Menjadi Pemimpin Cukupkah Kapabel Saja?

"Perkara kepemimpinan menjadi urusan yang sangat penting. Karakter pemimpin ideal tentu sangat didambakan umat. Sebab, pemimpin akan menjadi tempat untuk berlindung rakyat padanya dan kehadirannya benar-benar menjadi penjaga bagi kaum muslimin."

Oleh. Aya Ummu Najwa
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Tahun politik sudah di depan mata. Ya, 2024 adalah tahun yang sudah ditunggu-tunggu oleh masyarakat Indonesia. Banyak dari masyarakat menaruh harapan besar di tahun depan, sebagai langkah perubahan dengan mencari pemimpin baru, atau ganti wajah. Bahkan seakan musim kampanye telah dimulai, beberapa capres pun sudah mulai ditampilkan, mulai menebar janji dan pesonanya. Masyarakat pun sudah mulai ramai menentukan kriterianya, dari fisik hingga visi misinya, dari ketakwaannya hingga kapabilitasnya.

Banyak opini-opini saling menggiring masyarakat untuk mendukung calonnya. Dari mematikan karakter lawan, hingga mematahkan kriteria pesaingnya. Semua cara dilakukan demi mendapatkan dukungan. Semua merasa kapabel memimpin bangsa yang sedang karut marut ini, semua merasa bisa membawa perubahan. Semua orang bicara kemampuan, terlepas dari keyakinan dan keimanan capresnya. Sebagaimana yang disampaikan bekas terpidana korupsi, Romahurmuziy, dari PPP, "Lebih dari cukup stok mereka untuk bicara terkait visi misi. Janganlah kita terus mengangkat perkara yang ini salat yang lain enggak salat, ini rajin salat itu salatnya jarang-jarang, yang kemudian menjadi ukuran layak tidaknya seseorang dalam kepemimpinan," Republika.co.id, Jakarta, Kamis (5/1).

Dalam sistem demokrasi sekuler, ketakwaan adalah urusan individu. Masyarakat dilarang mencampuri atau mengintervensi. Karena sekularisme memisahkan agama dari kehidupan sehingga menganggap aktivitas kehidupan termasuk politik dan kepemimpinan tak ada kaitannya dengan keimanan seseorang. Tak menjadi soal jika karakter pemimpin jauh dari Islam, karena itu adalah urusan dia dengan Tuhannya. Maka sangat lumrah jika pemimpin dalam demokrasi tak harus muslim, tak harus salat, suka nonton bokep, yang penting ia mampu dan kapabel dalam memimpin. Benarkah demikian pemimpin ideal itu?

Kriteria Pemimpin dalam Islam

Dalam Islam, perkara kepemimpinan menjadi urusan yang sangat penting. Karakter pemimpin ideal tentu sangat didambakan umat. Sebab, pemimpin seperti ini akan menjadi tempat untuk berlindung rakyat padanya, dan kehadirannya benar-benar menjadi penjaga bagi kaum muslimin. Seperti sabda Rasulullah riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim,

"Sesungguhnya Al-Imam atau khalifah adalah junnah (perisai), di mana orang-orang akan berperang di belakangnya, mendukung, dan berlindung dari musuh dengan kekuasaannya."

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitabnya As-Siyasah Asy-Syar'iyyah menjelaskan kriteria pemimpin yang baik, beliau menjelaskan selayaknya untuk diketahui siapakah orang yang paling layak untuk posisi pemimpin di setiap jabatan. Karena kepemimpinan yang ideal itu memiliki dua sifat dasar, yaitu kuat atau mampu dan juga amanah. Pemimpin kuat tentu bukan berasal dari mereka yang tersandera kepentingan partai, golongan, apalagi menghamba kepada penjajah. Pemimpin yang kuat akan berani menerapkan Islam secara menyeluruh, ia tak akan takut intervensi asing yang merongrong kepemimpinan Islam.

Islam sendiri telah menentukan beberapa karakter pemimpin ideal yaitu,

Pertama, pemimpin yang bertakwa dan takut kepada Allah. Seorang pemimpin haruslah senantiasa merasa takut berbuat dosa dan selalu merasa diawasi oleh Allah. Dengan begitu ia akan memimpin rakyatnya dengan tanggung jawab dan memimpin berdasarkan aturan Allah.

Kedua, pemimpin haruslah seorang yang jujur. Rasulullah dan para Khulafaur Rasyidin telah memberikan teladan terkait sifat jujur ini. Sifat jujur telah melekat pada diri Rasulullah baik sebagai individu maupun sebagai pemimpin negara. Bahkan sebelum Rasulullah diutus sebagai nabi dan rasul, beliau telah mendapatkan gelar Al-Amin dari kaum Quraisy waktu itu dikarenakan kejujuran beliau. Karena sifat jujur akan menjadikan seorang pemimpin dipercaya oleh rakyatnya. Sedang pemimpin yang dusta maka akan ditinggalkan dan dibenci oleh rakyatnya.

