"Gencatan senjata dinilai bukanlah solusi terbaik untuk meredam api konflik di bumi Palestina. Palestina tidak akan aman selama Israel belum mengakhiri masa pendudukannya,"
Oleh. Aina Syahidah
NarasiPost.Com-Setelah melakukan perlawanan selama 11 hari. Israel menyepakati gencatan senjata atas Palestina. Tindakan ini disambut gembira oleh sejumlah negara. Uni Emirat Arab dan Sudan misalnya, negeri muslim yang sejak tahun lalu menormalisasi hubungan dengan Israel ini, mengungkapkan rasa gembiranya. Tak pelak, Uni Emirat Arab bahkan siap untuk memfasilitasi jalan perdamaian antara Israel dan Palestina melalui solusi dua negara, dialog, hingga resolusi PBB. (aceh.tribunnews.com, 23/05/2021)
Negeri-negeri muslim agaknya tak mau begitu tajam dalam merespon isu Palestina. Tentu bukan tanpa alasan. Kita tahu, pengaruh Israel amat kuat menancap di wilayah-wilayah negeri kaum muslimin. Apatah lagi bagi mereka yang telah melakukan normalisasi. Sangat sulit untuk mengecam tajam, apalagi sampai pada perlawanan fisik. Itulah mengapa, solusi dua negara menjadi diminati. Walaupun jalan ini sangat merugikan penduduk Palestina dan secara tidak langsung tindakan ini telah membenarkan aksi pencaplokan tanah oleh penduduk Yahudi Israel di bumi Al-Quds.
Lebih lanjut, gencatan senjata juga dinilai bukanlah solusi terbaik untuk meredam api konflik di bumi Palestina. Hatem Abdel-Qader seorang anggota Dewan Revolusi Fatah dan Dewan Wakaf Islam mengungkapkan sulitnya Palestina untuk benar-benar aman. Selama Israel belum mengakhiri masa pendudukannya. Ya, selama Syekh Jarrah masih menjadi sasaran/tujuan Kaum Yahudi Israel, Yerusalem tak akan pernah aman (muslimahnews.com, 23/05/2021)
Hal ini dikarenakan, pengadilan Isreal sendiri belum membatalkan tuntutan atas tanah warga Palestina yang bermukim di daerah yang dimaksudkan (21/05/2021). Penduduk Israel masih menganggap wilayah tersebut sebagai tanah yang dijanjikan, sekaligus menjadi kota masa depan bagi mereka yang akan mati-matian diperjuangkan. Itulah mengapa, meski telah gencatan senjata, kondisi Palestina belum bisa dipastikan benar-benar pulih dan stabil.
Terbukti, sejumlah jamaah salat jumat di Masjidil Aqsa mendapat tekanan dari tentara zionis Israel. Sesaat setelah gencatan senjata disepakati. Lalu solusi seperti apa yang dibutuhkan Palestina?
Gencatan Senjata dan Khianat para Penjajah
Wakil Ketua Umum (Waketum) Majelis Ulama Indonesia (MUI), Anwar Abbas, tak percaya bila Israel akan benar-benar berhenti menjajah dan merampas tanah rakyat Palestina. Lewat jalan gencatan senjata. Namanya penjajah, lanjutnya, kata-kata dan perbuatan mereka tak bisa dipercaya. Sebagai negara muslim terbesar yang pernah merasakan era panjang kolonialisme, gencatan senjata tentu bukanlah solusi hakiki melainkan akal-akalan penjajah yang nyatanya akan diingkari dan dikhianati juga.
Pihaknya pun mencontohkan ketika Belanda melakukan gencatan senjata dengan para pejuang kemerdekaan di Paderi Sumatera Barat. Siapa sangka, kondisi ini ternyata diambil karena Belanda ingin fokus menyerang Pangeran Diponegoro di Jawa. Selepas visi itu selesai, Belanda berbalik menyerang para pejuang Paderi di Sumatera Barat. (nasional.okezone.com, 22/05/2021)
Ini menunjukan bahwa penjajah itu pengingkar janji. Tapi kenapa kita masih terbuai? Inilah buah dari lemahnya visi politik dan militer umat hari ini, yang sudah kadung tersandera oleh jaring-jaring penjajah Barat pada segala lini. Tak heran bila kepada musuh mereka malah bermanis muka.
Mengakhiri Penderitaan Rakyat Palestina
Palestina merupakan tanah yang diberkahi atas umat Islam sedunia. Di dalam Al-Qur'an surah Al-Isra ayat 1 Allah Swt berfirman, "Mahasuci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Masjidil Haram ke Masjidil Aqsa yang telah kami berkahi sekelilingnya, agar Kami perlihatkan kepadanya sebagaian dari tanda-tanda (kebesaran) kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha mendengar lagi Maha mengetahui."
Palestina atau Masjidil Aqsa merupakan kiblat pertama bagi umat Islam. Juga menjadi lokasi paling bersejarah bagi umat Muhammad karena menjadi salah satu tempat yang disinggahi oleh Nabi Saw sesaat sebelum naik ke Sudratul Muntaha dalam peristiwa Isra Miraj.
Dan soal kisruh perebutan atau klaim tanah oleh Isreal atas Palestina ini pun sudah berlangsung sejak lama, bahkan sudah terjadi kala kaum muslimin masih memiliki khalifah.
Saat itu Theodore Hertzl pendiri gerakan zionis meminta kepada Sultan Abdul Hamid II untuk membeli tanah yang akan diperuntukannya bagi penduduk Yahudi. Namun, sang Sultan menolak keras, dengan alasan ia tak punya hak atas tanah itu, karena itu milik umat Islam. Pada masa Khalifah Umar bin Khatthab tanah ini telah diserahkan kepada kaum muslimin. Dan mereka (baca: Kaum Muslimin) menjadi pemilik sah atas tanah tersebut. Bila merujuk pada isi perjanjian yang waktu itu disepakati, orang-orang Yahudi dilarang untuk tinggal dan menetap di sana. Ini atas permintaan umat Nasrani, dikarenakan watak kaum Yahudi yang gemar melakukan pengrusakan. Oleh karena itu, aneh jika hari ini setelah ribuan tahun berlalu, klaim sepihak itu terdengar.
Berangkat dari hal tersebut, bumi filistin (Palestina) masuk ke dalam kategori tanah kharajiyah, haram hukumnya diberikan kepada orang-orang di luar Islam. Itulah mengapa, penduduk Palestina tak pernah mau dan sudi melepas tanah ini. Harusnya karena ini tanah wakaf atas umat Islam maka bukan hanya penduduk muslim Palestina yang berjuang mempertahankan, umat Islam lainnya pun harus turut membantu.
Hanya saja dilemanya, hari ini umat hidup dalam sekat-sekat yang mempersempit gerak pembelaan mereka. Membantu secara intim urusan Palestina dapat dikatakan ikut campur terhadap urusan internal negara lain. Padahal kaum muslimin itu digambarkan Nabi Saw sebagai satu tubuh , artinya ketika ada satu bagian tubuh yang sakit maka bagian tubuh lain akan merasakannya. Ketika penduduk muslim di Palestina terluka, maka rasa sakit itu juga akan dirasakan oleh umat Islam di seluruh dunia. Sayang, rasa sakit itu harus tertangguhkan oleh adanya sekat yang kini menghadang sangat kuat.
Sampai kapan kita begini? Sementara tindakan kaum Yahudi telah membabi buta, melanggar perjanjian atas ketentuan yang berlaku.
Atas perbuatannya ini maka jelas bahwa pendudukan Israel hanya bisa dihentikan/dilawan dengan kekuatan militer, bukan dengan kecaman ataupun kritikan. Apalagi gencatan senjata saja. Wallahualam[]
Photo : Pinterest
Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]