Berpulangnya Ulama Pemberani, Semoga Jalan Dakwah Tak Lagi Sunyi

Meninggalnya ulama adalah musibah yang tak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang tak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya satu orang ulama. ” (HR al-Thabrani dalam Mujam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman dari Abu Darda’).


Oleh: Ita Mumtaz

NarasiPost.Com-Cobaan dan musibah bertubi-tubi menerpa umat Islam. Satu di antara berbagai cobaan itu adalah wafatnya beberapa ulama yang dengan ilmunya menjadi lentera di tengah kegelapan yang menyelimuti kehidupan kapitalisme saat ini.

Inna lillahi wa inna ilaihi raaji'uun. Di penghujung bulan yang penuh berkah, Sang Pemilik kehidupan telah memanggil satu lagi seorang ulama kharismatik, Ustaz Tengku Zulkarnain. Umat pun kembali berduka kehilangan sosok ulama pemberani yang ditakuti oleh musuh Islam.

Muslim sejati pasti merasa sangat kehilangan dengan kepergian beliau. Sebab Ustaz Zulkarnain adalah seorang dari sedikit ulama yang tidak memiliki rasa takut sedikit pun dalam menolak kemungkaran. Lisan dan tulisan beliau selalu sukses mematahkan lawannya, yakni para penjaja kezaliman serta kroni-kroninya.

Maka, wajar jika Ustaz Abdul Somad di unggahan akun Instagram beliau menyampaikan duka yang mendalam sembari menyampaikan curahan hati,
"Semakin sunyi jalan ini kurasa."

Maksud kata "jalan ini" tiada lain adalah jalan dakwah yang memang telah dipilih oleh kedua Ustaz yang memiliki sikap kritis dan tidak takut akan risiko sebuah perjuangan. Bagaimana tidak? Betapa titian perjuangan ini membutuhkan orang-orang berilmu, pemberani dan memiliki kemampuan luar biasa dalam beradu akal sehat.

Banyak ulama dengan ketinggian ilmu namun tidak memiliki keberanian, lebih memilih diam mencari aman, bahkan ada yang menggadaikan ilmunya, menjilat kekuasan demi mendapatkan sekerat tulang dunia.

Padahal jihad yang paling utama adalah mengoreksi penguasa yang zalim. Sebagaimana peringatan dari Rasulullah Saw.

افضلُ الْجِهَادِ كَلِمَةُ عَدْلٍ عِنْدَ سُلْطَانٍ جَائِرٍ

Jihad yang paling utama ialah mengatakan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim.” (HR. Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah)

Para buzzer pun kelabakan ketika harus bertanding intelektual dengan beliau. Maka, wajar jika wafatnya Ustaz Zul membawa kegembiraan tersendiri bagi mereka. Padahal dalam sebuah hadis Rasulullah menegaskan: “Barangsiapa yang tidak merasa sedih dengan kematian ulama maka dia adalah munafik.” (HR. Suyuuthi)

Demikian juga Imam Al-Baihaqi menyebutkan: “Kematian seorang ulama itu lebih disukai oleh Iblis daripada kematian 70 ahli ibadah. ”

Lalu siapakah sebenarnya orang-orang yang bergembira dengan wafatnya Ustaz Zul? Mereka memang manusia, namun sifat yang melekat dalam dirinya layaknya iblis la'natullah. Lihatlah bagaimana akhlak mereka menyikapi wafatnya Ustaz Zul. Tidak ada rasa empati dan ungkapan bela sungkawa sedikit pun. Bahkan sebaliknya, mereka mencerca pribadi beliau yang telah menghadap Allah Swt.

Mati di Jalan Da'wah

"Tidak ada hidup tanpa dakwah, hidup untuk dakwah, dakwah sampai mati, bahkan mati dalam dakwah."

Adalah untaian kalimat indah Ustaz Zul yang saat ini menjadi semangat dan amunisi bagi para pengemban dakwah. Masya Allah, sungguh apa yang keluar dari lisan ulama adalah mutiara. Pesan cinta beliau ini mampu menguatkan jiwa-jiwa para penebar kebaikan di tengah benturan perang pemikiran yang begitu keras. Ustaz Zul pun akhirnya wafat sesuai dengan apa yang dicita-citakan, yakni dalam kondisi istikamah di jalan dakwah.

Dalam acara virtual Diskusi Spesial Ramadhan yang bertajuk "Parade Kezaliman Jelang Ramadhan, Indonesia Hendak Dibawa ke Mana?" Ustaz Zul sempat menyampaikan analisa yang cukup tajam. Bahwa dalang sebenarnya di balik kesewenang-wenangan dan ketidakadilan yang dipertontonkan oleh penguasa kepada rakyat tidak lain adalah Partai Komunis Indonesia (PKI) dan para cukong atau pemilik modal. (YouTube Khilafah Channel, 18/04/2021)

Semoga jalan dakwah ini tak lagi sunyi. Ustaz Abdul Somad tidak akan berjuang sendiri. Insya Allah akan segera diramaikan oleh para generasi zaman ini. Kereta kebangkitan telah berjalan. Maka tak ada waktu bagi seorang pengemban dakwah untuk bersantai, apalagi terlelap dalam buaian mimpi panjang. Jika tidak segera bangun, maka mereka akan tergilas roda-roda kebangkitan.

Dalam sebuah hadis dikatakan bahwa kematian ulama tidak akan tergantikan oleh yang lain.

مَوْتُ الْعَالِمِ مُصِيبَةٌ لا تُجْبَرُ ، وَثُلْمَةٌ لا تُسَدُّ , وَنَجْمٌ طُمِسَ ، مَوْتُ قَبِيلَةٍ أَيْسَرُ مِنْ مَوْتِ عَالِمٍ

Artinya: “Meninggalnya ulama adalah musibah yang tak tergantikan, dan sebuah kebocoran yang tak bisa ditambal. Wafatnya ulama laksana bintang yang padam. Meninggalnya satu suku lebih mudah bagi saya daripada meninggalnya satu orang ulama. ” (HR al-Thabrani dalam Mujam al-Kabir dan al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman dari Abu Darda’).

Di sisi lain, Allah telah memberikan kabar gembira bagi orang-orang mukmin, bahwa kemenangan Islam adalah sebuah keniscayaan dan janji Allah. Namun karunia kemenangan tidaklah gratis. Sungguh  membutuhkan pengorbanan yang besar dari segenap kaum muslimin. Perlu pundak yang kuat untuk memikul amanah mulia ini. Maka, layak jika dikatakan bahwa ulama adalah pewaris Nabi. Saat ini terbentanglah kesempatan untuk melanjutkan jalan perjuangan yang ditempuh para Nabi.

Memang teramat besar badai dan goncangan yang akan menimpa. Seperti pesan Imam Ibnul Qoyyim bahwa jalan menuju Allah adalah jalan di mana Nabi Adam kelelahan, Nabi Nuh mengeluh, Nabi Ibrahim dilempar ke dalam api, Nabi Ismail dibentangkan untuk disembelih, Nabi Yusuf dijual dan dipenjara, Nabi Zakaria digergaji, Nabi Yahya disembelih, Nabi Ayub menderita penyakit. Rasulullah pun mendapat kefakiran, cemoohan, pemboikotan dan deraan yang luar biasa.

Demikianlah, saat ini pun ulama yang lurus dan berani menentang kezaliman penguasa akan mendapatkan fitnah dan dibunuh karakternya, serta dipenjarakan.

Apa yang disampaikan oleh
Imam Syafi'i rahimahullah bisa dijadikan pegangan. “Carilah ulama yang paling dibenci oleh orang-orang kafir dan orang munafik, dan jadikanlah ia sebagai ulama yang membimbingmu, dan jauhilah ulama yang dekat dengan orang kafir dan munafik karena ia akan menyesatkanmu, menjauhimu dari keridaan Allah Swt.”

Dakwah memang panjang tempuhannya, tikungan dan tanjakan pasti akan menemani setiap liku kisahnya. Namun, kita tidak diminta untuk sampai di ujung. Hanya saja kita diminta untuk mati di atasnya.  

Semoga Allah mengganti wafatnya para ulama dengan lahirnya ulama baru yang mewarisi ilmu dan keberanian serta melanjutkan perjuangannya meskipun medan yang dilalui teramat berat. Rintangan yang menghadang sangat kuat, terpaan badainya begitu dahsyat.

Catatan sejarah perjuangan Ustaz Zulkarnain akan menjadi lembaran-lembaran penuh makna bagi generasi sesudahnya yang akan melanjutkan langkah beliau. Insya Allah. Wallahu a'lam bish-shawwab.[]


photo : Google

Disclaimer: Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Previous
Al Quds Tanah Suci Kaum Muslimin
Next
Gratifikasi bagi Para Pejabat Negara
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram