"Dalam Islam, pembangunan dilakukan secara merata, baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Semua dilakukan semata-mata sebagai bentuk tanggung jawab penguasa, yaitu khalifah sebagai pemimpin negara, dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya."
Oleh. Diyani Aqorib
(Pegiat Literasi)
NarasiPost.Com-Liburan telah usai. Kini masyarakat harus kembali menjalani rutinitas sehari-hari. Wilayah ibu kota dan sekitarnya pun menjadi ramai kembali. Seolah bernapas lagi setelah hampir dua minggu sepi.
Namun, ada satu fenomena yang selalu mengikuti pasca libur lebaran, yaitu urbanisasi. Memang, urbanisasi dapat terjadi kapan saja. Namun, tidak dimungkiri fenomena urbanisasi ini sering terjadi setelah libur panjang Idulfitri.
Menurut Sosiolog Universitas Indonesia, Ricardo, bahwa fenomena urbanisasi masih dan akan terus terjadi. Karena Jakarta adalah kota dengan perputaran uang terbesar di negeri ini. Sehingga hal ini menarik masyarakat di pedesaan untuk mencoba peruntungan di ibu kota Jakarta dan sekitarnya. Tak ayal, jumlah orang yang masuk ke Jakarta pun lebih banyak dibandingkan jumlah pemudik yang ke luar Jakarta.
Sebenarnya tradisi merantau ke Jakarta bukanlah hal baru. Hal ini sudah berlangsung sangat lama. Bahkan sejak zaman Hindia Belanda, ketika Jakarta masih bernama Batavia. Tradisi ini terus meningkat sejak awal abad 20, karena pembangunan dipusatkan di kota-kota seperti Batavia (Jakarta). Sehingga aktivitas ekonomi dan perputaran uang terpusat di sana.
Semakin ke sini tidak hanya Jakarta. Kota-kota besar lainnya pun menjadi tujuan sebagian besar para urban. Seperti Bandung, Surabaya, Semarang, bahkan Medan. Tentu tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan taraf hidup.
Faktor-faktor Pemicu Urbanisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) arti urbanisasi adalah perpindahan penduduk secara berduyun-duyun dari desa (kota kecil, daerah) ke kota besar (pusat pemerintahan).
Banyak faktor yang dapat menyebabkan urbanisasi. Harapan untuk meraih kehidupan yang lebih baik di perkotaan menjadikan penduduk desa tergiur untuk pindah ke kota. Hal ini berdampak pada profesi petani yang mulai ditinggalkan. Padahal profesi ini sangat penting dalam roda perekonomian, terutama di sektor pangan.
Berikut adalah beberapa faktor yang dapat memicu terjadinya urbanisasi:
- Tidak meratanya pembangunan berbagai fasilitas antara wilayah perkotaan dan pedesaan. Fakta ini membuat penduduk desa menganggap akan lebih mudah mendapatkan pekerjaan dan penghasilan di perkotaan.
- Kota memiliki fasilitas-fasilitas yang lengkap dan mudah dijangkau. Seperti pendidikan, kesehatan, ataupun rekreasi. Sehingga tergambar dalam benak masyarakat pedesaan akan mudah mencari pekerjaan dengan strata pendidikan yang lebih tinggi dan kesehatan yang terjamin.
- Tingkat upah yang lebih tinggi di perkotaan menjadi faktor pendorong yang kuat untuk membebaskan diri dari kemiskinan.
Berbagai faktor di atas meniscayakan ketimpangan dalam pembangunan yang hanya fokus pada daerah-daerah dengan besarnya jumlah perputaran uang. Hal ini adalah dampak dari sistem ekonomi kapitalisme. Karena dalam sistem ekonomi kapitalisme, perputaran barang dan jasa hanya akan dipusatkan di wilayah-wilayah dengan jumlah perputaran uang yang besar. Akibatnya masyarakat pedesaan akan sulit mendapatkan barang dan jasa yang dibutuhkan, termasuk pendidikan, kesehatan, bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Sebagai contoh, fasilitas transportasi dan jalan raya yang masih sangat minim di pelosok-pelosok negeri. Dampaknya barang dan jasa akan sulit dan lambat sampai di wilayah tersebut, sehingga aktivitas ekonomi seakan berjalan di tempat.
Solusi Islam Mencegah Urbanisasi
Dalam Islam, pembangunan dilakukan secara merata, baik di wilayah perkotaan maupun pedesaan. Semua dilakukan semata-mata sebagai bentuk tanggung jawab penguasa, yaitu khalifah sebagai pemimpin negara, dalam memenuhi kebutuhan rakyatnya.
Berbagai fasilitas, baik transportasi, akses jalan, pendidikan, kesehatan, pasar, akan dibangun sesuai dengan kebutuhan wilayah tersebut. Berbagai fasilitas tersebut dibangun dengan kualitas yang sama dengan yang ada di perkotaan, seperti fasilitas pendidikan dan kesehatan. Masyarakat pedesaan dapat menggapai pendidikan yang tinggi sehingga bisa bersaing dengan lulusan dari kota. Pun dengan bidang kesehatan, masyarakat pedesaan mendapatkan layanan kesehatan yang baik dan terjamin kualitasnya.
Begitu juga dengan berbagai fasilitas yang memudahkan barang dan jasa sampai di pedesaan. Dengan begitu, roda perekonomian akan terus berputar dan masyarakat di pedesaan pun tidak perlu khawatir dalam meningkatkan taraf hidupnya, karena lapangan pekerjaan dan peningkatan keahlian serta keterampilan akan dibuka seluas-luasnya. Sehingga mereka tidak perlu melakukan urbanisasi ke kota. Karena negara sudah memberikan fasilitas-fasilitas yang mereka butuhkan. Tinggal mereka berinovasi untuk mengembangkan dan memajukan wilayahnya.
Inilah solusi yang ditawarkan Islam untuk mencegah urbanisasi yang seringkali terjadi. Penyelesaian tambal sulam dalam sistem kapitalisme tidak akan pernah bisa menyelesaikan masalah ini. Karena hanya sistem Islam yang diterapkan dalam naungan Khilafahlah solusi yang hakiki.[]