Khalifah pertama Abu Bakar juga dijuluki Ash-Shidiq karena kejujurannya. Begitu pula sifat jujur Khalifah Umar bin Khattab telah menjadikan beliau bergelar Al-Faruq. Rasulullah bersabda dalam hadis riwayat Imam At-Tirmidzi, An, Nasai, juga Al-hakim,

"Dengarkanlah, apakah kalian telah mendengar, bahwa sepeninggalku akan ada para pemimpin? Siapa yang masuk kepada mereka lalu membenarkan kedustaan mereka, dan mendukung kezaliman mereka, maka dia bukan golonganku, dan aku juga bukan golongannya, dia juga tidak akan menemuiku di telaga."

Ketiga adalah sifat amanah. Lawan dari sifat amanah adalah khianat. Seorang pemimpin wajib mempunyai sifat amanah. Karena dengan sifat ini, pemimpin akan selalu menjaga kepercayaan rakyat dan tanggung jawab kepemimpinannya. Beratnya amanah tergambar jelas dalam firman Allah Subhanahu Wa Ta'ala dalam surah Al-Ahzab ayat 72,

"Sesungguhnya kami telah mengemukakan amanat kepada bumi dan gunung-gunung, maka semua enggan memikulnya, mereka khawatir akan menghianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan bodoh."

Keempat, tablig atau komunikatif. Seorang pemimpin harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik dengan rakyatnya. Sebab, pemimpin dan rakyat akan selalu terhubung. Dengan komunikasi yang baik maka hubungan yang baik pun akan terbangun antara pemimpin dan rakyatnya. Pemimpin pun harus terbuka dengan rakyatnya, mendengar keluhan, masukan, serta nasihat mereka. Sehingga tumbuhlah rasa kasih sayang dan empati pemimpin pada penderitaan rakyat.

Khalifah Harun Ar-Rasyid pernah dinasihati oleh seorang Bahlul, seseorang yang dianggap sebagai gila, padahal dia sejatinya seorang ulama di masanya. Nasihat Bahlul "Karena aku tahu bahwa istanamu akan hancur sedangkan kuburan ini akan tetap ada, maka aku memakmurkan kubur sebelum istana, dan engkau sebaliknya hingga engkau takut untuk dipindahkan dari istanamu ke kuburanmu, padahal engkau tahu bahwa kamu pasti akan masuk ke dalam kubur, sebenarnya siapa yang gila di antara kita?"

Kelima adalah fatanah atau cerdas. Pemimpin yang cerdas akan mudah dalam memecahkan persoalan yang terjadi pada rakyatnya. Pemimpin yang cerdas dan berilmu, akan dapat memahami akar masalah yang terjadi sehingga mudah menyelesaikan persoalan dan dapat memberikan solusi yang tepat bagi permasalahan negara.

Keenam adalah adil. Lawan dari adil adalah sifat zalim. Untuk menegakkan hukum, seorang pemimpin haruslah memiliki sifat adil. Pujian Allah dan Rasul-Nya terhadap pemimpin adil termasuk dalam Al-Qur'an dan sunah. Allah Subhanahu Wa Ta'ala berfirman dalam surah An-Nahl ayat 90,

"Sesungguhnya Allah memerintahkanmu berlaku adil dan berbuat kebajikan, memberi kepada kaum kerabat, dan Allah melarang dari perbuatan keji, kemungkaran juga permusuhan. Dia memberi pelajaran kepadamu agar kamu dapat mengambil pelajaran."

Adapun pemimpin zalim telah disediakan ancaman yang sangat keras untuknya, sebagaimana sabda Rasulullah dalam hadis riwayat Imam Bukhari dan Imam Muslim,

"Barang siapa yang diangkat oleh Allah untuk memimpin rakyatnya, kemudian ia menipu rakyatnya, maka Allah mengharamkan surga baginya."

Itulah beberapa karakter yang wajib dimiliki pemimpin ideal yang didamba umat. Akan tetapi karakter ini hampir-hampir tidak ada dalam sistem kapitalisme yang diterapkan saat ini. Oleh sebab itu, untuk mewujudkan karakter pemimpin ideal ini dibutuhkan sistem yang mampu melahirkan sosok tersebut. Dan hanya sistem kepemimpinan Islamlah yang mampu mewujudkannya. Hanya sistem Islamlah yang mampu melahirkan individu-individu beriman, bertakwa, adil, dan amanah. Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Aya Ummu Najwa Salah satu Penulis Tim Inti NP
Previous
Antara Konser Coldplay dan Jati Diri Pemuda Islam
Next
Ketika Khamr Menjadi Obat Batuk 
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram