Ramadan dalam Musibah

"Umat wajib dipahamkan terkait akar masalah datangnya berbagai bencana. Tidak lain karena meninggalkan hukum Allah dan berhukum dengan aturan sekularisme yang melahirkan berbagai kerusakan dan penderitaan."

Oleh. Yana Sofia
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Ramadan kali ini berbagai musibah telah menimpa wilayah paling barat Indonesia yakni Aceh. Hujan deras yang disertai angin kencang telah menyebabkan rumah-rumah, infrasruktur jalan, bahkan masjid rusak parah. Sebagaimana yang terjadi di Kabupaten Aceh Tenggara dan Aceh Barat, tak kurang sebanyak 18 rumah warga dan dua masjid rusak parah. (Kompas.id, 23/03/2023)

Tidak sedikit yang menunda berbuka dan salat tarawih di masjid, karena rumah dan masjidnya tak bisa digunakan. Beberapa warga harus mengungsi ke rumah tetangga untuk rutinitas sahur dan berbuka puasa, karena atap rumahnya porak-poranda diterjang angin. Angin puting beliung mengamuk, tanaman dan pohon-pohon besar yang kokoh diterjangnya hingga ambruk, dan diempaskan ke tanah.

Saat ibadah puasa menuju minggu kedua, cuaca belum juga membaik. Masyarakat yang tinggal di bawah kaki gunung harus siaga, jika sewaktu-waktu hujan melengserkan bongkahan tanah dan bebatuan akibat longsor karena intensitas hujan tinggi. Rakyat yang tinggal di wilayah pesisir pun sama, diliputi rasa khawatir jika tiba-tiba air laut naik karena tidak mampu menampung luapan sungai akibat banjir.

Di tempat tinggal penulis Desa Pante Rakyat, Kabupaten Aceh Barat Daya, tepatnya pada malam ke-7 puasa saluran irigasi yang mengalir ke sawah-sawah masyarakat tiba-tiba meluapkan air, hingga masuk ke rumah warga. Air bah yang berwarna pekat dan bercampur lumpur itu terdorong oleh debit air yang tinggi dari sungai-sungai akibat banjir. Air yang pekat bercampur tanah liat itu berasal dari material gunung yang mengalami abrasi. Banjir membawanya bersama dengan tanaman, serta pohon-pohon besar yang tumbang di tengah pusaran arus banjir yang ganas.

Malangnya, banjir di tempat penulis datang bersamaan dengan beduk dan azan sebagai pertanda waktunya berbuka puasa. Dalam kondisi ini, musibah benar-benar menguji keimanan dan keikhlasan sang hamba untuk sabar menerima. Sudah seminggu berlalu, sampai tulisan ini dibuat upaya pembersihan dengan menggunakan mobil excavator masih berjalan, membersihkan sisa-sisa banjir berupa pohon-pohon, lumpur, tumpukan batu dan pasir yang menghalangi air mengalir ke sungai, sehingga menyasar rumah warga.

Mau tak mau introspeksi diri menjadi prioritas kita bersama. Apa kesalahan yang ada pada diri dan umat secara keseluruhan yang menjadi sebab Allah murka dan mendatangkan bencana? Ya, tidak mungkin bencana datang jika bukan karena kesalahan manusia. Terlebih, banyak di antara kita hari ini yang durhaka dan mengabaikan segala perintah dan larangan-Nya. Sehingga wajar jika Allah murka dan memperingatkan kita lewat musibah. Allah berfirman dalam surah Asy-Syura ayat 30, “Dan apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri."

Kondisi masyarakat Aceh hari ini, sama sekulernya dengan masyarakat di luar Aceh. Berbagai kerusakan terjadi akibat meninggalkan Islam sebagai tuntunan dalam kehidupan. Di tengah arus globalisasi dan liberalisasi pergaulan, generasi muda berperilaku tanpa memahami norma-norma susila dan agama, terlibat narkoba, seks bebas, hamil luar nikah, aborsi, hingga pembuangan bayi seperti yang terjadi di jembatan Pango, Kecamatan Ulee Kareng, pada Kamis (6/04/2023).

