis, oportunistik yang berpura-pura peduli dengan Islam. Padahal, sejatinya merekalah jalan mulus bagi Barat menancapkan hegemoninya di dunia Islam. Mereka dikemas layaknya tokoh Islam yang melindungi hak-hak kaum muslim, namun kenyataannya mereka adalah orang-orang sekuler tulen. Sungguh bencana besar yang membawa kesengsaraan bagi seluruh dunia terlebih dunia Islam saat ini. Barat bersama dengan negara-negara kapitalis lainnya akan terus menjajah dan menjarah negeri-negeri muslim dengan rakus.
Peran Strategis Perempuan
Reformasi sosial yang mengubah kehidupan wanita Arab Saudi harus menjadi fokus perhatian para wanita muslimah di seluruh dunia. Tentu kita tidak ingin berbagai "pesanan" Barat direalisasikan dengan mudah tanpa ada perlawanan. Kebijakan Kerajaan Saudi telah mencederai kehormatan dan kemuliaan muslimah. Jika Barat memandang perempuan harus diberdayakan demi kepentingan mereka, maka seharusnya perempuan yang telah dimuliakan dengan Islam secara sadar mengambil barisan untuk melawan aksi-aksi Barat melalui ide-ide sesatnya yang menyimpang.
Barat telah menuduh syariat Islam sebagai sumber masalah bagi perempuan. Syariat Islam dianggap merenggut kebebasan perempuan di seluruh bidang. Padahal, Islam memberikan ruang yang luas kepada perempuan untuk berkiprah di tengah umat. Dalam aktivitas ekonomi, perdagangan, pertanian, dan lain-lain, perempuan diberikan hak untuk terlibat dan melakukan berbagai transaksi di dalamnya. Dalam politik, Islam memberikan hak pada perempuan untuk mengisi posisi di majlis pengadilan dan punya kewajiban untuk berbaiat kepada pemimpin, seperti halnya laki-laki. Suara perempuan tentunya didengar terlebih dalam persoalan publik.
Maka dari itu, solusi mengeluarkan perempuan dari kondisi buruk yang diklaim Barat bukan terletak pada mudahnya akses kebebasan di ranah publik tanpa terikat aturan. Solusinya adalah terletak pada penerapan aturan Islam yang memiliki visi penjagaan dan perlindungan bagi peran dan fungsi perempuan. Dengan mengambil peran dalam perjuangan penegakan hukum-hukum Islam di bumi, yakni Khilafah serta menyuarakan kebenaran dan menolak kekufuran, maka di sinilah bukti kesetiaan dan loyalitas kaum perempuan kepada Allah dan Rasul-Nya.
Khatimah
Mewujudkan keadilan sejahtera bagi kaum perempuan di era kapitalisme saat ini tentu tidaklah mudah. Namun, jika Khilafah mampu mewujudkan itu, maka keadilan terhadap hak-hak perempuan di dunia insya Allah benar-benar akan terwujud. Kesejahteraan perempuan tidak hanya untuk kalangan wanita umat Islam saja, melainkan juga untuk wanita nonmuslim. Bahkan kesejahteraan itu juga untuk segenap makhluk yang di alam semesta. Itulah sebabnya Islam dikatakan membawa rahmat bagi seluruh alam semesta. Wallaahu a'lam bi ash-ashawab.[]
Photo : Pinterest