"Memang saat ini banyak sekali lansia yang merana. Mereka tidak merasakan kebahagiaan di hari tua. Padahal, mereka telah berkorban untuk anak-anak mereka dalam menggapai cita-cita."
Oleh. Mariyatul Qibtiyah, S.Pd.
(Tim Kontributor Tetap NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Dahulu mungkin kita berdaya
Memaculi bumi dan menoreh semesta
Menjadi pribadi beradab dan berkharisma
Tetapi kini ketika kerapuhan mendera rangka-rangka
Garis lintasan waktu pun tidak selurus pada awalnya
Puisi karya Panji Bhuana ini menggambarkan bagaimana kiprah para lansia di masa muda. Namun, ketika usia senja mulai menyapa, tubuh mereka pun lemah tak berdaya. Jangankan untuk mencangkul, untuk menopang tubuh renta mereka saja, mereka tak mampu.
Namun, bukan berarti mereka kemudian ditinggalkan. Betapa pun, merekalah yang telah membuka jalan bagi kesuksesan kita. Mereka adalah orang-orang yang telah berjuang untuk generasi yang sekarang.
Sejarah Hari Lansia
Agar jasa para lansia itu tak dilupakan, pemerintah pun berinisiatif untuk memberikan perhatian pada para lansia dengan menetapkan tanggal 29 Mei sebagai HLUN (Hari Lanjut Usia Nasional). HLUN diperingati pertama kali pada tahun 1996 di Semarang. Hal ini ditetapkan berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 88 Tahun 2021 tentang Strategi Nasional Kelanjutusiaan. Perpres ini menjadi landasan bagi pemerintah untuk memberikan perhatian khusus kepada para lansia agar mereka mandiri, sejahtera, dan bermartabat.
Tujuan dari diperingatinya hari lansia adalah untuk mengapresiasi semangat serta peran para lansia dalam mempertahankan kemerdekaan. Demikian pula dengan peran mereka dalam mengisi kemerdekaan serta memajukan bangsa.
Semangat untuk mempertahankan kemerdekaan itu salah satunya ditunjukkan oleh Dr. KRT. Radjiman Wedyodiningrat yang memimpin sidang BPUPKI pada tanggal 29 Mei 1945. Saat itu, ia menjadi anggota yang paling sepuh, yang dengan kearifannya memandang pentingnya filosofi dasar negara.
Peringatan HLUN tahun ini diadakan di Kabupaten Tasikmalaya. Ada banyak kegiatan yang dilakukan dalam memperingati HLUN tahun ini. Kegiatan-kegiatan itu adalah layanan kesehatan, renovasi rumah lansia, operasi katarak, pemberian bantuan kursi roda, kacamata, alat bantu dengar, serta tongkat pintar, bantuan sembako, obat-obatan, dan sebagainya. (detik.com, 27/5/2022)
Dalam HLUN ke-26 tahun ini, tema yang diangkat adalah "Lansia Sehat, Indonesia Kuat". Tema ini diangkat karena lansia cenderung mengalami penurunan kualitas kesehatan. Hal ini dapat terjadi karena faktor alamiah, maupun penyakit yang mereka derita.
Dengan meningkatkan layanan kesehatan bagi lansia, diharapkan akan memperbaiki kualitas kesehatan mereka. Dengan demikian akan meningkatkan angka harapan hidup mereka. Peningkatan layanan kesehatan ini ditandai dengan kemudahan dalam mengakses sarana dan prasarana kesehatan, peningkatan asupan gizi, serta berkurangnya angka kesakitan.
Di samping itu, pada umumnya, lansia merupakan kelompok tidak produktif. Mereka tidak lagi bekerja sehingga tidak mampu membiayai hidup mereka. Karena itu, mereka pun bergantung kepada anaknya atau orang yang lebih muda.
Kapitalisme Penyebab Penderitaan Lansia
Pada tahun 2020, jumlah lansia di Indonesia mencapai 28 juta jiwa atau sekitar 10,7 persen dari total penduduk Indonesia. Jumlah ini diperkirakan akan meningkat karena saat ini Indonesia berada pada fase penuaan penduduk (ageing population). Hal ini ditandai dengan semakin banyaknya jumlah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas. (umg.ac.id, 29/5/2022)
Pada tahun 2024, Badan Pusat Statistik memprediksi, jumlah lansia di Indonesia akan meningkat menjadi 20%. Kemudian pada tahun 2050 diperkirakan mencapai 25%. Ini berarti dari empat orang akan ada satu orang lansia.
Sayangnya, sebagian besar dari mereka berada di bawah garis kemiskinan. Di samping itu, banyak juga yang mengalami tindak kekerasan. Mulai dari kekerasan fisik, ekonomi, hingga kekerasan seksual. Data SPHNP (Survei Pengalaman Hidup Nasional Perempuan) menunjukkan bahwa pada tahun 2016, perempuan yang berusia 50-64 tahun yang mengalami kekerasan ekonomi sebesar 17,25%. Sedangkan yang mengalami kekerasan seksual mencapai 24,43%.
Lansia yang bekerja pun tidak sepenuhnya sejahtera. Sebesar 84,29% bekerja di sektor informal. Mayoritas dari mereka mendapat imbalan yang kurang layak. Mereka juga kurang mendapat perlindungan sosial dan tidak terpenuhi hak-hak mereka sebagai pekerja. (blog.jangkau.id, 23/10/2021)
Memang saat ini banyak sekali lansia yang merana. Mereka tidak merasakan kebahagiaan di hari tua. Padahal, mereka telah berkorban untuk anak-anak mereka dalam menggapai cita-cita. Rendahnya kesejahteraan lansia ini tidak terlepas dari sistem yang diterapkan saat ini. Sistem kapitalis telah menjadikan manusia kehilangan nurani. Hanya materi yang menjadi satu-satunya tujuan.
Karena itu, segala sesuatu pun diukur berdasarkan manfaat, yaitu seberapa banyak materi yang akan mereka peroleh. Tidak ada nilai moral maupun spiritual dalam konsep mereka. Padahal, tidak setiap yang dilakukan oleh manusia bertujuan untuk mendapatkan materi. Ada kalanya manusia ingin menunjukkan eksistensi dirinya, sehingga ia berbangga dengan hasil jerih payahnya. Ada pula yang melakukan sesuatu karena aspek sosial ataupun ruhiyah yang tidak mempertimbangkan perolehan materi.
Di samping itu, kapitalisme juga menjadikan distribusi kekayaan berdasarkan harga. Artinya, harga baranglah yang akan menentukan apakah seseorang berhak untuk mendapatkan kekayaan atau tidak. Harga juga yang menentukan
seberapa besar kemampuan seseorang untuk memenuhi kebutuhannya. Karena itu, akan ada anggota masyarakat yang tidak mendapatkan kekayaan karena ketidakmampuannya membeli barang akibat tingginya harga. Hal itu sebagai akibat dari kecilnya pendapatan atau tidak adanya pendapatan sama sekali.
Wajarlah, jika para lansia yang tidak mampu bekerja harus pasrah menerima nasib mereka. Sebab, mereka tidak berinvestasi apa pun dalam proses produksi barang dan jasa. Karena itu, mereka tidak berhak untuk memperoleh kekayaan dalam rangka memenuhi kebutuhan.
Maka, banyak kita jumpai orang tua yang ditinggalkan oleh anak-anaknya di masa tuanya. Ada yang merana sendiri di rumah. Ada pula yang dititipkan di panti jompo. Hal itu karena orang tua dianggap tidak berguna lagi karena tidak menghasilkan apa pun. Bahkan, keberadaan mereka dianggap sebagai beban oleh anak-anaknya.
Di sisi lain, sistem kapitalis juga memberikan kesempatan kepada mereka yang memiliki kekuatan untuk mengumpulkan kekayaan sebanyak-banyaknya. Para pemilik modal akan memproduksi barang yang mendatangkan banyak keuntungan dan memaksa masyarakat untuk membeli produk mereka dengan harga tertentu. Mereka tidak akan memperhatikan apakah hal itu akan menyulitkan masyarakat ataukah tidak. Hal ini dapat kita lihat dari mahalnya harga minyak goreng, BBM, dan sebagainya.
Adanya kekurangan dalam sistem ini, membuat para penguasa berusaha untuk menambalnya. Di antaranya dengan menetapkan harga, memberikan subsidi, memberikan bantuan sosial, dan sebagainya. Misalnya penetapan harga minyak goreng, subsidi pada BBM, serta pemberian bantuan langsung tunai kepada masyarakat yang kurang mampu.
Hal ini jelas tidak menyelesaikan persoalan. Sebab, akar masalahnya belum tersentuh. Akibatnya, solusi yang diberikan tidak pernah benar-benar menyelesaikan masalah.
Islam Menyejahterakan Lansia
Islam mewajibkan kita untuk memenuhi hak-hak para lanjut usia. Hal ini tidak terbatas pada lansia di keluarga kita, tetapi juga semua lansia. Baik mereka termasuk keluarga atau bukan. Ada beberapa kewajiban kita terhadap mereka, yaitu:
Pertama, menghormati dan memuliakan mereka. Rasulullah saw. bersabda dalam hadis riwayat Imam Ahmad dan Tirmidzi,
إن من إجلال الله إكرامَ ذي الشيْبَة المسلم
"Sesungguhnya termasuk pengagungan terhadap Allah adalah memuliakan orang-orang lanjut usia yang muslim."
Bentuk penghormatan itu misalnya berupa ucapan yang baik dan lembut, sapaan yang baik, bersabar mendengarkan cerita mereka, dan sebagainya.
Kedua, mengucapkan salam terlebih dahulu dan mendahulukan mereka.
Ketiga, memperhatikan kondisi kesehatan dan merawat mereka. Semakin tua seseorang, akan semakin lemah kondisi tubuhnya. Hal itu akan memengaruhi kesehatan mereka. Allah Swt. telah mengabarkan hal ini melalui firman-Nya dalam Surah Ar-Rum [30] ayat 54 dan Surah Al-Hajj [22] ayat 5.
Karena itu, kita diperintahkan untuk merawat dan melayani mereka. Tanpa mereka, kita tidak akan pernah lahir ke dunia. Tanpa mereka pula, kita tidak akan berarti apa-apa. Jasa mereka, terutama ibu, tidak akan pernah mampu kita balas, meskipun kita telah merawat mereka di hari tua. Karena itu, dalam surat Luqman [31] ayat 14, Allah Swt. memerintahkan kepada kita untuk berbuat baik kepada orang tua. Termasuk dalam hal ini adalah memberi nafkah kepada orang tua yang tidak mampu lagi untuk bekerja.
Keempat, mendoakan dan memohonkan ampun untuk mereka.
Ini adalah kewajiban individu terhadap para orang tua yang telah ditetapkan oleh Islam. Kewajiban ini tidak akan dilaksanakan dengan baik jika tidak didukung oleh negara. Misalnya, kewajiban merawat orang tua tidak akan terlaksana jika si anak tidak memiliki pekerjaan. Demikian pula, jika fasilitas kesehatan tidak memadai.
Karena itu, kewajiban negaralah untuk menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka yang harus menanggung nafkah. Jika ternyata mereka yang berkewajiban tidak mampu menafkahi orang tua, maka negara yang harus menanggung nafkahnya. Dana untuk itu dapat diambilkan dari Baitulmal.
Demikian pula, negara harus memberikan layanan kesehatan yang lengkap dan gratis. Layanan kesehatan yang lengkap akan memudahkan anak-anak dalam merawat orang tua mereka. Di samping itu, sarana dan prasarana kesehatan itu harus mudah dijangkau oleh masyarakat.
Demikianlah, Islam telah mengatur berbagai hal agar para lansia dapat hidup bahagia. Dengan dijalankannya hukum syarak yang berkaitan dengan ini, maka membahagiakan orang tua tidaklah sesulit yang dilakukan seperti saat ini. Dengan demikian, negara akan siap menghadapi ageing population. Pada saat yang sama, para para lansia akan berbahagia menikmati hari tua mereka.
Wallaahu a'lam bishshawaab.[]
Photo : Pinterest
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirm tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]