"Ideologi bukanlah nilai, namun sebuah pandangan dalam kehidupan, dari pandangan tersebut muncul peraturan-peraturan yang digunakan dengan mengacu pada pandangan ideologinya. Indonesia yang mengaku berideologikan Pancasila, dengan gencar membela eksistensinya, namun terkadang mereka menutup mata dan telinga"
Oleh. Dia Dwi Arista
NarasiPost.Com-Presiden Joko Widodo menyinggung tentang ideologi transnasional radikal saat memberikan amanat dalam Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila di Istana Negara. Ia mengaitkan ideologi transnasional dengan hadirnya 5G. dengan adanya konektivitas 5G, ideologi transnasional radikal akan segera mencapai seluruh pelosok masyarakat. (republika.co.id, 01/06/2021).
Juru bicara Presiden, Fajroel Rachman ketika ditanya tentang maksud Presiden dengan ideologi transnasional radikal, menegaskan bahwa yang dimaksud Presiden adalah ‘ideologi anti kebangsaan/nasionalisme. Lebih jauh, dikutip dari cnnindonesia.com (01-06-2021) Fajroel memberi contoh terkait dengan ideologi transnasional radikal adalah seperti HTI (Hizbut Tahrir Indonesia).
Namun, pengamat politik Universitas Negeri Jakarta (UNJ), Ubeidillah Badrun menduga Presiden Joko Widodo asal bicara mengenai ideologi transnasional. Ia pun menjelaskan bahwa pemerintah sekarang juga sedang menggunakan ideologi transnasional, seperti Liberalisme dan Noeliberalisme.
Indonesia Terpapar Ideologi Transnasional
Dalam kitab Nidzam Al-Islam, Syaikh Taqiyyuddin Annabhani menjelaskan tentang Ideologi/Mabda, yaitu, Aqidah Aqliyah yang melahirkan peraturan. Lebih jelasnya, ideologi adalah pemikiran menyeluruh tentang alam semesta, manusia, dan hidup, serta tentang apa yang ada sebelum dan sesudah kehidupan, dan hubungan kehidupan dengan sebelum dan sesudah kehidupan.
Ideologi bukanlah nilai, namun sebuah pandangan dalam kehidupan, dari pandangan tersebut muncul peraturan-peraturan yang digunakan dengan mengacu pada pandangan ideologinya. Indonesia yang mengaku berideologikan Pancasila, dengan gencar membela eksistensinya, namun terkadang mereka menutup mata dan telinga. Penjabaran pancasila menjadi ideologi pun masih diperdebatkan. Lantaran Pancasila hanya berisi nilai-nilai.
Ditambah dengan penerapan peraturan di Indonesia jauh dari nilai-nilai pancasila itu sendiri. Yang ada, peraturan yang dihasilkan oleh pemerintah semua condong pada Sekularisme dan Kapitalisme. Yang paling kentara dari penerapan keduanya adalah dalam bidang ekonomi.
Sekularisme dan Kapitalisme adalah ideologi yang dianut sebagian, bahkan hampir seluruh negara di dunia. Ideologi ini lahir dari peradaban Barat yang rusak, hingga memunculkan konflik antara agama dan kehidupan. Hasilnya, muncul kompromi memisahkan agama dari kehidupan. Agama tidak punya panggung dalam kehidupan. Agama hanya ditempatkan dalam rumah ibadah saja.
Ideologi Kapitalisme yang sekarang digawangi oleh Amerika Serikat sebagai negara penguasa, semakin menancapkan nilai-nilai dan aturannya dalam sendi negara-negara pengikutnya. Tersebarnya ideologi ini, tak jarang malah membuat prahara pada negara pengikut. Karena hidup diatur kapitalisme bagai hidup dalam hutan belantara, yang kuat yang berkuasa.
Tentu, dalam hal ini, bukan kekuatan fisik yang diperhitungkan. Tapi kekuatan kapital, yakni modal. Orang yang mempunyai modal besar dengan mudah memakan pemodal kecil, menggerusnya hingga remahan terakhir. Dengan kapital besar juga memudahkan dalam urusan jual beli hukum. Dengan kata lain, tak punya uang tak berhak hidup nyaman.
Selain dari bidang ekonomi yang menggunakan kapitalisme, dari sisi kehidupan lainnya juga terpapar dengan pemikiran sekularisme. Hedonisme, Liberalisme bahkan Individualisme pun sedang menggali tempatnya. Menancapkan akar sedalam-dalamnya dalam sendi kehidupan manusia. Inilah realitas bahwa Indonesia bukanlah menggunakan ideologi nusantara, Pancasila. Namun, Indonesia juga terpapar ideologi transnasional berupa Kapitalisme.
Pernyataan Presiden Joko Widodo dalam Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila di Istana Negara , bukan hanya ideologi transnasional biasa. Tapi, ditambahi dengan kata ‘radikal’. Seperti kita tahu, sudah menjadi rahasia umum jika negara dengan penduduk muslim terbesar ini mengidap fobia akut terhadap ajaran Islam. Sesuai dengan penjelasan Jubir Presiden, Fajroel Rachman bahwa Presiden menjelaskan tentang ideologi transnasional yang berbasis Islam.
Apalagi ditambahi dengan contoh penyebutan nama Ormas yang dibubarkan pemerintah dengan paksa, Hizbut Tahrir Indonesia yang mengusung Islam sebagai ideologi. Dari situ semakin memperjelas, jika pemerintah anti dengan ideologi Islam yang diterapkan dalam bentuk pemerintahan Khilafah.
Menilik dua ideologi yang terkait dengan Indonesia, masing-masing ideologi mempunyai sejarah panjang. Kapitalisme yang digunakan dunia saat ini adalah produk dari pemikiran jenius manusia, hingga bisa menciptakan sebuah ide dasar bagi kehidupan. Namun, dilihat dari penciptanya adalah manusia itu sendiri, dimana manusia adalah makhluk yang lemah, terbatas, dan serba kekurangan, maka produk yang dihasilkan tidak jauh dari penciptanya. Ideologi ini bisa ditarik ulur sesuai kepentingan dari pemakainya.
Sedangkan ideologi Islam, berasal dari Sang Pencipta, Allah Swt. Dengan sifat-sifat sempurna, Maha Tahu dan Maha Mengatur. Penerapan ideologi Islam pun sudah terbukti mampu menciptakan perabadan luhur. Islam telah diterapkan selama 13 abad, dimulai dari masa Nabi Muhammad Saw di Madinah, hingga berakhir di Turki Utsmani pada tahun 1924 M.
Masyarakat dijamin kesejahteraan dan keamanannya, pendidikan dan kesehatan berbiaya murah bahkan gratis, perpustakaan dan universitas mendunia, bahkan, bangunan-bangunan bersejarah yang bernilai artistik fantastis juga dapat ditemukan dalam peradaban Islam. Tak lupa dengan penemuan di segala bidang, turut menambah daftar panjang sumbangan peradaban Islam pada dunia.
Di sisi lain, kapitalisme diterapkan semenjak runtuhnya Khilafah pada tahun 1924 M, belum genap 100 tahun merajai dunia, krisis ekonomi sering terjadi, terguncang dengan pondasi riba. Kemudian berakhir dengan menambah daftar kemiskinan baru. Pendidikan dan kesehatan yang mahal menjadi makanan sehari-hari masyarakat. Bahkan karena kemiskinan yang struktural tercipta dari penerapan kapitalisme, angka gizi buruk dan stunting terus bertambah.
Peradaban yang diciptakan kapitalisme adalah peradaban serba hedonistik, permisif, dan individualis. Menciptakan jurang menganga pada lapisan masyarakat. Liberalisme yang diusung oleh ideologi ini juga tak lupa mengambil peran dalam merusak generasi dengan kehidupan bebas. Berujung pada abainya mereka menata kehidupan dengan norma agama.
Kedua ideologi ini, ditambah dengan ideologi Sosialisme, adalah ideologi yang pernah diterapkan dalam masyarakat dunia. Namun eksistensi dan kualitas dari ideologi Kapitalisme dan Sosialisme terbukti sangat rendah. Berbanding terbalik dengan ideologi Islam yang mampu bertahan hingga 13 abad tanpa krisis ekonomi yang berarti. Justru menorehkan segudang prestasi yang mensejahterakan rakyat. Dengan adanya ideologi serba komplit seperti Islam, masihkah kita ragu menerapkannya? Allahu a’lam bis-showwab.[]
Photo : Google
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]