Oleh. Arum Indah
(Kontributor NarasiPost.Com)
NarasiPost.Com-Andai saja penduduk suatu negeri beriman, pastilah Allah akan melimpahkan keberkahan dari langit dan dari bumi. Allah akan memberikan semua yang terbaik untuk hamba-Nya dan umat Islam pasti akan menjadi khoiru ummah (umat yang terbaik) dalam segala hal. Umat Islam akan menjadi umat terdepan, bahkan peradabannya pun akan menjadi kiblat bagi peradaban-peradaban lain. Negaranya akan menjadi negara digdaya yang disegani oleh negara-negara lain, baik di belahan bumi barat maupun timur.
Allah Swt. berfirman dalam surah Al-A’raf ayat 96:
وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ
Artinya: “Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi ternyata mereka mendustakan ayat-ayat Kami, maka Kami siksa mereka sesuai dengan apa yang mereka kerjakan.”
Akan tetapi, jika penduduk suatu negeri meragukan kuasa Allah dan mencampakkan hukum-hukum Allah, lalu mereka menggantinya dengan hukum yang berasal dari selain Allah, maka Allah akan mencabut berkah dari langit dan bumi.
Negerinya pun akan menjadi negeri yang porak-poranda, negeri yang penuh dengan keadaan yang saling kontradiksi. Ada pengadilan, tapi tak akan pernah ada keadilan. Ada kekayaan, tapi rakyatnya tak akan pernah merasakan kekayaan. Ada penguasa, tapi bukan pemelihara urusan umat. Melimpah sumber daya alamnya, tapi rakyat tetap hidup dalam kesengsaraan.
Kondisi itulah yang terjadi di seluruh negeri-negeri kaum muslim. Saat umat Islam mulai beralih dari hukum Allah dan terpesona dengan kebangkitan semu peradaban Barat. Kemudian umat Islam mulai menjadikan hukum-hukum Barat sebagai pemutus perkara atas persoalan-persoalan hidup mereka dan mereka makin abai dengan peringatan-peringatan dari Allah. Lihatlah, bagaiamana kondisi umat Islam hari ini?
Miliaran umat Islam, tapi semuanya seperti buih di lautan. Semuanya sungguh tak berdaya saat saudara-saudara seiman mereka mengalami berbagai genosida dan penindasan, seperti kaum muslim di Palestina, Rohingya di Myanmar, Uyghur di Xinjiang, dan Khasmir di India. Sekat nasionalisme telah membuat kaum muslim tak mampu melakukan banyak hal kecuali hanya kecaman-kecaman dan bantuan-bantuan. Padahal, genosida dan penindasan kepada umat Islam hanya bisa selesai dengan pengiriman pasukan di bawah komando Amirul Jihad.
Makna Beriman
Iman tak sekadar percaya dalam hati. Iman harus direalisasikan dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, sewajarnya orang-orang yang beriman tidak akan pernah nyaman hidup berdampingan dengan sistem kapitalisme sekuler, layaknya hari ini. Sebab sistem ini telah menjauhkan agama dari kehidupan, yang secara alamiahnya sangat bertentangan dengan realitas iman itu sendiri.
Allah Swt. juga berfirman dalam surah An-Nisa ayat 65:
فَلَا وَرَبِّكَ لَا يُؤْمِنُوْنَ حَتّٰى يُحَكِّمُوْكَ فِيْمَا شَجَرَ بَيْنَهُمْ ثُمَّ لَا يَجِدُوْا فِيْٓ اَنْفُسِهِمْ حَرَجًا مِّمَّا قَضَيْتَ وَيُسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا
Artinya: “Maka demi Tuhanmu, sesungguhnya mereka tidak beriman sebelum mereka menjadikan engkau (Muhammad) sebagai hakim atas perkara yang mereka perselisihkan, kemudian tidak ada rasa keberatan dalam hati mereka terhadap apa yang engkau putuskan dan mereka menerima dengan sepenuhnya.”
Dalam tafsir Ibnu Katsir, surah di atas menjelaskan bahwa Allah telah bersumpah atas nama diri-Nya yang Maha Mulia lagi Maha Suci, bahwa seseorang tidak akan beriman sebelum ia menjadikan Rasulullah sebagai hakim atas semua urusannya, sebab keputusan Rasul adalah perkara yang harus ditaati lahir dan batin.
Keputusan Rasulullah tentunya bersumber dari wahyu. Al-Qur’an yang diturunkan Allah adalah pedoman dan petunjuk bagi manusia dalam menjalani kehidupan. Di dalam Al-Qur’an terdapat hukum yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan manusia lain, dan hubungan manusia dengan dirinya sendiri. Oleh karena itu, Islam adalah agama yang komprehensif, menyeluruh, dan sempurna. Islam sangat kompatibel dengan setiap zaman, bahkan sampai hari ini, sebab Al-Qur’an adalah kitab yang akan terus menjadi arahan hidup seluruh manusia hingga hari kiamat kelak.
Dengan demikian, umat Islam tidak boleh mengambil pedoman hidup lain selain Al-Qur’an, karena imannya membawa konsekuensi bagi dirinya untuk tunduk dan taat kepada apa yang telah Allah perintahkan. Pengabaian terhadap hukum-hukum Islam dalam perkara apa pun termasuk suatu perbuatan tercela dan maksiat kepada Allah.
Tak Beriman, Banyak Hukum Terabaikan
Sistem hidup kapitalisme sekuler telah menjadikan umat Islam abai terhadap hukum-hukum Islam. Umat Islam hidup dengan diatur oleh sistem yang berasal dari selain Islam, yang sejatinya itu bertentangan dengan perintah Allah. Contohnya saja saat Allah mengharamkan riba, dalam sistem kapitalisme justru riba adalah pendongkrak pertumbuhan ekonomi. Dalam sisi hukum juga, saat Allah menetapkan hukuman rajam dan cambuk bagi para pezina, kapitalisme justru memberikan kebebasan melakukan zina. Jika pun ada pasal perzinaan, maka hukumannya juga hanya sebatas dibui. Dalam sistem politik, negeri-negeri Islam justru menjadikan demokrasi sebagai jalan berpolitik mereka, padahal cukup jelas keharaman demokrasi dalam Islam.
Saat dakwah tentang kewajiban menjadikan syariat sebagai aturan kehidupan mulai berlabuh, awalnya tak sedikit orang yang menolaknya. Herannya, penolakan justru terjadi dari sisi kaum muslimnya sendiri, dengan dalih bahwa negeri ini adalah negara hukum yang memiliki banyak umat beragama dan bukan negara Islam. Apakah mereka lupa bahwa saat Khilafah diruntuhkan oleh Mustafa Kemal, tumpahan air mata tak hanya membanjiri wajah-wajah kaum muslim, tapi juga kaum nonmuslim. Itu menunjukkan bahwa Islam mampu meriayah kaum muslim dan kaum nonmuslim dengan baik, karena Islam diturunkan Allah tak hanya memberi rahmat bagi umat Islam, tapi untuk seluruh alam. Ya, bahkan pepohonan dan hewan-hewan sekali pun turut merasakan berkah penerapan Islam.
Kondisi Indonesia Saat Tak Menerapkan Islam
Indonesia sebagai salah satu negeri kaya, negeri dengan mayoritas muslim, tapi tidak menerapkan hukum Islam. Apakah yang terjadi? Negeri ini kaya, tapi banyak rakyat yang dilanda kemiskinan akut. Tak sedikit rakyat yang susah hanya untuk sekadar mengisi perutnya.
Lihatlah betapa kayanya negeri yang terbentang dari Sabang sampai Merauke ini, orang beriman pasti akan pandai mensyukuri dan mengelolanya:
- Hutan, Kementerian Kehutanan Indonesia mengatakan bahwa Indonesia memiliki potensi sumber daya hutan seluas 99,6 hektar atau setara dengan 55,23% wilayah Indonesia.
- Laut, kekayaan laut Indonesia berupa perikanan tangkap mencapai 6,5 juta ton per tahun. Belum lagi kualitas mutiara laut yang tak perlu diragukan lagi.
- Tambang, Indonesia memiliki kekayaan tambang yang ada hampir di setiap pulau, tambang-tambang ini sangat dibutuhkan oleh industri dunia. Contohnya: minyak, gas bumi, timah, batu bara, nikel, tembaga, pasir besi, emas, bauksit, mangan, belerang, aspal, dan yodium.
- Tanah, dulu Indonesia dikenal dengan negara agraria, karena memang kondisi tanahnya sangat subur dan cocok ditanami dengan berbagai tanaman, baik padi-padian, umbi-umbian, sayur-sayuran, buah-buahan, dan rempah-rempahan. Bahkan tanah Indonesia banyak diibaratkan sebagai tanah surga, jika tongkat kayu dilempar, bisa tumbuh jadi tanaman.
- Air, potensi air yang bersumber dari jaringan irigasi, mata air, sungai, bendungan, waduk, dan lainnya sangat memungkinkan untuk pembangunan PLTA dalam skala besar. (detiknews.com)
Keuntungan yang bisa diperoleh dari kekayaan alam di atas bukan main-main. Satu tambang saja bisa menghasilkan keuntungan sampai ratusan juta dalam setahun. Mari kita bayangkan, andai saja seluruh kekayaan di atas dikelola sesuai syariat Islam, bukan tak mungkin kesehatan dan pendidikan bisa diakses secara gratis oleh seluruh lapisan masyarakat. Sayangnya, kekayaan alam itu belum bisa dinikmati oleh seluruh rakyat Indonesia. Kekayaan alam banyak dikuasai asing dan disalahgunakan oleh oknum-oknum tak bertanggungjawab.
Dari sisi aturan hidup, saat Islam diterapkan dalam kancah kehidupan, tingkat kriminalitas dan tindakan maksiat tak banyak terjadi. Selama 1.300 tahun Khilafah tegak, hanya terjadi 200 kasus kejahatan, yang artinya kasus kejahatan hanya terjadi setidaknya dalam 6,5 tahun sekali. Sungguh suatu kehebatan yang tidak pernah mampu ditandingi oleh ideologi apa pun. Lihat saja kapitalisme, baru satu abad menguasai dunia, tapi kejahatan terus terjadi lebih dari puluhan kasus setiap harinya.
Khatimah
Wahai umat Islam, menerapkan Islam dalam kehidupan sehari-hari adalah kunci keberkahan suatu negeri. Dengan penerapan Islam, Allah akan menurunkan keberkahan dari langit dan bumi. Hidup manusia akan terjamin dalam kebaikan dan keberkahan, baik mereka muslim ataupun bukan.
Andai saja penduduk suatu negeri beriman dan bertakwa, Allah pasti akan memberikan semua yang terbaik. Penerapan Islam secara kaffah bukanlah sebuah pilihan, melainkan konsekuensi yang harus ditunaikan oleh manusia karena tuntutan keimanannya.
Wallahu a'lam bi showaab. []
Negeri beriman, bertakwa, dan penuh berkah akan dapat terwujud jika Islam diterapkan secara kaffah
Freeport saja untungnya gede banget. Baru emas saja. Orang-orang terkaya rata-rata main di pertambangan. Hidup mereka bagaikan sultan. Jika dimanfaatkan untuk rakyat, insyaaAllah sejahtera. Tidak seperti saat ini. Kantong-kantong kemiskinan menjamur, stunting dimana-mana, yang putus sekolah banyak. Ya Allah..kebodohan umat membawa kesengsaraan luar biasa.