Waspada Varian Baru Menyapa, Siagakah Negara?

"Islam tidak hanya berbicara persoalan ibadah semata. Melainkan, aturan yang terpancar dari akidah Islam mampu mengatasi setiap persoalan yang dihadapi manusia termasuk masalah virus yang tengah melanda dunia. Covid-19 termasuk jenis penyakit berbahaya dan mudah menular sehingga dibutuhkan kebijakan karantina. Keputusan tersebut harus dilakukan agar virus tidak menyebar dengan cepat."

Oleh. Nining Sarimanah
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Tiga tahun lamanya akibat pandemi Covid-19, kaum muslim tidak bisa leluasa pulang kampung untuk meluapkan rasa rindu pada orang tua maupun saudara. Namun, seiring dengan dibukanya kelonggaran mobilitas masyarakat, momen Idulfitri tahun ini, umat Islam bersukacita karena bisa leluasa mudik untuk merayakan Lebaran. Di tengah hiruk pikuk perayaan hari raya, tak disangka Covid-19 masih bergentayangan mengintai rakyat Indonesia. Tentu saja kondisi ini menunjukkan bahwa masyarakat masih dalam bahaya. Lalu, mampukah pemerintah mengatasi serangan Covid-19 kali ini?

Subvarian Baru

Menurut WHO, Arcturus disebut subvarian Omicron XBB.1.16. Virus ini telah menyebar di 22 negara, termasuk India, Inggris, Amerika Serikat, dan Indonesia. Pada April 2023, varian baru ini menjadi penyebab meningkatnya kasus Covid-19 di India. Dikutip dari The Independent, Kementerian Kesehatan India melaporkan per 12 April kasus Covid-19 aktif sebanyak 40.215 dan dalam satu hari angka ini naik 3.122.

Para ilmuwan di Universitas Tokyo mengamati bahwa varian Arcturus jauh lebih kebal terhadap antibodi yang masih ada di tubuh dari infeksi Covid-19 sebelumnya. Kemudian, jika dibandingkan antara subvarian Kraken dan Arcturus menunjukkan kalau varian baru ini bisa menyebar 1,17 hingga 1,27 kali lebih efisien dari kerabatnya. (Kompas.com, 14/4/2023)

Seiring dengan meningkatnya kasus Covid-19 khususnya di India dan Singapura, dr. Mohammad Syahril, juru bicara Kementerian Kesehatan mengimbau pada masyarakat agar aktif kembali menggunakan masker terutama orang yang kontak erat dengan yang sakit, bagi yang sakit flu, dan jika kita berada di kerumunan dan keramaian, serta menjalani hidup sehat untuk mencegah terjadinya potensi lonjakan kasus pada kelompok yang belum melakukan vaksinasi Covid-19 dan golongan lanjut usia.

Menurut data, angka kematian naik dari 12 menjadi 13 kasus. Kasus aktif pun mengalami kenaikan dari 10.448 menjadi 10.881. Pasien yang dirawat selama rata-rata tujuh hari terakhir naik dari 1.573 menjadi 1.617. Sementara kasus baru mengalami penurunan dari 1.242 ke 1.145. (Kemkes.go.id, 21/4/2023)

Meski demikian, ternyata negara belum menganggap serius kondisi ini. Kebijakan pemerintah terlihat masih kendor hanya memberikan sebatas imbauan tanpa adanya kejelasan kebijakan sehingga masyarakat masih beraktivitas seperti biasa seolah badai pandemi telah berlalu. Akhirnya, meski di berbagai media berita varian Arcturus sudah muncul, namun mayoritas masyarakat tidak menganggap serius.

Dibutuhkan Kesigapan

"Bagai keledai jatuh pada lubang yang sama" peribahasa ini tampaknya harus menjadi perhatian pemerintah saat ini. Sebab, belajar dari pengalaman, jangan sampai kesalahan dalam penanggulangan terulang kembali. Akibat dari kurang kesigapan pemerintah beberapa waktu lalu, menyisakan duka mendalam. Banyak masyarakat awam juga dari para nakes turut menjadi korban dari keganasan Covid-19. Varian Arcturus yang telah masuk ke Indonesia jangan sampai menjadi badai pandemi yang sama.

Karenanya, pemerintah harus bersikap bijak dalam mengambil keputusan. Tak sekadar imbauan tetapi aksi nyata yang dibutuhkan. Keselamatan atau nyawa satu orang saja sangat berharga, apalagi nyawa seluruh penduduk Indonesia tentu harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah sehingga tidak ada lagi korban yang berjatuhan, baik dari masyarakat awam juga para nakes.

Keputusan sigap yang perlu diambil pemerintah, misalnya melakukan karantina daerah atau bahkan karantina total sesuai tingkat kepentingan. Saat menerapkan karantina, negara wajib menyiapkan dana untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Jika tidak, maka masyarakat akan kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidup selama masa karantina.

Sayangnya, kondisi keuangan negara sedang tidak baik-baik saja. Utang sudah menggunung bahkan APBN sekalipun terancam jadi jaminan utang. Semua itu terjadi karena buah penerapan sistem kapitalisme yang kolaps di tengah pandemi.

Hanya Islam Solusinya

Islam tidak hanya berbicara persoalan ibadah semata. Melainkan, aturan yang terpancar dari akidah Islam mampu mengatasi setiap persoalan yang dihadapi manusia termasuk masalah virus yang tengah melanda dunia. Covid-19 termasuk jenis penyakit berbahaya dan mudah menular sehingga dibutuhkan kebijakan karantina. Keputusan tersebut harus dilakukan agar virus tidak menyebar dengan cepat.

Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim bahwa Rasulullah saw. bersabda,

"Taun (wabah penyakit menular) adalah suatu peringatan dari Allah Swt. untuk menguji hamba-hamba-Nya dari kalangan manusia. Maka, apabila kamu mendengar penyakit itu berjangkit di suatu negeri, maka janganlah kamu masuk ke negeri itu. Dan apabila wabah itu berjangkit di negeri tempat kamu berada, jangan pula kamu lari darinya."

Hadis di atas menegaskan bahwa Rasulullah saw. menerapkan kebijakan karantina di daerah yang terkena penyakit tersebut. Kebijakan itu pun diterapkan oleh Umar bin Khaththab ketika terjadi wabah di Syam, beliau mengurungkan niat untuk mengunjunginya. Hal itu dilakukan agar wabah tersebut tidak menyebar ke negara lain.

Di sisi lain, masyarakat yang berada di karantina tentu membutuhkan asupan logistik agar hajatnya tetap terpenuhi. Maka, di sinilah peran negara dalam melayani masyarakat dengan memberikan bantuan sehingga semua kebutuhan dasar rakyatnya tercukupi dan terjamin. Dengan demikian, meski di daerah karantina mengalami kelumpuhan perputaran roda ekonomi. Namun, hal itu tidak memengaruhi ekonomi negara karena wilayah yang tidak terdampak karantina, roda ekonomi terus berjalan.

Sementara itu, negara memiliki banyak pos pemasukan sehingga keuangan negara tidak mudah pailit. Seperti, ganimah, jizyah, kharaj, fai, dan pengelolaan SDA juga ada pos zakat yang diberikan kepada orang-orang yang membutuhkan. Dengan gambaran pos pemasukan yang disebutkan di atas menunjukkan bahwa negara akan mampu bertahan dan menyelesaikan karantina dengan baik.

Khatimah

Oleh karena itu, Indonesia sebagai negara yang mayoritas berpenduduk muslim, sudah seharusnya bersiap diri menghadapi badai pandemi Covid-19 karena sudah pernah mengalaminya. Jika hanya tetap berpatokan pada resep ala kapitalisme, dijamin tidak akan mampu bertahan lama sebagaimana sebelumnya. Tidak ada pilihan lain selain kembali pada Islam agar mampu bertahan dari serangan virus tersebut. Wallahu a'lam bishshawab[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor NarasiPost.Com
Nining Sarimanah Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Impor Dokter Asing dalam Draf RUU Kesehatan, Apakah Penting?
Next
Jangan Risaukan
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram