Pramuka dan Pembentukan Karakter

Pramuka dan pembentukan karakter

Meski Pramuka diwajibkan, tetapi tujuan membentuk pribadi yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia belum benar-benar berhasil.

Oleh. Mariyah Zawawi
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Keputusan Mendikbudristek, Nadiem Makarim, yang mencabut kegiatan Pramuka sebagai ekstrakurikuler di sekolah menuai pro kontra masyarakat. Keputusan yang tertuang dalam Peraturan Menteri Nomor 12 Tahun 2024 itu menempatkan Pramuka sebagai kegiatan yang dapat dipilih sesuai dengan potensi, kebutuhan, minat, serta bakat siswa.

Sekjen Kwarnas Pramuka Mayjen TNI (Purn) Bachtiar Utomo termasuk menyayangkan hal ini. Menurutnya, kegiatan Pramuka dapat membentuk karakter peserta didik. Pendapat senada juga disampaikan oleh Syaiful Huda, Ketua Komisi X DPR RI.

Namun, Edi Subkhan, pengamat pendidikan dari Universitas Negeri Semarang justru menyetujui keputusan Nadiem. Menurut Edi, keputusan itu justru telah mengembalikan kegiatan Pramuka sesuai undang-undang. Hal itu karena kegiatan Pramuka merupakan kegiatan yang bersifat sukarela dan tanpa paksaan. (cnnindonesia.com, 04/04/2024)

Hal ini tentu mengundang pertanyaan dalam diri kita terkait aktivitas Pramuka ini. Apa sebenarnya tujuan kegiatan Pramuka? Benarkah kegiatan ini dapat membentuk kepribadian yang baik? Bagaimana pula cara Islam membentuk kepribadian peserta didik?

Sekilas Pramuka

Gerakan Pramuka awalnya didirikan oleh Belanda pada tahun 1912 dengan nama Nederlandsche Padvinders Organisatie (NPO). Pada tahun 1916, namanya diubah menjadi Nederland Indische Padvinders Vereniging (NIPV). Organisasi ini khusus untuk pandu Hindia Belanda. Orang Indonesia dilarang ikut karena Belanda khawatir mereka akan terinspirasi untuk memerdekakan diri dari Belanda.

Namun, Mangkunegara VII kemudian mendirikan Javaansche Padvinders Organisatie (JPO) pada tahun 1916 itu. Setelah itu, lahirlah organisasi kepanduan lainnya, seperti Nationale Islamitische Padvinders, Jong Java Padvinderij (JJP), dan Pandoe Pemoeda Soematra (PPS).

Munculnya organisasi-organisasi ini membuat Belanda melarang orang Indonesia menggunakan istilah “padvinder”. Namun, hal ini tidak membuat para pemimpin Indonesia kala itu tidak kehilangan akal. K.H. Agus Salim kemudian menggunakan istilah “pandu” atau “kepanduan” sebagai pengganti “padvinder”.

Hingga 23 Mei 2023, berbagai organisasi itu bergabung dalam wadah bernama Persaudaraan Antar Pandu Indonesia (PAPI). Setelah Indonesia merdeka, namanya berubah menjadi Persatuan Kepanduan Indonesia (PERKINDO). (cnnindonesia.com, 08/03/2021)

Organisasi-organisasi itu kemudian disatukan menjadi Pramuka (Praja Muda Karana) pada tahun 1961 melalui Keputusan Presiden Nomor 238 Tahun 1961. Pada tanggal 14 Agustus 1961, Pramuka diperkenalkan di seluruh Indonesia. Tanggal 14 Agustus itu kemudian ditetapkan sebagai Hari Pramuka.

Peran Pramuka dalam Kemerdekaan

Pramuka pada awalnya didirikan oleh Baden Powell, pada tahun 1907. Powell yang menjadi anggota militer Kerajaan Inggris ingin menularkan keahliannya. Keberhasilan dan keahliannnya dalam bidang militer itu kemudian ditulisnya dalam sebuah buku berjudul Aids to Scouting (Pedoman Kepanduan) pada tahun 1899.

Dalam buku ini Powell menulis tentang pentingnya kepanduan bagi tentara muda Inggris. Mereka diharapkan menjadi sosok yang berani, berjiwa ksatria, suka menolong, serta mampu bertahan hidup dalam kerasnya alam. Selain menguasai kemampuan tempur di bidangnya masing-masing, mereka harus menguasai materi yang mendukung kemampuan kepanduan. Misalnya, mereka harus menguasai kemampuan dalam menjelajah hutan, eksplorasi, serta mempunyai kepercayaan diri.

Powell kemudian menulis buku Scouting for Boys (Kepanduan untuk Anak Laki-laki) pada tahun 1908. Buku ini berisi tentang pengoperasian senjata api dan cara menolong korban perang. Selain itu juga berisi tentang berkemah, cara bertahan hidup, dan membuat api unggun.

Kegiatan kepanduan ini kemudian menyebar hingga ke Indonesia. Semangat para tokoh bangsa untuk memperjuangkan kemerdekaan Indonesia membuat mereka menggunakan berbagai macam cara. Para tokoh itu melihat pentingnya kepanduan ini dalam membentuk karakter bangsa. Di samping itu, kepanduan juga dapat digunakan sebagai sarana perjuangan untuk meraih cita-cita. Melalui organisasi kepanduan itulah, ditanamkan cita-cita untuk meraih kemerdekaan dari Belanda.

Membangun Karakter Melalui Pramuka?

Setelah Indonesia merdeka, Pramuka menjadi salah satu kegiatan ekstrakurikuler di sekolah. Bahkan, Pramuka kemudian ditetapkan sebagai ekstrakurikuler wajib melalui Permendikbud Nomor 63 Tahun 2014. Tujuannya adalah untuk membentuk pribadi yang beriman, bertakwa, serta berakhlak mulia.

Meskipun kegiatan Pramuka telah diwajibkan, tetapi tujuan membentuk pribadi yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia belum benar-benar berhasil. Saat ini, kita dapat menyaksikan berbagai kejahatan yang dilakukan oleh generasi muda. Ada yang melakukan seks bebas, menjadi pengguna narkoba, melakukan pembunuhan, dan kejahatan lainnya. Data yang dirilis oleh BKKBN pada tahun 2023 menunjukkan sebanyak 60% remaja berusia 16–17 tahun melakukan seks pranikah. (solopos.com, 04/08/2023)

https://narasipost.com/opini/04/2024/rupiah-kembali-melemah-islam-solusinya/

Banyak juga dari mereka yang terbelit utang melalui pinjol. Tidak sedikit pula yang suka main judi online. Bahkan, data dari Drone Emprit menyebutkan bahwa Indonesia mendapat peringkat pertama sebagai negara yang penduduknya paling banyak bermain judi slot dan gacor. Sedangkan menurut Pusat Pelaporan dan Analisis Data Keuangan (PPATK), jumlah transaksi judi online terus meningkat tiap tahunnya. Pada tahun 2019, tercatat sebesar Rp6,1 triliun. Namun, pada tahun 2023 menjadi Rp200 triliun. (eramuslim.com, 20/04/2023)

Hal ini tidak lepas dari penerapan sistem sekuler liberal di negeri ini. Sistem ini pula yang diajarkan melalui kurikulum pendidikan di sini. Sistem yang memisahkan agama dari kehidupan ini telah membuat pemikiran umat jauh dari Islam. Mereka hanya menggunakan aturan Islam dalam masalah ibadah. Namun, dalam urusan lain mereka tidak mau menerapkannya.

Mereka tidak mengenal halal dan haram. Mereka bebas berbuat apa saja, karena itu hak mereka. Hal itu karena liberalisme telah memengaruhi pola pikir mereka. Akibatnya, pola sikap mereka pun mengikuti pola pikir ini.

Pendidikan Karakter dalam Islam

Dalam Islam, pembentukan karakter dimulai sejak awal kehidupan. Para orang tua akan mengenalkan Sang Pencipta kepada anak-anak mereka. Setiap anak harus mendapatkan pemahaman tentang akidah yang benar. Mereka harus yakin bahwa Allah Swt. adalah satu-satunya yang layak disembah.

Mereka harus memahami bahwa Allah Swt. adalah zat yang menciptakan manusia dan alam seisinya. Selain itu, Dia adalah satu-satunya zat yang berhak untuk mengatur manusia. Hal itu karena hanya Allah Swt. yang mengetahui solusi terbaik bagi setiap persoalan manusia.

Oleh karena itu, manusia harus menerapkan aturan ini di mana pun mereka berada. Tak peduli di zaman apa mereka hidup, mereka harus menerapkannya. Bahkan, ketika manusia telah banyak meninggalkan aturan ini hingga tampak asing di mata manusia.

Hal ini dilakukan untuk menjaga anak-anak kita dari siksa api neraka. Allah Swt. telah memerintahkan kita untuk melakukannya seperti yang tercantum dalam surah At-Tahrim [66]: 6.

يَآيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا قُوْا أنْفُسَكُمْ وَأهْلِيْكُمْ نَارًا

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, jagalah diri kalian dan keluarga kalian dari api neraka.”

Agar terhindar dari api neraka, tentu kita harus menjauhkan diri dari bermaksiat kepada Allah Swt. Kita dapat mengetahui apakah suatu perbuatan itu maksiat atau bukan jika kita mengetahui hukum-hukum Allah Swt. Oleh karena itu, mencari ilmu yang berkaitan dengan hal itulah yang seharusnya dilakukan. Itulah yang seharusnya ditanamkan kepada generasi muda negeri ini.

Kemudian, pengetahuan itu mereka jadikan sebagai pemahaman yang menjadi landasan bagi setiap perbuatan. Dengan demikian, akan terbentuk manusia yang beriman, bertakwa, serta memiliki akhlak yang mulia, yang akan menjadi penerus perjuangan para pendahulunya.

Wallaahu a’lam bi ash-shawaab. []

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Mariyah Zawawi Tim Penulis Inti NarasiPost.Com
Previous
Rupiah Mengalami Fluktuasi Lagi, Sampai Kapan?
Next
Palestina, Hak Veto AS, dan Solusi Dua Negara
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

5 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Sartinah
Sartinah
5 months ago

Sebagian orang menganggap kegiatan pramuka itu seru, banyak hal bisa dipelajari. Sebagian lagi hanya sekadar ikut karena perintah dari sekolah. Tapi ya tidak otomatis membentuk karakter baik pada siswa didik.

angesti widadi
5 months ago

Menurutku yaa, pramuka itu seru ketika belajar ilmu alam dan cara bertahan hidup. Tidak bisa dijadikan pedoman akidah apalagi pedoman pembentukan karakter.

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
Reply to  angesti widadi
5 months ago

Sepertinya memang begitu, mbak

Firda Umayah
Firda Umayah
5 months ago

Dari kecil saya ikut pramuka. Bahkan punya selempang dengan banyak tanda kecakapan khusus. Namun, setelah memahami Islam kaffah, saya pun sadar bahwa tak semua kegiatan pramuka dalam pendidikan sekuler sesuai syariat Islam. Salah satu yang sulit dihindari adalah ikhtilat yang kerap hadir dalam kegiatan tersebut.

Mariyah Zawawi
Mariyah Zawawi
Reply to  Firda Umayah
5 months ago

Wah ....
Kalau saya dulu hanya sekedar ikut karena diwajibkan.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram