Hepatitis Misterius, Jangan Sampai Jadi Pandemi Baru!

"Syariat Islam telah menetapkan agar negara menjadi pihak yang paling bersiaga dalam menghadapi ancaman pandemi. Jika para ahli telah menyatakan kebahayaan atas sebuah penyakit bahkan menyatakan tingginya tingkat penularan penyakit tersebut, maka negara wajib bergerak cepat menutup arus keluar masuk dari dan ke dalam negeri ini. Hal tersebut dalam rangka mengisolasi virus agar tidak menyebar luas dan menjadi bencana nasional bahkan global."

Oleh. Hana Annisa Afriliani, S.S
(RedPel NarasiPost.com)

NarasiPost.Com-Idulfitri tahun ini rasanya jauh lebih semarak dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya di masa pandemi. Betapa tidak, tingkat penularan virus Corona relatif menurun bahkan tak ada penambahan baru. Akhirnya, kaum muslimin pun lebih bebas berinteraksi langsung dengan orang lain, termasuk berkumpul dengan keluarga. Sungguh, harapan menuju Indonesia bebas pandemi telah terbit di depan mata.

Namun, di tengah gempitanya harapan yang baru tumbuh itu, muncul kembali pemberitaan yang cukup mengkhawatirkan. Sebagaimana dilansir oleh laman cnnindonesia.com (08-05-2022) bahwasannya penyakit Hepatitis Misterius telah menjangkiti negeri ini. Bahkan seorang Dokter Spesialis Anak dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), Hanifah Oswari, menyebut bahwa infeksi hepatitis ini dimungkinkan akan menjadi pandemi secara global. Hal itu seiring dengan penetapan Hepatitis Misterius sebagai Kejadian Luar biasa (KLB) oleh WHO sejak 15 April 2022.

Sebagaimana banyak diberitakan bahwa sebanyak empat orang anak di Indonesia telah meninggal dunia akibat infeksi penyakit ini. Salah satunya adalah seorang anak berusia tujuh tahun dari Tulungagung. Gejala yang dialaminya mirip penyakit kuning, yakni demam, diare, muntah-muntah, urine berwarna lebih pekat, dan feses berwarna pucat.

Namun demikian, Siti Nadia Tarmidzi selaku Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kementrian Kesehatan mengatakan bahwa terlalu dini mengatakan Hepatitis Misterius ini akan menjadi pandemi global.

Waspada Menangkal Bencana

Belajar dari pandemi Covid-19 yang menghantam negeri ini selama lebih dari dua tahun lamanya, seharusnya pemerintah lebih mampu berpikir benar dan bersikap serius dalam menghadapi Hepatitis Misterius ini. Jangan sampai rakyat negeri ini kembali berkubang dalam pandemi yang berarti juga kembali melanjutkan derita tiada akhir.

Pandemi Covid-19 yang muncul pertama kali pada Desember 2019, lantas masuk ke Indonesia pada Maret 2020 semestinya menjadikan pemerintah jauh lebih waspada. Kemungkinan sebuah penyakit menjadi pandemi bisa terbuka lebar jika sejak awal kita meremehkan keberadaannya. Sama halnya pada saat Covid-19 muncul di Wuhan, Cina, petinggi negeri ini mengatakan bahwa rakyat Indonesia tak perlu ikut panik, sebab virus tak akan mungkin menyebar ke dalam negeri. Bahkan masyarakat diminta tenang, karena Indonesia kaya akan tanaman rempah yang efektif menangkal virus.

Faktanya tidaklah sesederhana itu. Seiring sikap meremehkan yang ditunjukkan para petinggi negeri, Covid-19 pun masuk ke negeri ini. Menginfeksi rakyatnya tanpa jeda, bahkan ribuan orang meregang nyawa karenanya. Tak hanya itu, perekonomian terpukul bahkan hampir kolaps. Perceraian meningkat dan kriminalitas kian menjamur. Demikianlah gambaran betapa pandemi mampu mengubah kehidupan masyarakat negeri ini dengan sangat signifikan. Bukankah kita semua tidak menginginkan hal tersebut kembali terulang?

Jalankan Peran, Adang Pandemi

Dalam pandangan Islam, negara merupakan pemelihara urusan rakyatnya. Negara bertanggung jawab menjamin kesehatan rakyatnya. Oleh karena itu, negara wajib menutup semua celah yang dapat mengancam kesehatan rakyatnya apalagi hingga menghilangkan nyawa.

Dengan demikian, syariat Islam telah menetapkan agar negara menjadi pihak yang paling bersiaga dalam menghadapi ancaman pandemi. Jika para ahli telah menyatakan kebahayaan atas sebuah penyakit bahkan menyatakan tingginya tingkat penularan penyakit tersebut, maka negara wajib bergerak cepat menutup arus keluar masuk dari dan ke dalam negeri ini. Hal tersebut dalam rangka mengisolasi virus agar tidak menyebar luas dan menjadi bencana nasional bahkan global. Seperti halnya Covid-19, akibat keengganan pemerintah menerapkan opsi lockdown sejak awal, akhirnya virus menyebar luas ke seluruh penjuru negeri ini.

Tak dimungkiri, untuk dapat melakukan langkah lockdown tersebut negara butuh keberanian dan kemandirian. Ya, keberanian untuk bertanggung jawab menanggung konsekuensi atas pemberlakuan lockdown, yakni memenuhi kebutuhan seluruh rakyat selama masa lockdown tersebut sebagaimana tertuang dalam Undang-Undang Nomor 6 tahun 2018 tentang Karantina Kesehatan. Selain itu, butuh juga kemandirian dari segala bentuk intervensi asing dalam mengambil sebuah keputusan politik dalam negeri.

Namun demikian, sudah dipastikan keberanian dan kemandirian tersebut takkan mudah terealisasi dalam sistem kapitalisme hari ini. Sebagaimana kita tahu, bahwa pemerintah dalam sistem kapitalisme berorientasi pada materi dan minim pelayanan terhadap rakyatnya. Menanggung makan dan kebutuhan dasar seluruh rakyat Indonesia jika sampai diberlakukan lockdown tentulah sebuah pekerjaan berat bagi pemerintah. Mengingat APBN kita selalu dikeluhkan kembang kempis akibat tersedot anggaran bayar utang luar negeri. Begitupun kemandirian, dalam sistem kapitalisme hari ini rasanya sulit bagi negeri ini mandiri dari jeratan negara-negara asing. Sebab sistem ini telah menciptakan konsep baku bagi hubungan bilateral dan multilateral, memutusnya maka dianggap musuh. Akhirnya mau tak mau, negeri ini harus rela didikte terus oleh pihak lain, sehingga akhirnya negeri ini kehilangan kedaulatannya. Sudahlah terjerat utang luar negeri, terjerat pula kepentingan politik negara-negara lain.

Oleh karena itulah, hanya dengan meninggalkan sistem kapitalisme dan kembali kepada sistem Islamlah, negara dapat menjalani peran yang sesungguhnya. Rakyat pun akan sejahtera dan terjamin hidupnya, sebab sistem Islam akan menjadi wadah bagi diterapkannya syariat Islam secara totalitas. Ingatlah, bahwa kelak setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Sebagaimana yang dinyataman dalam hadis riwayat Muslim bahwa kepala negara akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dipimpinnya. Maka, bersegeralah menuju kebenaran, yakni Islam yang notabenenya datang dari Sang Pencipta, agar para pemimpin negeri ini dapat berjalan sesuai koridor syariat-Nya. Dengan itulah negeri ini selamat dan berkah. Wallahu'alam.[]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Kontributor NarasiPost.Com Dan Pegiat Pena Banua
Hana Annisa Afriliani, S.S Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Anak Dikorbankan atas Nama Pemberdayaan Perempuan
Next
Fenomena Urbanisasi, Masalah Klasik Minim Solusi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram