"Tidak mungkin berkumpul iman dan kafir dalam hati seseorang, dan tidak mungkin pula berkumpul sifat jujur dan dusta padanya sekaligus, sebagaimana tidak mungkin berkumpul sifat khianat dan amanah padanya secara bersamaan.” (HR Ahmad)
Oleh. Dwi Nesa Maulani (Komunitas Pena Cendekia)
NarasiPost.Com-Publik kembali dikejutkan dengan adanya pemberitaan 97.000 PNS fiktif. Setiap bulan PNS fiktif sebanyak itu menerima gaji dan dana pensiun. Tetapi orangnya gaib alias tidak ada. Informasi ini disampaikan oleh Kepala Badan Kepegawaian Negara (BKN), Bima Haria Wibisana, dalam tayangan YouTube Pengumuman BKN Kick Off Meeting Pemutakhiran Data Mandiri hari Senin (24/5). (okezone.com, 29/5/2021)
Bima menuturkan bahwa dirinya telah menemukan hampir 97.000 PNS fiktif sejak pemutakhiran data yang kedua yaitu pada tahun 2014. Sedangkan pemutakhiran data pertama kali, yaitu pada tahun 2002. Artinya PNS fiktif sudah ada sejak tahun 2002, penemuannya pada tahun 2014, dan baru diungkap pada tahun 2021. Sungguh luar biasa bukan?
Mari kita hitung kerugian negara yang diperoleh. Andaikan dirata-rata gaji yang dibayarkan sebesar Rp3 juta dikali 97.000 hasilnya Rp 29,1 milyar perbulan. Jumlah tersebut jika dikalikan selama sembilan belas tahun (2002 sampai 2021) hasilnya Rp 6,64 triliun lebih. Jumlah yang fantastis. Uang sebanyak itu akan lebih bermanfaat jika digunakan dengan baik, seperti mengentaskan kemiskinan, membangun infrastruktur jalan, jembatan, dana pendidikan, dan sebagainya. Tetapi lagi-lagi uang sebanyak itu menguap sia-sia. Uang negara raib demi menggaji orang siluman.
Bukan kali ini saja adanya data fiktif. Dulu pernah terungkap juga adanya desa fiktif. Desa tersebut menerima dana desa seperti desa-desa nyata pada umumnya. Lalu ke mana aliran uang dari yang fiktif-fiktif itu bermuara? Terkait kasus PNS fiktif ini masih dalam penyelidikan.
Kasus seperti ini tentu tak boleh dibiarkan berlarut-larut karena bisa merugikan negara. Jika kasus ini penyebabnya adalah kelalaian orang yang tidak menjalankan tugasnya dengan baik, atau terjadi kemalasan menahun dan bersifat sistemik mulai dari pejabat hingga pegawai, maka harus segera diatasi. Bisa dimaklumi jika kelalaian itu hanya sekali. Tapi jika lalai terus-menerus sampai pada level kronis, berarti ada masalah dalam diri seseorang. Menganggap sepele tugas dan kewajiban, berarti ada masalah dengan keimanan.
Dan jika kasus ini penyebabnya adalah adanya unsur kesengajaan, artinya ada mafia yang memelihara PNS hantu ini, maka hal ini juga perlu diungkap dan butuh penyelesaian segera. Mengingat PNS fiktif ini sudah lama diketahui, namun dibiarkan begitu saja tidak segera diselesaikan. Menurut peneliti Indonesia Corruption Watch (ICW), Almas Sjafrina, bahwa jika betul ada ASN (aparatur sipil negara) fiktif selama ini mendapatkan gaji dari pemerintah, ini rasanya tidak mungkin hanya kesalahan data, tidak mungkin hanya kesalahan sistem. Almas menduga ada mafia di balik kasus ini.
Dari kemungkinan penyebab adanya PNS fiktif, baik karena kelalaian manusia dalam mengelola data maupun karena adanya mafia, keduanya sama-sama disebabkan satu hal, yaitu tidak amanah.
Amanah masih seakar dengan iman. Yang berarti sikap amanah berkorelasi erat dengan keimanan. Orang beriman pasti amanah. Dan sebaliknya orang yang tidak amanah pasti tidak beriman meskipun lidahnya berucap iman dan KTP nya tertulis agama Islam.
Allah Swt berfirman,“ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghianati Allah dan Rasul (Muhammad), dan (juga) janganlah kamu menghianati amanah-amanah yang dipercayakan kepadamu, sedangkan kamu mengetahui." (TQS Al Anfal:27)
Sikap amanah yang dimiliki seseorang bisa dijadikan tolok ukur di dalam menjalankan tugas yang diembannya. Sebaliknya, suatu urusan yang diserahkan kepada orang yang tidak amanah, maka urusan itu akan berantakan.
Rasulullah Muhammad Saw bersabda, "Apabila amanah telah disiasiakan, tunggulah saat kehancurannya.” (HR Bukhari)
Lawan dari amanah adalah khianat. Sikap khianat amat berbahaya bila berkembang dalam kehidupan suatu masyarakat. Sikap ini merugikan orang yang dikhianati dan pelakunya. Apabila sikap khianat melekat pada seseorang, berarti saat itu telah lepas darinya sikap amanah. Nabi Muhammad Saw bersabda,
“ Tidak mungkin berkumpul iman dan kafir dalam hati seseorang, dan tidak mungkin pula berkumpul sifat jujur dan dusta padanya sekaligus, sebagaimana tidak mungkin berkumpul sifat khianat dan amanah padanya secara bersamaan.” (HR Ahmad)
Yang menjadi masalah hari ini adalah banyak sekali orang yang tidak amanah baik mereka yang diserahi tugas adminstratif hingga mereka yang berkuasa. Semua telah terjangkiti sekularisme (memisahkan agama dari kehidupan), sehingga agama dipakai untuk ibadah salat dan puasa saja. Selain itu, agama tak dihadirkan dalam setiap aktivitas maupun menjalankan tugas. Wajar jika sikap amanah tak dimiliki oleh sebagian besar umat yang hidup di zaman sekuler ini.
Meskipun orangnya diganti, tak bisa menjamin kasus-kasus data fiktif semacam ini tak akan terulang lagi. Bukankah PNS fiktif ini sudah ada sejak bertahun-tahun lamanya? Sudah berganti pula penguasanya. Namun masih saja ada kesalahan data. Memang sebaiknya sekularisme kita campakkan saja. Agar hidup lebih berkah.[]
Photo : Pinterest
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]