Kondisi ini menjelaskan kepada kita, kenapa Allah mendatangkan bencana? Tidak lain karena perbuatan manusia yang sengaja mengundang azab dan siksa, dengan membiarkan kemaksiatan yang merajalela. Sementara masyarakat dan negara tidak mampu menyolusinya.

Karenanya, setidaknya ada tiga hal yang wajib dilakukan hamba beriman saat menghadapi musibah di samping adanya rasa sabar dan sikap menerima. Di antaranya melakukan introspeksi, berbenah, dan melakukan perbaikan pada diri dan umat secara bersamaan.

Introspeksi berhubungan dengan kesadaran, sebagai hamba sudahkah kita menjalani apa yang Allah perintahkan dan menjauhi apa yang Allah larang? Poin ini wajib menjadi perhatian, sekaligus landasan koreksi bagi diri yang dibarengi dengan lahirnya sikap serta tindakan untuk melakukan perubahan menuju perbaikan. Tanpa adanya introspeksi, manusia yang diuji tidak akan pernah mampu bangkit dan berbenah.

Kemudian, berbenah. Yakni upaya menguatkan kesadaran, merancang komitmen, dan menguatkan fondasi iman serta ketakwaan. Kesadaran tak akan ada gunanya jika tidak dibarengi dengan langkah-langkah pembenahan. Merancang visi dan misi sebagai muslim sejati, mengikuti pedoman hidup berdasarkan syariat dan berhukum dengannya dalam seluruh aspek kehidupan.

Selanjutnya, melakukan perbaikan. Ada dua upaya yang wajib dilakukan oleh setiap muslim, khususnya bagi gerakan yang melakukan perbaikan dan dakwah di tengah umat. Pertama, gerakan dakwah wajib mengacu pada pembetulan akidah individu dan masyarakat. Kedua, dakwah harus mengarah pada pergantian sistem yang melandasi kehidupan jemaah.

Umat wajib dipahamkan terkait akar masalah datangnya berbagai bencana. Tidak lain karena meninggalkan hukum Allah dan berhukum dengan aturan sekularisme yang melahirkan berbagai kerusakan dan penderitaan. Misalnya, musibah banjir yang berulang kali terjadi akibat kesalahan dalam pengelolaan hutan berbasis sekuler kapitalisme. Terjadinya abrasi menandakan adanya kerusakan alam, tidak lain karena adanya penebangan liar, aktivitas eksplorasi, dan eksploitasi hutan secara berlebihan, dengan mengabaikan lingkungan dan ekosistem alam oleh pihak kapital, yang hanya memedulikan keuntungan berupa materi.

Karenanya, musibah yang melanda kita hari ini wajib menjadi momen terbaik untuk berbenah. Terlebih, di bulan suci yang penuh berkah dan limpahan magfirah. Sudah sepantasnya kita menjadikan bulan Ramadan sebagai bulan tobat nasuhah. Mencampakkan hukum-hukum jahiliah buatan Barat musuh-musuh Allah, lalu kembali kepada hukum Allah, yakni Al-Qur'an dan sunah sebagai satu-satunya landasan kehidupan manusia.

Sebagaimana tujuan berpuasa, tidak lain untuk meningkatkan derajat takwa, maka sudah sepantasnya mewujudkan ketakwaan level jemaah dan negara ini menjadi tujuan kita bersama. Karena Allah sendiri yang telah menjanjikan bahwa negeri bertakwa akan dijauhkan dari musibah dan berbagai nestapa. Seperti yang termaktub di surah Al-A'raf ayat 96 yang artinya, "Dan sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi."

Wallahu a'lam bishawab![]

Disclaimer

Www.NarasiPost.Com adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  NarasiPost.Com melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan Www.NarasiPost.Com. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email [email protected]

Tim penulis Inti NarasiPost.Com
Yana Sofia Tim Penulis Inti NarasiPost.Com. Sangat piawai dalam menulis naskah-naskah bergenre teenager dan motivasi. Berasal dari Aceh dan senantiasa bergerak dalam dakwah bersama kaum remaja.
Previous
Jepang Krisis Populasi, Buntut Penerapan Sistem Sekuler-Kapitalis!
Next
72 Persen Muslim Buta Aksara Al-Qur'an, kok Bisa?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Newest
Oldest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram